Selasa, 21 Oktober 2014

Jerawat Sastra Indonesia

Haris Firdaus
http://rumahmimpi.net

Kalau Dami N Toda pernah menyebut Chairil Anwar sebagai “mata kanan” dan Sutardji Colzum Bachri sebagai “mata kiri” dari Sastra Indonesia, Saut Situmorang menyebut dirinya sendiri sebagai “jerawat” Sastra Indonesia. Saya mendengar kelakar Saut itu saat ia menjadi pembicara diskusi “Kisruh Sastra” pada pembukaan Rumah Sastra, Solo, Minggu (18/11).


Saya tentu saja tertawa saat Saut menyebut dirinya sebagai “jerawat”. Tentu saja, ini sebuah metafora. Barangkali Saut ingin menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah “pengganggu” yang membuat “tak nyaman”. Dan Saut, saya kira, cukup berhasil melakukan itu. Tentu saja, keputusan Saut menjadi “jerawat” disertai dengan berbagai pertimbangan.

Seperti diketahui secara luas, Saut Situmorang, penyair dan esais yang kini tinggal di Yogya itu, adalah salah satu motor penggerak Jurnal Boemipoetra: sebuah jurnal yang memimpin perlawanan terhadap Komunitas Utan Kayu (KUK). Alasan dasar perlawanan itu, seperti yang saya dengar dari Saut waktu berbicara di Rumah Sastra tempo hari, adalah karena adanya dominasi yang dilakukan KUK terhadap Sastra Indonesia. Dengan dana yang banyak, jaringan media massa yang kuat, dan hubungan dengan pihak luar negeri, KUK menurut Saut telah melakukan sebuah dominasi.

Saut mencoba memberi beberapa bukti yang menguatkan tuduhannya. Antara lain, adalah adanya beberapa pentolan KUK yang menjadi redaktur sastra di beberapa media massa nasional. Sebut saja Hasif Amini yang menjadi Redaktur Puisi Kompas dan Nirwan Dewanto yang menjaga Lembar Kebudayaan Koran Tempo. Saut menuduh Hasif seringkali memberi kebebasan yang amat longgar untuk puisi-puisi yang dimuat Nirwan. Puisi-puisi Nirwan, kata Saut, amat sering dimuat dalam satu halaman tersendiri di Kompas, sebuah hal yang cukup jarang.

Hubungan yang dekat dengan media massa nasional itulah yang membuat KUK leluasa menyebarkan “ideologi” mereka dan juga membuat pengaruhnya atas pengarang lain tertancap. Contohnya adalah melambungnya Ayu Utami sebagai novelis terkemuka Indonesia padahal ia baru menerbitkan karya pertama kali. Dwilogi Ayu, “Saman” dan “Larung”, diberi puji-pujian setinggi langit oleh para pegiat sastra KUK dan pujian itu kemudian dimuat di media massa nasional sehingga publik Sastra Indonesia akhirnya percaya bahwa dua novel itu benar-benar bagus dan telah berhasil melakukan “revolusi estetika” jika dibandingkan karya-karya sebelumnya.

Menurut Saut, puji-pujian itu lebih bersifat “bombasme” belaka, dan sama sekali tidak bisa disebut sebagai kritik sastra. Di Indonesia sendiri, kata Saut, tidak ada tradisi kritik sastra yang kuat sehingga pihak-pihak tertentu yang menguasai media bisa seenak perutnya mengeluarkan pendapat tentang kondisi sastra kontemporer tanpa merasa harus bertanggung jawab atas pernyataan itu.

Saut beberapa kali mengatakan, contoh utama dalam kasus ini adalah tulisan Nirwan Dewanto di Majalah Tempo beberapa tahun lalu. Saat itu, Nirwan menulis tentang puisi karya penyair Indonesia dalam kurun waktu setahun terakhir. Dalam tulisannya, Nirwan menganggap bahwa penyair Indonesia yang mampu berkarya dengan baik dalam tahun itu “hanyalah” Joko Pinurbo. Namun, setelah menyatakan itu, Nirwan pun “membanting” Jokpin dengan beberapa kalimatnya. Ia kata Saut, telah membuat “fitnah” dalam tulisannya itu karena penilaian-penilaian Nirwan adalah penilaian yang tanpa argumentasi dan pembuktian sama sekali.

Saut pernah membantah habis tulisan Nirwan tersebut dalam sebuah tulisannya yang dimuat dalam sebuah buku tentang polemik cybersastra. Intinya, Saut mengatakan bahwa Nirwan sama sekali tidak berhak mengambil kesimpulan demikian karena ia belum melakukan penelitian atas seluruh karya puisi penyair Indonesia selama setahun terakhir saat ia menulis tulisannya itu.

Hal lain yang menggelisahkan Saut adalah tindak-tanduk KUK yang seolah menjadi “wakil” Sastra Indonesia di pentas internasional. Beberapa kali pentas sastra Internasional pasti selalu melibatkan orang-orang KUK karena mereka lah yang memiliki akses ke dunia sastra internasional. Dan pelibatan itu akhirnya hanya membuat sastrawan-sastrawan yang dekat dengan KUK sajalah yang bisa berangkat ke pentas sastra internasional. Sebuah proses kuratorial yang adil, kata Saut, tak pernah ada. Yang ada hanya semacam “koncoisme”.

Contoh paling menggelikan dari hal tersebut, kata Saut, adalah saat Novel “Saman” mendapat penghargaan Prince Claus Award. Saat novel sulung Ayu Utami diganjar penghargaan bergengsi itu, proses penerjemahan “Saman” sebenarnya belum selesai, dan otomatis para juri belum membaca novel tersebut. Jadi, kata Saut, dari mana para juri bisa tahu kehebatan “Saman” kalau mereka belum membaca novel tersebut? Saut pun menjawab: ya dari orang-orang KUK, terutama Goenawan Mohamad yang punya jaringan kuat dengan para juri Prince Claus Award.
***

Saya tak tahu apakah segala tuduhan Saut memang benar. Selama ini, tuduhan tersebut memang sulit dibuktikan, meski orang-orang KUK sendiri tak banyak bicara. GM beberapa kali menolak berkonfrontasi secara langsung. Nirwan Dewanto dan Sitok Srengenge juga tak angkat bicara. Yang angkat bicara justru pegiat KUK lain yang selama ini tak diserang langsung oleh Saut. Muhammad Guntur Romli, kurator di KUK itulah yang akhirnya angkat bicara dengan membuat beberapa catatan tentang tulisan Saut berjudul “Politik Kanonisasi Sastra”. Catatan lain ditulis E Endratmoko yang menurut kabar yang saya terima adalah seorang yang terlibat dalam Jurnal Kalam, sebuah jurnal kebudayaan yang masuk jadi bagian dari KUK.

Saya belum tahu apakah catatan dua orang KUK itu akan diberi catatan ulang oleh Saut. Tapi yang jelas, konfrontasi Saut kini sudah memasuki wilayah yang sebenarnya agak “rawan”. Saya katakan demikian karena kritik yang dilancarkan Saut sudah bercampur dengan “intrik”. Ya, selain gencar melancarkan serangan secara intelektual terhadap KUK, Saut dan Boemipoetra juga kerap menebar “gosip” soal aktivitas KUK yang buruk. Saut agaknya berpendapat bahwa usaha ini juga perlu dilakukan agar KUK segera lenyap.

Beberapa kali Saut bicara tentang kelakuan para pegiat KUK secara personal, dan sama sekali tak berkait dengan “konflik intelektual”. Saya sendiri kurang menyukai cara penyerangan yang demikian. Tapi tampaknya Saut yakin sekali bahwa cara yang ia lakukan adalah benar dan ampuh buat melawan KUK. Ia dan kawan-kawannya yakin sekali bahwa “gosip” yang mereka sebarkan itu benar-benar sebuah fakta.

Selain itu, bahasa Jurnal Boemipoetra yang “kasar” dan “provokatif” juga diberi pembenaran oleh Saut. Katanya: “Bahasa kasar itu supaya Boemipoetra mendapat perhatian luas dan khalayak yang membacanya langsung “tersadar” atas kondisi yang terjadi.” Di luar negeri pun, katanya, banyak media alternatif yang berbahasan demikian.

Sampai saat ini, “polemik” itu sudah berlangsung cukup lama dan sudah banyak terkaburkan oleh berbagai lalu-lintas ide dan caci maki yang marak di sejumlah milis dan blog. Saya dan Anda bisa saja capek jika hendak menyimak “polemik” tadi secara terus-menerus, seperti saya yang capek mendengarkan Saut “berkhotbah” di Rumah Sastra tempo hari.

Sukoharjo, 20 Nopember 2007

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae