Sabtu, 09 September 2017

Hikayat Babi

Edeng Syamsul Maarif

DASAR babi! Bapak memang babi! Kalau bukan babi, mana mungkin menempeleng ibu sampai terjengkang. Ibu yang ringkih hampir sekarat. Bapak biasa membanting pintu sampai jebol, minggat berhari-hari.

Semua karena ibu tak suka bapak terlalu sering menyatroni betina tetangga kampung. Bukan ibu tak paham kebiasaan lacur ayah. Tapi ibu sudah tak tahan menanggung penyakit yang ditularkan bapak. Sudah tidak terhitung kencing nanah berbau got, kelamin borok dirubung lalat, berjingkat menahan nista, mata melotot muka pucat ketika kencing dan berak.

Sementara bapak asyik keloni betina menor simpanannya. Pulang larut mulut sengak bangkai. Segrok-segrok menumpahkan kopi kurang gula.

”Bersihkan pantatku, anak babi!” Mata merah kurang tidur kucek-kucek belek.
”Siapkan tasku! Ambil dasiku! Cepat sedikit, Celeng!”

Bersungut-sungut mulut monyong hidung persegi. Taring melengkung bulu kelabu kehitaman meriap-riap. Liur menetes slilit cacing tambang. Mengira diri lebih terhormat ketimbang monyet buntung.
“Obati kelamin ibumu! Besok aku akan memakainya lagi! Hari ini aku pergi ke luar kota!”
Persetan! Paling-paling mau kangkangi betina menor tawarkan pantat megal-megol.

Harusnya bapak dipenggal. Dibikin babi guling atau disate bumbu kecap, ditaburi bawang merah dan mentimun. Ditongseng pedas. Kepalanya dikeringkan dibuat celengan. Kelaminnya diwadahi koteka, digantung di kusen pintu. Kulitnya dibeset, disamak lalu dijual di pasar babi. Hik hik hik.

Suatu malam, bapak pernah mengajakku ke pesta kebun. Aku dikenalkan pada kawan-kawannya. Kepalaku ditoyor ke depan. Mereka tertawa cekakak-cekakak. Memeluk betina megap-megap. Menenggak arak, melempar botol nyaris menyerempet hidungku.

“Hahahaha! Kemari, anak babi! Cobalah minuman kebangsaan kami!” Bapak menyodorkan sebotol minuman berwarna kemerahan.

“Kau tahu? Betina-betina sipilis seperti ibumu, menyisakan pembalut-pembalut untuk diperas. Sedikit arak impor dan bubuk merica, cukuplah untuk menghangatkan badan!”

Mereka tergelak. Ada yang tersedak. Hoek-hoek memuntahkan bacin dan tahi kerbau. Ambruk. Menggelosor. Sementara yang lain mengencingi muka si mabuk. Gembira ria. Bahagia sentosa.
**

“SUAMIKU memang babi. Benar-benar babi.” Perih ibu ketika sakitnya semakin hebat tak tertahankan.

“Tidaklah kau meniru kelakuan bapakmu.” Mata ibu sayu. Napasnya cengik-cengik. Mendengus kisahkan nasib. Tak ada air mata. Dulu, ibu juga betina simpanan. Dilamar bapak di tengah kuburan, ketika bulan purnama. Tak ada pernikahan hanya pesta-pesta. Sepakat ucap tinggal seatap. Kumpul babi. Itu sudah cukup untuk beranak-pinak melahirkan anak-anak babi yang mati diinjak-injak bapak. Aku yang masih tersisa karena disembunyikan ibu di rumah tetangga. Mewarisi haram sepanjang hayat.

Di cermin ibu kuraba bapak. Persis! Aku mirip bapak! Anak babi. Babi keparat yang kangkangi ibu meski menstruasi. Terjang perut menguik-nguik, tuduh selingkuh berbuat bejat. Tak bercermin wajah masih tetap babi. Tapi dasar laknat. Ibu dihajar dibabat-babat. Berguling-guling muntah darah.

“Jangan ceramahi dia dengan mimpi-mimpi musykil, babi betina!” Ketika ibu mendongeng keluarga bahagia sejahtera.

“Mestinya kau ajari bagaimana caranya menggauli betina-betina sebayanya. Dia sudah hampir birahi! Biar dia tahu, bagaimana rasanya jadi babi dewasa!” Bapak sorongkan moncong semburkan cacing. Metingklak kencingi piring singkong di pangkuan ibu. Berkelebat cecerkan tahi.

Bungkam. Mata ibu menetes. Sejak lama bersabar diri. Menerima hinaan bertubi-tubi. Sampai waktu menyilet. Ibu tinggalkan rumah, setelah babak-belur dihajar bapak. Menyeret luka berlaksa-laksa. Tapi bapak suka. Bersorak berjingkrak-jingkrak. Lepas beban tanggal pikiran. Merasa diri bagai pangeran.

Bapak pesta berminggu-minggu, terkam betina ganjen bergincu. Sebarkan penguk dari ketiak busuk. Menggandeng bapak mengerling juling. Gedubrak! Gedubrak! Dung! Dung! Dung! Tralala tam-tam! Tralala tam-tam! Kreot kreot ranjang patah. Bilik jebol awut-awutan. Dobrak pintu menggoda-goda, pamerkan dada menggantung busung.

“Hidup itu kudu mukti, kudu dinikmati.” Melinting daun jagung udud kemenyan. Bersila rapat hadapi kopi kebul-kebul, jengkelit bersabda.

“Bangsa babi tak perlu iri, apalagi dengki. Agar tiada beban di hati. Tengoklah! Usiaku kian beranjak pergi. Tak sempat esok menikmati, hari ini pun jadi. Tak perlu risau karena aku berkicau. Tak perlu resah karena aku menebah. Syukuri takdirmu sebagai babi sejati.” Nyinyir bapak terbatuk-batuk.
Khinjir! Makhluk terkutuk sandangan paling kekal. Meski tobat jumpalitan memohon rahmat, takkan berubah jadi anjing atau kucing garong.
***

“INI ibumu yang baru!” Suatu malam terhuyung menggandeng pelacur bau kencur. ”Mulai hari ini sampai kiamat, dia berhak tinggal di rumah ini. Cium kakinya!”

Puih! Meski sama-sama babi, tak sudi aku mencium kaki babi pelacur. Kusikat ia. Kuhantam hingga kakinya sengkleh. Bapak membelanya. Aku berlari secepat setan. Menjangkau ibu yang tak tentu rimbanya. Kugorok bapak saatnya tiba.

Hingga datang kabar melenting. Ibu khusyuk mendekap kuburan nenek, tempat pertama berjumpa bapak. Mata cekung semakin murung. Komat-kamit mantra leluhur.

“Ibu masih menunggu bajingan itu?” Mual menonjok perutku.
“Durhaka! Bagaimanapun dia tetap bapakmu!” Ibu mendengus tak suka.

Aku bergidik. Ibu amnesia. Ibu lupa siksaan-siksaan itu, penyakit-penyakit itu, pelacur-pelacur itu.
“Tidak ada betina lagi selain pelacur itu, Ibu. Tak ada Ibu dalam ingatannya.”
“Engkau buta, Celeng. Cintanya takkan berpindah. Meski dia bersama betina lain, pelacur-pelacur itu takkan bisa menggantikan aku, istrinya yang dicintainya. Jika sampai waktu yang ditentukan, ia akan kembali padaku. Engkau tidak akan pernah paham.”

Ibu mulai gila. Keparat itu telah memabukkan makhluk di hadapanku. Bah! Sejak kapan babi mengenal adat? Babi kawin karena ingin bersetubuh, tak peduli cinta sejati. Titik!
***

“IBU menunggu di kuburan. Temui dia. Ajak dia pulang dan kawini sepuasnya!”
“Menjemput ibumu? Hahahahaha! Sampai mampus, takkan sejengkal aku menemuinya! Apalagi kawini tubuh peot penuh borok! Suruh ibumu menggali kuburnya sendiri! Katakan, aku menunggunya di dasar neraka! Grrrookk! Grrokk! Grrrookk!”

Bukkk! Tendangan menyilang sepenuh nafsu. Bapak terjengkang. Mendelik tak sempat mengelak. Rahang patah gigi rompal. Darah mengucur. Menggeram hendak menerjang. Tapi limbung. Ambruk.
***

“AKU gagal membujuk bapak.”
”Waktu yang salah. Bapakmu tak biasa dipermalukan di muka umum.”
”Tinggalkan bapak.”
”Tindakanmu semakin membuat sulit keadaan.”
”Cari pengganti bapak.”

Plakkk! Darah mengucur dari hidungku. Ibu membalikkan tubuh. Mendengus menahan amarah.
”Kau memang tidak tahu diri! Sampai kiamat, akan kutunggu suamiku di tempat ini sebagaimana ia melamarku di malam itu! Akan kunanti sampai ia puas meniduri pelacur-pelacur itu, sampai ia teringat pada betina yang telah memberinya seekor anak babi durhaka!”

Ibu tersedu. Tergugu. Ibu semakin gila. Aku ingin muntah. Kelebat bayang hitam di balik kamboja mengilatkan dendam. Aku melompat memburu laknat itu. Kakiku diserimpung ibu. Kepalaku membentur nisan batu. Bapak terbahak. Ibu tergelak. Aku melayang, meninggalkan suara-suara yang kian menjauh.
***

Cirebon, 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae