Selasa, 21 Oktober 2014

Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme

Judul Buku: Kiri Islam (telaah pemikiran Hasan Hanafi antara modernism dan posmodernisme)
Pengarang: Kazuo Shimogaki
Penerbit: LKIS
Tebal buku: 186 halaman
Peresensi: Dede Kurniawan *
http://madjidpolitika.wordpress.com


Menyadari akan kemunduran umat islam dan kemajuan barat, DR. Hasan Hanafi mencoba membuat sebuah analisa mengenai akar penyebab kemunduran umat islam dan memberikan pemikiran terhadap solusi agar umat islam terlepas dari belenggu kemundurannya. Pemikiran Hasan Hanafi ini terangkai dalam satu gagasan yang mengandung nilai – nilai kekirian yang berbasis kepada keislaman dan spirit perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, kolonialisasi,dll. Kiri islam yang menjadi gagasan utama pemikiran Hasan Hanafi merupakan kepanjangan tangan dari pikiran para pemikir islam lainnya seperti Muhammad Abduh dan Al afgani.

Basis pergerakan dalam pemikiran Hasan Hanafi dalam kiri islam adalah pembangunan kembali semangat Tauhid. Semangat Tauhid dinilai sangat relevan dengan sebab musabab kemajuan islam yang pernah diraih pada masanya. Semangat tauhid dengan mengembalikan Tauhid secara kontekstual kepada realita kehidupan manusia bukan sekedar melihat sudut ketuhanan saja. Oleh karena itu, Hasan Hanafi mengertikan makna Tauhid sebagai “penyatuan”. Dengan demikian sudah jelas bahwa Hasan Hanafi mencoba membuat suatu analisisi korelasional antara Ketuhanan dan Kemanusiaan. Korelasi antara Ketuhanan dan Kemanusiaan dalam buku islam kiri ini juga mengutip pernyataan dari Toshi Kuroda yang mengatakan bahwa dalam Tauhid secara logis dapar ditarik pengertian bahwa penciptaan Tuhan adalah esa. Ia menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, kelas, garis keturunan, kekayaan, dan kekuasaan. Ia menempatkan manusia dalam kesamaan. Ia juga menyatukan antara manusia dan alam yang melengkapi penciptaan Tuhan, Keesaan Tuhan berarti juga Keesaan kehidupan.

Makna Tauhid yang dipaparkan oleh Hasan Hanafi bukan lagi sekedar menyinggung masalah Ketuhanan saja tetapi dia mencoba mengkorelasikannya dengan kehidupan manusia. Semangat Tauhid yang lebih di fokuskan kepada pembebasan manusia dari segala belenggu termasuk imprealisme dan kolonialisme, disini letak subtansi dari islam kiri yang digagasnya. Hanafi menolak bahwa kiri islam adalah islam yang berbaju marxisme karena hal itu makna revolusioner dari islam itu sendiri. Namun perlu kita garis bawahi, antara islam kiri dan marxisme memiliki satu kesamaan yaitu terletak pada spirit anti kolonialisme, anti imprialisme dan anti penindasan hak – hak.

Kolonialisme menurut Hasan Hanafi merupakan kejahatan besar yang menjadi fokus pemikiran kirinya khususnya kolonialisme yang dilakukan barat atas bangsa – bangsa non barat. Hanafi melihat permusuhan antara barat dan dunia arab melalui pendekatan historis dengan mengaitkan konfortasi tersebut dengan konfortasi yang dimulai sejak perang salib dan berlangsung hingga revolusi yang terjadi di Iran.

Pergeseran kolonialisme barat yang pada mulanya melakukan imperialisme fisik yang kemudian saat ini sudah bergeser kepada imprealisme kultural, bagi Hasan Hanafi ini merupakan ancaman yang serius bagi dunia islam yang harus segera diantisipasi. Menurutnya barat ingin agar bangsa – bangsa secara kultural lemah, kemudian kemampuan kreatif mereka dibelenggu dan akhirnya kebudayaan mereka diubah begitu rupa dan di masukan ke dalam “museum kebudayaan” sehingga mudah didominasi”. Pemikiran Hasan Hanafi ini sangat relevan sekali dengan realita yang saat ini ada, kebudayaan barat seolah menjadi kebudayaan yang wajib diikuti oleh dunia islam yang mengakibatkan kebudayaan – kebudayaan lokal menjadi terkikis dan hanya bersemayam dalam museum – museum kebudayaan. Keadaan ini merupakan keadaan yang seharusnya disadari sebagai ancaman yang serius, baratisasi yang menjamur di dunia islam seharusnya segera dapat difilterisasi sehingga kebudayaan yang baik dari barat dapat diadopsi dan kebudayaan yang tidak relevan segera diantisipasi sehingga budaya lokal tidak terkikis. Akan tetapi secara sadar dunia islam tidak dapat menolak secara total kepada kebudayaan barat karena arus globalisasi mau tidak mau memaksa kita untuk mengadopsi budaya barat itu sendiri. Disinilah tantangan dunia islam dalam melakukan filterisasi kebudayaan.

Marxisme juga ditentang oleh Hasan Hanafi dengan menyebutnya sebagai produk dari barat sentrisme yang merasuk kepada pergerakan kaum buruh yang memperjuangkan penghilangan atas pertentangan kelas. Namun sekali lagi perlu digaris bawahi, pemikiran Hasan Hanafi tersebut perlu dikritisi dan seharusnya dia tidak menyebut marxisme sebagai produk dari barat sentrisme karena memang antara kiri islam dan marxisme merupakan satu instrument yang sama – sama menolak kolonialisme dan imprealisme. Kelemahan Hasan Hanafi yang mencoba membeda – bedakan antara islam kiri dan marxisme secara historis, tanpa melihat kesamaan spirit perjuangan diantara keduanya.

Kiri islam yang digunakan Hasan Hanafi sebagai hasil pemikirannya yang menentang kolonialisme dan imprealisme merupakan responsinya atas tantangan barat melanjutkan pemikiran para tokoh sebelumnya. Kiri menurutnya merupakan sebuah simbol atas perlawan dan kritisme. Kiri islam merupakan sebuah bentuk pembebasan, demokrasi dan perjuangan dalam bentuk apapun. Namun yang terjadi justru banyak pihak yang salah menafsirkan istilah kiri islam ini, kiri kadang salah ditafsirkan sebagai simbol dari kekafiran.

Barat sentrisme merupakan fokus perhatian dalam pergerakan islam kiri versi Hasan Hanafi ini, dia menilai bahwa salah satu tugas kiri islam adalah untuk mengembalikan barat pada batas – batas ilmiahnya dan mengakhiri mitos mendunianya. Penilaian Hasan Hanafi terhadap barat khususnya dalam aksi kolonialisme, imprealisme, kapitalisme, barbarian, dispose, matrealistik dan segala bentuk kecacatan sosial kultural yang ia sandarkan kepada perspektif historis sehingga secara sengaja ia membuka wajah peradaban barat. Pembukaan wajah peradaban barat ini seharusnya menjadi sebuah perbandingan studi bagaimana dunia islam belajar mengembangkan peradabannya minimal selangkah lebih maju dari barat dengan menafikan wajah buruk peradaban barat. Sehingga wacana ini bukanlah sekedar wacana dalam tugas kiri islam akan tetapi implementasinya secara kongkret dalam dunia islam.

Melihat realita akan kemunduran dunia islam, Hasan Hanafi mencoba memberikan sedikit pemikiranya mengenai hal ini. menurutnya kemunduran dunia islam di karenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dominannya sufisme, pergeseran rasionalisme kepada sufisme seakan menjadi faktor kemunduran dunia islam. sufisme yang lebih memberatkan diri pada aspek ukhrawi dan lebih condong meninggalkan aspek duniawi menjadi awal kemunduran islam. Menurut Hasan Hanafi salah satu seranga sufisme tehadap rasionalisme adalah hasil serangan Al Ghazali terhadap ilmu – ilmu rasional (jalinan sufisme dan asy’ariyah) yang menurutnya hal itu berlangsung hingga kini.

Pergeseran rasionalisme menjadi sufisme dapat dibenarkan merupakan salah satu sebab dari kemunduran umat islam. karena tidak balancenya kehidupan sufistik yang lebih menitik beratkan kehidupan ukhrawi ketimbang duniawi, sehingga terkadang hal tersebut menafikan segala bentuk rasionalisme dan justru lebih sering mengamini segala bentuk takhayul. Dalam hal ini lah dunia islam mengalami kemandekan keilmuan dan sains, seiring dengan matinya rasionalisme.

Hasan Hanafi mengkritik sufisme dengan menjelaskan akar krisis dunia islam yang didalamnya termasuk serangan Ghazali terhadap ilmu – ilmu rasional. Kritikanya mengenai metode interprestasi Al Quran secara tekstual, perpecahan umat islam kedalam 73 kelompok, kritikan terhadap asy’ariyah karena pandangan dunianya yang detemistik, sentralistik dan otoritatif dan terakhir Hasan Hanafi mengkritik mengenai rasionalisme didalam khazanah tidak ditempatkan pada posisi netral atau kritis, tetapi pada posisi yang kontradikitif.

Khazanah islam klasik yang dimaksudkan oleh Hasan Hanafi adalah bagaimana khazanah islam klasik memasukan unsur kemanusiaan dalam konteks Ketuhanan. Artinya harus ada korelasi antara konteks Ketuhanan dan Kemanusiaan. Menurut dia harus ada transformasi kebudayaan dari pengetahuan tentang Tuhan pada pengetahuan tentang manusia. Korelasi tersebut sebenarnya merupakan sebuah wacana bagus dalam merasioanalisasikan khazanah islam, sehingga keislaman bukan saja sebagai dokrinisasi terhadap praktik – praktik ritual keagamaan tetapi bisa ditransformasikan kepada nilai – nilai kemanusiaan yang universal.

*) Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae