Rabu, 30 Januari 2013

“Ijtihad” Demokrasi Kuntowijoyo

Judul buku: Identitas Politik Umat Islam
Pengarang: Kuntowijoyo
Penerbit: Mizan, Bandung, 1997
Tebal: xxvii+253 halaman
Peresensi: Sutejo
Merdeka, 2 Nop 1997

DALAM buku Dakwah & Politik Dai Berjuta Umat (1997), Zainudin MZ mensinyalir tentang demokrasi kita yang bagai ‘’bunga dalam jambangan’’. Karena itu, keberadaanya dipertahankan, dirawat, dan disiram. Tapi dijaga jangan sampai tumbuh terlalu besar. Akarnya tak boleh menghujat dalam (hal. 2003).

Bidikan kritis Zainudin demikian, tampaknya, banyak dirasakan oleh banyak pengamat dan praktisi politik. Tak terkecuali Kuntowijoyo. Kehadiran buku Identitas Identitas Poitik Umat Islam dari tangan arifnya adalah suplemen khusus buat pendamba dan praktisi demokrasi. Karena itu, dalam salah satu bagiannya yang menarik -Kaidah-kaidah Demokrasi- (hal.9-104). Kuntowijoyo mengungkapkan adanya parameter sebuah demokrasi: saling mengenal (ta’arruf), musyawarah (syura), kerja sama (ta’awun), menguntungkan umat (maslahah), adil (‘adil), dan adanya perubahan (taghsyir).

Ta’aruf dalam persepsi Kuntowijoyo mengamanatkan pentingnya komunikasi dialogis. Tidak adanya dominasi satu kelompok atas kelompok yang lain. Semua hal dilaksanakan atas kepentingan pihak terkait, tidak monologis oleh kelompok mayoritas yang dominan. Bahkan, lebih dari itu, ta’aruf bisa menjadi cermin dari asumsi negara hukum.

Jika meneropong fenomena politik mutakhir, hal demikian boleh jadi semacam antonimnya. Tak heran jika tiga tahun yang lalu Adam Schwarz memandang picik tentang ketidakpastian hukum di tanah air. Sampai-sampai dia bilang, tujuan hukum adalah untuk kepentingan pemerintah. Mengapa? Karena kuatnya dominasi kelompok mayoritas yang punya otoritas di satu sisi, sedangkan di sisi lain menuntut pihak lain wajib punya loyalitas. Kondisi demikian, menurut Kuntowijoyo, ta’aruf tidak mungkin terjadi.

Tradisi musyawarah (syura) di Indonesia masih terlalu muda. Sedang demokrasi sendiri yang dikenal di tanah air kita adalah produk dunia modern (hal. 97). Demokrasi pada dunia (negara) modern -menurut Max Weber- menuntut adanya sesuau yang legal-rasional.

Persoalannya, selama ini musyawarah mufakat kita ternyata sebuah realita yang semu, sehingga tak mengherankan kalau Dr. Anwar Harjono dalam buku Perjalanan Politik Bangsa (1997) mensinyalir bahwa keberhasilan musyawarah-mufakat yang terjadi selama ini karena wibawa dan pengaruh Presiden Soeharto, bukan pada proses musyawarah-mufakat itu sendiri! Dilemanya, tentu akan menimbulkan persoalan pascasuksesi nantinya.

Sedangkan kerja sama (ta’awun) dalam pandangan Kuntowijoyo harus bermuara pada dua kepentingan: kepentingan manusia dan kepentingan Tuhan. Demokrasi politik arifnya  tiadanya hambatan dari kekuasaan. Karena itu, demokrasi yang kita kehendaki adalah demokrasi yang berarti ‘’merdeka untuk’’ bukan dalam persepsi negatif yang berarti ‘’merdeka dari’’.

Dalam wacana lebih luas, ta’awun ini menghendaki adanya demokrasi sosial dan ekonomi: tidak adanya dualisme ekonomi, monopoli, oligopoli, nepotisme, dan ersattz capitalism!

Ketidakmaslahan dalam demokrasi sering terjadi karena dalam praktek demokrasi tidak terjadi apa yang disebut dengan politik amar ma’ruf nahi munkar. Prakteknya, masih dijumpai masyarakat yang kuat ‘’membeli’’ demokrasi (hal.101), dan ironinya masyarakat pun bersedia ‘menjual’ suaranya. Dengan demikian, maslahah hanya menjadi milik para elit penguasa.

Jika perilaku politik Orde Baru yang dinilai oleh berbagai pihak ban cinde ban siladan (politik pandang bulu), tentu hal ini bisa jadi sebuah penafikan dari entitas demokrasi yang ‘adil. Pun, kalau nuansa demokrasi mengamanatkan pentingnya perubahan (taghyir), maka kemantaban status quo yang ‘’dipaksa-paksakan’’ menjadi cermin mutakhir yang sangat memprihatinkan.

Kalau pesta demokrasi 1997 lalu -di beberapa tempat- diwarnai keonaran dan kerusuhan -puncaknyanya rusaknya surat suara karena pembakaran massa di Sampang- (lihat Kompas, 31/5). Barangkali satu aspeknya disebabkan oleh tidak terpenuhinya parameter yang diusulkan Kuntowijoyo. Mengapa? Karena kecurangan masih saja terjadi. Manipulasi tak henti. Tak pelak, hal ini memicu Kiai Alawy untuk menyatakan pernyataan yang keras. Kenyataan ini memalukan, apalagi dilakukan oleh orang “pintar”.

Akibatnya, Pancasila sebagai objektivasi Islam, sebagai asas tunggal -dalam kehidupan demokrasi politik-, baru merambah pada matra strukturasi dan mekanisme, bukan pada matra substansinya!

Pembahasan yang dilakukan Kuntowijoyo dalam buku ini “mengingkarkan” pembahasan politik klasik —yang menekankan pada syariah dan akhlak–. Karena itu, pemikiran politik klasik seperti Al-Farabi, Al-Mawardi, dan Ibn Taimiyah disingkirkan, karena mengandung asumsi negara kerajaan. Sebaliknya, penjelajahan macam yang dilakukan Abul A’la Al Maudadi dan Musthafa Husni  As-Sibai’i menarik diketengahkan karena mengandung asumsi tentang negara Republik dengan pemahaman tentang system  (hal. xxv).

Kuntowijoyo meninggalkan pendekatan akhlak (moral yang bergerak ke pendekatan sistem yang impersonal! Meski katanya, pendekatan ini akan bisa menjadi sangat popular karena adanya tuntutan clean government. Umat Islam karenanya, sudah waktunya mempunyai dokumen politik yang tidak ‘’sekadar’’ syariah dan akhlak, tetapi berbicara tentang kenyataan yang konkret. Pentingnya semacam jembatan antara akhlak dan sistem, moralitas pribadi dan realitas politik perlu dibangun!

Sayang, selama ini semboyan politik yang berpayung amal saleh, ‘’politik akhlaqul karimah’’ atau ‘’politik amar ma’ruf nahi munkar’’ hanya menjadi utopianisme, karena adanya semacam pelembagaan. Karena itu, kata Kuntowijoyo, tanpa pelembagaan politic of meaning itu akan menjadi meaning, dan tak pernah menjadi politics (hal.74).

Di sinilah, menurutnya, pentingnya keberadaan Organisasi Peserta Pemilih (OPP). Ini pun hubungan umat dengan partai harus instrumental dan sementara. AArtinya, kalau suatu partai tidak lagi aspiratif terhadap umat dapat saja meninggalkannya setelah melakukan evaluasi.

Kalau format politik Islam secara historis pernah demikian kuat dan pengaruh dan ‘’perilakunya’’ yang karenanya –hanya menjadi instrument dalam kondisi krisis macam tahun 1965- maka sejarah itu tentu tidak boleh berulang.

Bagaimana agar umat Islam bisa berperan dengan baik? Kuntowijoyo melontarkan alternatif berpolitik Islam sebagaimana tersirat pada ujung bagian objektivasi (hal. 76). Didirikannya semacam ‘’Partai Islam Plus’’, ‘’Partai Tanpa Nama’’, atau pun didirikannya ‘’Partai campuran’’.

Selain hal-hal di atas, Kuntowijoyo juga membahas tentang Pancasila yang sering menjadi mitos dan menafikan objektivasi, politik industrialisasi sampai pentingnya strategi dan metode berpolitik umat Islam. Semua itu dibahasnya dengan investigasi dan pola penalaran yang argumentatif dan dalam.

Sebagai buku amatan, karya Kuntowijoyo ini sebuah karya yang rasional, plus empatif. Rasional, karena penalaran Kuntowijoyo sebagai ilmuwan ‘ulung’ yang tak perlu diragukan lagi kompetensinya. Sedangkan empatif, karena sosok Kuntowijoyo yang di samping sebagai ilmuwan, juga sebagai sastrawan.

Buku ini sekaligus merupakan penjelajahan empati untuk memberdayakan dan pemihakan pada ‘’wong cilik’’. Karena itu, tak jarang karya sastra yang ditulisnya juga bertemakan politik: Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995) yang menjadi label kumpulan cerpen Kompas dua tahun lalu adalah bukti konkret empatinya.

*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo, Dosen Kopertis VII Surabaya, tinggal di Ponorogo, Jatim.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae