Sabtu, 09 Maret 2013

KARTINI DAN TUHAN PUN BERHASIL KUTIPU

Nur Ahmad Salman H *
Harian Haluan, 18 Des 2011

Sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia (Fananie, 2000:132), sedangkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk aktivitas sosial manusia. Dengan demikian antara sastra dan sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang berbeda, namun karya sastra lahir tidak dari suatu yang hampa (kosong). Karya sastra diciptakan dari aktivitas sosial-budaya manusia, karena karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan sosial-budaya manusia, aspek-aspek sosial-budaya ini dijadikan suatu tulisan yang mempunyai nilai estetik sebagai cerminan dari kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sosiologi dan sastra dapat dipadukan sebagai suatu bidang ilmu dalam mengkaji karya sastra, karena sastra merupakan hasil ciptaan manusia, sedangkan objek kajian dari sosiologi adalah manusia.

Endraswara menyatakan, bahwa dalam pandangan Wolff sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat (Endraswara, 2008:77).

Aspek-aspek sosial dalam masyarakat ini lah yang menjadi kajian dalam sosiologi sastra, bahwa pada karya sastra, keadaan sosial sering sekali menjadi objek dalam penciptaan suatu karya sastra. Hal ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra itu lahir tidak dari suatu kekosongan, keadaan sosial menjadi pemicu dalam penciptaan suatu karya sastra, entah itu genre puisi, prosa maupun drama. Kemudian keadaan atau realita sosial ini diolah oleh pengarang dengan imajinasinya, sehingga menjadi suatu tulisan fiktif yang memiliki nilai estetik. Sosiologi sastra adalah kajian sastra mengenai seluk-beluk aktivitas sosial manusia, baik itu aspek sosial pengarang, aspek sosial dalam karya, maupun aspek sosial pembaca. Dengan demikian, untuk menganalisis tentang situasi sosial pada sastra, entah itu situasi sosial pengarang, situasi sosial karya, maupun situasi sosial pembaca, dapat menggunakan analisis teori sosiologi sastra. Perpaduan dua disiplin ilmu yang berbeda ini, menjadikan bidang kajian analisis sastra tidak terfokus pada unsur-unsur yang membangun suatu karya (unsur instrinsik), namun mampu mengkaji unsur-unsur yang berada di luar unsur yang membangun tersebut, seperti kajian terhadap pengarang dan pembaca.

Cerpen “Kartini Namaku” dalam kumpulan cerpen “Dan Tuhan Pun Berhasil Kutipu” adalah tulisan yang memiliki nilai estetik dan merupakan cerminan dari kehidupan manusia. Membaca cerpen “Kartini Namaku” karya bunda Nini, secara tidak langsung sebenarnya tidak sekedar hanya membaca karya sastra saja. “Kartini Namaku” karya bunda Nini ini, pada hakikatnya adalah realita sosial yang terjadi pada saat ini. Walaupun “Kartini Namaku” merupakan suatu tulisan fiktif (karya sastra), namun ini merupakan simbol yang mencuatkan gambaran sebuah fenomena tentang kehidupan seorang perempuan yang telah mempunyai suami. selain itu, membaca tokoh Kartini ini merupakan analisis dari kajian sosiologi sastra dengan menggunakan analisis sosiologi karya, yaitu keadaan sosial yang terdapat dalam karya.

Kartini adalah tokoh sentral dalam cerpen “Kartini Namaku”, ia merupakan wanita selain istri bagi suaminya juga ibu bagi kedua anaknya. Kartini adalah seorang istri yang harus “membanting tulang” untuk menafkahi keluarganya, ia bekerja sebagai guru di suatu Taman Kanak-kanak, suaminya merupakan orang yang pemalas, setiap disuruh untuk pergi ke ladang, selalu saja mengasuh anak merupakan alasan untuk berkelit, agar ia tidak bekerja. Padahal hari-hari sang suami hanya habis di palanta lapau yang tidak mendatangkan faedah. Oleh sebab itu, Kartini tidak hanya bergantung pada gaji yang ia peroleh dari mengajar di TK saja, pulang dari mengajar ia pergi ke ladang. Hasil panen dari ladang ia jual menuju suatu tempat dengan menggunakan gerobak.

Betapa kuatnya sosok seorang Kartini dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, selain menjadi guru ia juga pergi ke ladang. Namun pada suatu ketika, suaminya marah ketika anak mereka ngompol, suaminya marah-marah dan mempersalahkannya, sehingga terlontar dari mulut suaminya perkataan kasar yang menyakiti hati Kartini, yang meminta dia untuk berhenti mengajar di TK lagi, karena dengan mengajar di TK anak terlantar dan tidak ada yang mengurusi mereka. Entah apa yang akan dikatakannya oleh Kartini, sudah bekerja dengan benar tapi tetap juga dipersalahkan.

Hal ini tentunya menggambarkan, bahwa pada saat sekarang ini perempuan telah ikut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Eksistensi perempuan dalam berkerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga merupakan realita sosial, betapa banyaknya berita yang menginformasikan tentang pekerja perempuan. Ini dapat terlihat dengan adanya TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan buruh-buruh perempuan. Banyak sekali tenaga kerja wanita dikirim ke luar negri untuk bekerja, namun di sana ia tidak mendapatkan perlakuan yang baik, sering disiksa oleh majikan mereka. Selain itu, sering juga media pemberitaan menginformasikan tentang adanya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), sering sekali istri dianiaya oleh suami, pokok permasalahannya sering pada masalah ekonomi.

Selain itu dalam cerita juga dikisahkan, bahwa tindakan dari suaminya tersebut membuat Kartini menyumpahinya, “laki-laki ini memang biadab” ini lah perkataan yang ia ucapkan, tentu saja ini terjadi dari tekanan batin yang ia rasakan. Setelah ia yang “banting tulang” untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tidak sedikit pun suaminya memperhatikan dia, bahkan hanya menjadikan istrinya sebagai budak yang harus memberi makan dia serta anak-anak. Seharusnya tanggungjawab ini dilakukan oleh suami, namun ia tak acuh saja terhadap tanggungjawabnya tersebut.

Ketika permasalah keluarga semakin rumit, si suami meminta kepada Kartini untuk berhenti mengajar dan mengurusi anak, maka ia mau untuk bekerja. Permintaan ini dipenuhi oleh kartini, besok paginya ia menye­rahkan surat pengunduran dirinya kepada bu Ratna selaku Kepala TK tempat ia mengajar. Namun bu Ratna memberikan kesempatan kepada Kartini agar mempertimbangkan keputusannya tersebut, dengan memberikan waktu seminggu untuk melihat sikap dari suaminya, namun pada seminggu itu suaminya rajin untuk bekerja, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti mengajar lagi.

Hanya berjalan tiga bulan saja suaminya rajin untuk bekerja, memasuki bulan keempat suaminya mulai malas lagi untuk bekerja. Pertama suaminya cepat pulang dengan alasan kepalanya pusing, bahkan hampir setia hari suaminya selalu mendahuli Kartini pulang ke rumah, hingga pada akhirnya suaminya sama sekali tidak mau untuk pergi ke ladang lagi. Tak jarang pula suaminya selalu marah-marah yang tak karuan kepada anaknya dan bersikap kasar kepada mereka, semakin berat siksaan batin yang diterima oleh Kartini, namun masih dapat menahannya dan bersabar.

Sampai pada suatu ketika, anaknya meminta beli buku pada suaminya, bukannya buku yang didapati oleh si anak malah ia ditampar oleh ayahnya, sehingga ibu dari Kartini atau nenek dari anaknya menegur suaminya. Ibunya pun dibentak oleh suaminya, dengan mengatakan tidak perlu ikut campur, sehingga amarah Kartini memuncak. Kartini tidak dapat lagi menahan beban batin yang ia rasakan, terlontar dari mulutnya permintaan cerai, namun suaminya tidak menanggapi dan pergi dengan membanting pintu. Kartini pun menangis, rasa frustasi berat yang ia rasakan menjadikan ia tidak sadarkan diri. Akhirnya ia depresi dan diantarkan oleh ibu dan kakaknya ke rumah sakit jiwa.

Cerita tersebut merupakan simbol dari sosok seorang perempuan yang sangat pandai menyimpan beban batin, cukup dia sendiri yang merasakannya. Namun walaupun begitu, tetap saja jika telah sampai pada titik jenuhnya, maka tidak dapat lagi ditahan beban batin dan amarah yang ia rasakan, bahkan dapat menyebabkan depresi yang sangat berat yang dapat berakibatkan pada gangguan jiwa.

Pada cerpen ini, sosok Kartini diceritakan pada mulanya seorang perempuan yang hebat. Ia seorang guru dan ibu yang hebat, tidak hanya di lingkungan sosial sekolah saja ia disegani, namun pada lingkungan sosial di rumah pun termasuk orang yang disegani. Karena ia aktif dalam kegiatan sosial masyarakat, seperti peengu­rus PKK dan masjid.

Namun, pada akhir cerita sosok Kartini berbanding terbalik dengan apa yang telah diceritakan pada awal cerita, yang berakhir pada kisah ia menjadi gila. Dalam realita sosial masyarakat sering mengenal bahwa Kartini itu adalah sosok perempuan yang kuat, setidaknya inilah pemahaman masyarakat ketika mendengar nama Kartini, bahkan dalam sejarah Indonesia nama Kartini merupakan nama wanita yang kuat dan tegar, ia adalah seorang pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Bunda Nini selaku penulis cerpen “Kartini Namaku” merubah nilai yang telah tertanam pada masyarakat itu, dengan tokoh Kartini yang berakhir gila. Walaupun sempat berjiwa pahlawan, seperti cerdas, kuat dan sabar dalam mengahadapi cobaan.

Namun apa boleh buat, dalam penulisan tokoh dan penokohan adalah hak dari seorang penulis, tapi bunda Nini telah menjadikan cerpen ini menjadi suatu tulisan yang sangat bagus dan menarik untuk dibaca, karena setiap alur cerita merupakan realita sosial yang sering dirasakan dan didengar pada saat sekarang. Walaupun ini merupakan keadaan sosial dari suatu karya sastra, tidak berarti ini adalah suatu fiksi belaka saja. Karena sastra tidak lahir dari suatu kekosongan, melainkan cerminan dari kehidupan manusia, kisah yang diceritakan oleh bunda Nini dalam cerpen “Kartini Namaku” merupakan cerminan dari realita keadaan sosial manusia.

*) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Dijumput dari: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11100:kartini-dan-tuhan-pun-berhasil-kutipu&catid=41:kultur&Itemid=193

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae