Sabtu, 09 Maret 2013

Eksistensi Pengadilan Khusus Perikanan

Wendi *
Harian Haluan, 07 Feb 2012

Maraknya tindak pidana perikanan menjadi alasan mengapa keberadaan pengadilan khusus perikanan menjadi urgen. Sebagai negara bahari luas wilayah yuridiksi laut Nusantara menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mengawasi berbagai bentuk pelanggaran atau tindak pidana khsususnya bidang perikanan.
Dari Segendong Ke­da­ta­ngan (ini bahasa Malaysia) yang berarti Alas Bakul, Menifes atau Pembukaan, Numera didirikan oleh sas­trawan dan budayawan Ma­laysia, dan untuk kepentingan Malaysia. Numera ditubuhkan untuk mengisi cita-cita yang lebih dinamik bagi me­mer­hatikan kepentingan sas­trawan yang daif dan uzur.

Mencatut?

Pertanyaan yang meng­hadang adalah, apa hubungan Numera dengan Indonesia? Jelas, tidak seorang pun warga Indonesia, urang awak, ikut mendirikan Numera! Dengan demikian, tidak ada kepentingan, relevansi, kaitan Numera dengan dengan Suma­tera Barat, dengan Padang! Bukankah Numera berbicara tentang bahasa dan pem­bangunan sastera Melayu di dunia modern? Lalu, mengapa harus ada Temu Sastrawan Numera 1 digelar di Padang 16-18 Maret 2011? Apa hu­bungan Numera dengan pe­ngem­bangan pariwisata Kota Padang? Mengapa seratus persen pengelola Temu Sas­trawan Numera 1 warga Sumatera Barat?

Panitia Temu Sastrawan Numera 1: Dr. Edi Hasymi (Ketua), Muharman (Sekre­taris), Sastri Bakry (Ketua Pengarah) dengan tim kerja Muhammad Subhan, Romi Zarman dan Zusnelly Zubir. Kepanitiaan juga berasal dari Masyarakat Sejarahwan Indo­nesia (MSI) Sumbar. Apakah tokoh-tokoh besar sejarah seperti Prof. Dr. Mestika Zed, M.A., Prof. Dr. H. Azmi, M.A. sudah diberi tahu, MSI ambil-bagian dalam aktivitas Numera?

Pada salah satu rilis pertengahan Januari 2012 disebut, seorang pemakalah utama untuk Temu Sastrawan Numera adalah Taufiq Ismail dan akan ada perjalanan wisata sastra ke Rumah Puisi di Aie Angek. Setelah saya konfirmasi ke penyair besar dan terkenal itu, Taufiq Ismail membalas pesan pendek saya dalam bahasa Minangkabau yang kental: Onde baru iko ambo mandanga tu = Aduh baru ini saya mendengar itu (TI, 12/01/2012, 14:23.59).

Sungguh-sungguh, men­catut nama ini, persis seperti cara di masa Lekra sebelum 1965. Ini menggejala lagi dalam sastra Indonesia? Inilah yang pernah didiskusikan Wisran Hadi (alm.), Taufiq Ismail, Upita Agustine (Prof. Dr. Ir. Hj. Raudha Thaib, M.P.) dan saya dalam beberapa kali per­temuan. Dalam sosok lain, fenomena itu mengemuka dengan kasus ateis dan injak Kitab Suci Alquran. Itu semua mengerikan, sangat mengerikan!

Dana?

Salah satu rilis untuk pers akhir Januari berbunyi (tanpa penyuntingan, DM): “Pe­me­rintah Kota Padang lewat Dinas Pari­wisata Kota Padang pada 16-18 Maret 2012 men­datang menggelar iven inter­nasional yaitu Temu Sas­trawan Numera (Nusantara Melayu Raya). Iven ini di­harap­kan dapat mempro­mosikan pariwisata kota Padang khu­susnya dan Suma­tera Barat umumnya, sebab para peser­tanya melibatkan para sas­trawan dari negara tetangga, diantaranya Ma­laysia, Brunei Darussalam, Philifina, Singa­pura dan Thailand. Kepala Dinas Kota Padang Dr. Edi Hasymi me­nyam­but baik iven Temu Sastrawan Numera ini dan berharap agenda yang di­ren­canakan dapat berjalan sukses. Pemerintah Kota Pa­dang me­nyo­kong kegiatan-kegiatan yang dapat mem­promosikan potensi pariwisata daerah.”

Pemerintah Kota Padang lewat Dinas Pariwisata Kota Padang?! Benarkah pemko menggelar iven itu? Saya ulangi pertanyaan, benarkah Pemerintah Kota Padang menggelar iven ini, Pak Wali­kota, Dr. H. Fauzi Bahar, M.Si.? Benarkan Dr. Edi Has­ymi dan Muharman yang setahu saya, selama ini, tidak bersentuhan dengan dunia sastra, tiba-tiba menjadi ketua dan sekretaris panitia? Siapa yang mengangkat dan mengeskakan mereka?

Rilis tak menyebut pen­danaan. Apakah dana di­sediakan Numera Malaysia dalam jumlah ringgit yang besar? Atau apakah pen­danaan berasal dari upaya “mengemis” sana-sini? Dan, biasa, paling sering dan selalu dikenakan proposal per­mo­honan bantuan adalah PT Semen Padang, Bank Nagari, Bank Indonesia, Pemda Sum­bar, Pemkot dan Pemkab se-Sumbar, pengusaha seperti Christine Hakim (Ripik Ba­lado) dan entah siapa lagi. Mungkinkah digunakan dana kantor Edi Hasymi? Riskan andai Kepala Dinas ini “di­periksa” inspektorat, BPK, dan KPK?

Dan di Kota Padang, di Sumbar, betapa lagi, uang masih jadi soal amat sulit. Kalau tidak sulit, mana mung­kin Sekretaris Dewan, hanya sebagai akibat uang seratus ribu rupiah, berkelahi habis-habisan dengan salah seorang Anggota DPRD Kota Padang, sampai ke meja hijau. Sampai esai ini ditulis, perkara Se­kwan (Sekretaris Dewan) dan Angwan (Anggota Dewan) bagarumeh itu belum putus, belum in kracht. Itu me­masygulkan dan sangat me­malukan (andai perasaan malu masih ada). Dan itu bukti nyata, bahwa uang memang sulit didapat.

Dan iven hendak di­seleng­garakan di Taman Budaya Sumatera Barat dan Museum Nagari di Kota Padang? Bagai­mana lebih-kurang pa­nitia memakai tempat-tempat itu?

Sumpah Pemuda, Agung Diksi yang digunakan adalah bahasa Melayu. Apa hubungan dengan bahasa Indonesia? Bagi Indonesia, persoalan kebahasaan sudah “duduk” sejak 28 Oktober 1928 dengan Sumpah Pemuda yang agung itu. Bahasa kebangsaan RI adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu, bukan bahasa Minangkabau, bukan bahasa Jawa, bukan bahasa manapun! Sastrawan Indo­nesia, mulai dari Abdul Muis, M. Yamin sampai ke Gus tf Sakai, Iyut Fitra, Khairul Jasmi, Yusrizal KW dan Tegar Esha Putra, menulis dalam bahasa Indonesia, bukan dalam bahasa Minangkabau atau Melayu. Ini, secara semantik dan kutural, men­cam­pur-adukkan penggunaan Melayu dan Minangkabau, mengandung dilema. Melayu adalah Melayu, Minangkabau adalah Minangkabau.

Tanpa mengintervensi, di Malaysia soal kebahasaan masih menimbulan konflik serius. Simak frasa: “Sampai sekarang sejak 54 tahun merdeka rakyatnya sendiri masih mempersoalkan akta yang menyebut bahasa ke­bangsaan, bahasa Melayu yang diaktakan itu. Hal ini amat melukakan.” Bahasa Mandarin, bahasa Urdu, bahasa Inggris, atau bahasa Melayu? Kelompok Numera, sebagaimana Pena dan Ga­pena, menginginkan bahasa Melayu. Tetapi itu belum pernah jalan. Sampai kini. Menggunakan ungkapan Ke­mala, hal itu “melukakan” benar. Di Indonesia, ke­ba­hasaan benar-benar tidak menjadi persoalan. Ini, me­minjam rumus, Prof. Dr. Umar Kayam, M.A., merupakan satu bentuk keluarbiasaan bangsa Indonesia, bisa dan memang sudah lama berbahasa satu. Ini mukjizat.

Dalam konteks inilah, secara kultural, para sas­trawan “Me­layu” Malaysia mendekatkan diri ke Indo­nesia, ke Provinsi Riau, ke Provinsi Sumatera Barat, dan ke Minangkabau atau ke Dunia Melayu (kalau dunia itu memang ada). Mala­ysia minta perhatian Indo­nesia? Pertama kali menghadiri Hari Sastra 1980 di Ipoh, Perak Malaysia, antara lain bersama (secara persis, diajak) A.A. Navis, dan Rusli Marzuki Saria, saya menyiasati dan me­ma­hami kajian masalah bahasa dan kebahasaan Mala­ysia mengemuka sangat ta­jam. Di Malaysia tentu saja ada sas­trawan berbahasa Urdu, ber­bahasa Mandarin dan ber­bahasa Inggris. Dan mereka tidak kalah hebat dibanding sastrawan Mala­ysia berbahasa Melayu. Dan pada tingkat tertentu, mereka memang bergaduh. Saya “men­yak­sikan langsung” per­ta­rungan itu dalam pertemuan-pertemuan sastra di Penang, Kuala Lum­pur, Johor Baharu, Malaka, Singapura, bahkan sampai ke Colombo di Sri Langka di hari dan tahun berbeda. Itu bahkan juga terjadi sekarang, dan entah sampai kapan!

Politik Kebudayaan

Dalam suasana demikian, Melayu Malaysia berupaya malakok (mendekatkan diri) ke Minangkabau. Tidak ada yang keliru ketika mereka mendekatkan diri. Tetapi masalah menjadi serius dan bahkan pelik ketika Dra. Hj. Sastri Bakry, Akt., M.Si. dan Dr. Edi Hasymi, dan kawan-kawan, jadi tuan rumah untuk Numera. Dengan segala daya-upaya, termasuk pendanaan, Edi Hasymi dan Sastri menye­lenggarakan acara (untuk) Numera? Atau Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, bangsa Indonesia menaruh atensi besar terhadap Numera dan Malaysia?

Namun, lebih-kurang, lalu apa yang dilakukan sastrawan dan bangsa Malaysia ter­hadap Indonesia? Kualitas sastra soal lain, namun bukan­kah beberapa Tenaga Kerja Indonesia tersiksa lahir-batin, babak belur, (maaf) mati anjing di negara tetangga itu? Sastrawan dan bangsa Ma­laysia tutup mulut, bukan? Bukankah di dunia maya dan di dunia nyata Indonesia diejek dan diolok-olok antara lain dengan kata indon yang menyakitkan? Bagaimana mungkin melupakan, Malaysia meributkan tapal-batas. Apa Sastri Bakry tidak menyadari, beberapa benda dan cipta budaya Indonesia dirampas? Tidakkah setelah peristiwa gempa bumi dahsyat 30 September 2009, Kemala mengeksploitasi duka becana dengan menerbitkan buku puisi Musibah Gempa Padang, Meditasi Dampak 70 (2011). Tidakkah perlakuan ini meng­gemaskan dan menimbulkan berang? Kita dilanda mu­sibah, lantas Bung Kemala ber­gembira-ria menerbitkan buku puisi? Saya punya puisi ten­tang gempa bumi itu, tetapi tidak mengirim ke Kemala.

Menyangkut rencana Temu Sastrawan Numera 1, Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd., yang diminta Sastri Bakry memberi saran, menya­takan, “Ambo indak dalam kapasitas Melayu Raya, Sas. Tidak ada urgensinya ter­hadap krea­tivitas. Terima kasih.” Dr. Sastri Sunarti, M.Hum., me­nanyakan, “Nu­mera ini apa bedanya dengan PSN?” (PSN adalah Per­temuan Sastrawan Nusan­tara yang punya le­gitimasi.) Dr. Eva Krisna, M.Hum., menilai pendek: “Se­­ng­karut…” Dan Gus tf berkomentar: “Ah iya, tentu memang Subhan yang mem­buat Ni Sas berani me­ng­klaim Rumah Puisi ikut mendukung. Trims, Bang …” Nelson Alwi dan Drs. H. Marjohan, M.M. juga mem­berikan catatan. Seorang dari Badan Bahasa (dulu Pusat Bahasa) Jakarta yang tidak mau namanya disebut, menya­takan, Temu Sastrawan Nu­mera ini perlu disiasati dan disikapi dengan jeli. Ini me­nyang­kut soal politik ke­su­sastraan, politik ke­budayaan.

*) Wendi, Mahasiswa Pascasarjana Unand
Dijumput dari: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12467:eksistensi-pengadilan-khusus-perikanan-&catid=11:opini&Itemid=187

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae