Selasa, 29 Januari 2013

Novel di Zaman Janda Galak

Yulia Sapthiani, Nur Hidayati
Kompas, 7 Okt 2012

Buku tak lagi ranah milik sastrawan. Novel yang diangkat dari kisah nyata bukan lahir dari sastrawan besar. Memoar bukan lagi hanya tentang orang terkenal. Siapa pun boleh menuliskan kisah hidup, jadi buku laris, dan syukur-syukur menginspirasi banyak orang.
Gaun ketat membalut tubuh Aira Miranti Dewi (39). Potongan gaun itu membuat pundak dan punggung Miranti yang bertato terekspos memikat. Ia berdiri di atas panggung, menyapa sahabat-sahabatnya yang datang ke acara prapeluncuran novel tentang dirinya, Aku Jalak, Bukan Jablay, Kamis, (27/9), di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.

Tamu undangan acara di kafe itu pun disyaratkan hadir dengan busana bernuansa fuschia—alias pink tajam—seperti warna gaun Miranti. Bersamaan dengan prapeluncuran novel itu, diputar pula video klip single perdana Miranti yang bertajuk sama dengan novelnya. Ia menyanyi dan menari di situ.

Aku Jalak, Bukan Jablay, kata Miranti, berarti ”aku janda galak, bukan janda jablay”. Jablay adalah bahasa gaul yang artinya jarang dibelai. Disebut prapeluncuran karena novel itu baru dijadwalkan naik cetak akhir Oktober ini. Jadi barangnya belum ada di toko. Uniknya, walaupun belum dicetak dan belum bisa dibaca, novel itu sudah terjual Rp 55 juta atau setara dengan hampir 1.000 eksemplar pada saat prapeluncuran. Ck… ck… ck…!

Novel ini diangkat dari kisah hidup Miranti. Novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata kehidupan seseorang adalah fenomena baru yang ditawarkan kepada pembaca di Tanah Air.

Miranti tak punya pengalaman menulis buku. Ia dulu pernah sukses berkarier menjual produk keuangan. Ia pernah jadi associate director Danareksa Investment Management. Ia hanya dua semester mencicipi bangku perguruan tinggi. Lalu ia menikah dan jadi ibu di usia muda. Lalu dua kali menjanda. Ketika menapaki tangga karier, cemoohan tak henti dialamatkan kepadanya. ”Aku mau ceritaku ditulis karena dendam,” ujar Miranti.

Lewat novel itu, ia ingin menyampaikan pesan, tidak mudah jadi orangtua tunggal, tetapi tak perlu pula menyerah karena ketajaman lidah orang lain. ”Kenapa jadi janda disebut aib, apalagi kalau si janda ini cantik dan merawat diri,” ujar perempuan yang sudah 14 tahun jadi orangtua tunggal dengan dua anak itu.

Miranti tak menulis sendiri kisahnya. Novel tentang dirinya itu ditulis oleh penulis profesional Dewi Ria Utari.

Anak sopir angkot

Pengalaman hidup pula yang dituangkan Iwan Setyawan (37) dalam novel yang ia tulis, 9 Summers 10 Autumns, dari Kota Apel ke The Big Apple. Novel yang disebut Iwan sebagai tulisan panjang pertamanya ini sudah dicetak delapan kali sejak pertama terbit Februari 2011. Kisah itu pun kini tengah difilmkan oleh sutradara Ifa Isfansyah.

Dalam novel itu, Iwan menceritakan perjalanannya, dari anak sopir angkutan kota di Batu, Jawa Timur, ia mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor hingga berkarier di Nielsen Consumer Research, New York, Amerika Serikat (2000-2010). Iwan menduduki jabatan direksi saat memutuskan mundur untuk kembali ke Indonesia.

”Saya ingin punya buku keluarga karena tak punya foto keluarga semasa kecil. Saya ingin menulis buku agar ponakan-ponakan saya tidak terputus dengan sejarah keluarga,” kata Iwan.

Berbekal keinginan itu, mulailah ia menulis. Ketika naskah siap terbit, ia sempat gamang. Namun, sang ibu membuat keberanian Iwan muncul lagi. ”Siapa tahu akan ada dua atau tiga anak sopir angkot seperti kamu yang akan baca dan terinspirasi,” kata ibunya.

Juni lalu, sebuah surat elektronik diterima Iwan. Isinya, cerita seorang pembaca muda yang akan segera kuliah di San Francisco dengan beasiswa. Si pengirim surat ini juga anak sopir angkot. ”Saya menangis membacanya,” kata Iwan.

Sulit menjawab

Oki Setiana Dewi (23) punya cerita lain. Namanya melejit sebagai pemeran utama film Ketika Cinta Bertasbih (KCB,) salah satu film terlaris Indonesia pada 2009. Tak kalah laris pula sekuel film ini dan sinetron bertajuk sama yang ditayangkan TV pada 2010-2011.

Sebagai artis, Oki yang sehari-hari berjilbab kerap ditanya wartawan, sejak kapan dan kenapa ia berjilbab. Bukan pertanyaan yang mudah ia jawab. Akhirnya Oki menuangkan kisahnya dalam buku memoar Melukis Pelangi (Mizania, 2011). Buku ini menjadi best seller. Kini buku itu sedang dalam proses cetak ulang ke-10.

Di situ, Oki menuturkan, sejak kecil ia bercita-cita jadi artis dan merantau sendiri ke Jakarta pada usia 16 tahun untuk mengejar mimpi itu. Gaya dia berpakaian pun saat itu jauh berbeda.

Sambil kuliah di Sastra Perancis, Universitas Indonesia, ia jatuh bangun mengejar audisi peran. Mimpi jadi artis itu ia hapus ketika ibunya divonis sakit serius. ”Saya cuma ingin jadi anak sholihah supaya Allah mendengar doa saya untuk ibu,” katanya.

Tak dinyana, justru saat itulah ia mendapat peran utama di film bertema religi itu. Dikenal sebagai artis, membuka jalan baginya untuk lebih banyak mengajak orang beraktivitas sosial. Bersama komunitas penggemarnya, Oki rutin berkegiatan sosial, salah satunya mengadakan program edukasi mingguan di Lapas Wanita Tangerang, sejak Oktober 2011.

”Saya menulis buku untuk menginspirasi orang, mengajak orang bersandar kepada Tuhan dan berbuat lebih dari sekadar untuk diri sendiri,” ujar Oki yang juga menjadi duta untuk organisasi Rumah Autis ini.

Buku memoar juga dipilih untuk mengawali kembalinya Ariel, Uki, Lukman, Reza, dan David —awak band Peterpan yang kini jadi Noah—ke kancah musik Indonesia. Buku Kisah Lainnya (2012) menceritakan perjalanan lima personel band ini, dari latar keluarga hingga saat berjuang melewati badai masalah yang sempat menghentikan langkah mereka bermusik, setelah Ariel terkena kasus.

Tren baru

Editor Fiksi Gramedia Pustaka Utama (GPU) Hetih Rusli mengamati, novel yang diangkat dari pengalaman pribadi penulisnya sedang menjadi tren dalam satu-dua tahun terakhir. Memoar atau novel itu dinilai inspiratif walaupun berkisah tentang orang yang belum dikenal luas.

Secara kuantitas, GPU misalnya, masih lebih banyak menerbitkan biografi orang terkenal. Namun, Hetih yakin, penulisan novel dari kisah nyata akan makin marak. ”Bahkan, orang yang tidak bisa menulis pun berpikir mereka bisa mencari orang untuk membantu menulis,” kata Hetih.

Berbeda dengan orang-orang ternama, yang dibukukan dalam bentuk biografi, kisah hidup mereka yang tak dikenal ini, menurut Hetih, lebih menjual ketika ditulis dalam bentuk novel. ”Novel sifatnya lebih ringan, ada unsur drama dan emosi yang disukai pembaca. Namun bukan berarti membohongi pembaca karena ceritanya tetap terinspirasi kisah nyata,” ujarnya.

Pengamat buku Arswendo Atmowiloto menilai positif maraknya penulisan buku dari penggalian pengalaman pribadi itu. ”Esai personal yang bersifat human akan lebih mudah menyentuh orang lain. Ketika pengalaman subyektif dibagi lewat buku, bisa dirasakan orang lain, dan memberi pembacanya inspirasi itu jadi karya obyektif,” ujarnya.

Berjuang Menulis BuKu Pertama

”Ahhh… Rasanya seperti habis melahirkan!” Begitulah Sundari Mardjuki (37) mengungkapkan perasaan lega dan bahagia melihat novel pertamanya, ”Papap, I Love You”, terpajang di rak toko buku.

Bagi Sundari, merupakan perjuangan berat untuk menulis sendiri novel setebal 424 halaman, menembus penerbit, hingga akhirnya karyanya terpajang di toko buku. Sehari-hari, Sundari bekerja sebagai Manajer Pemasaran dan Komunikasi PT Sony Music Entertainment Indonesia. Tekad Sundari menulis buku berawal tiga tahun lalu ketika ia menyaksikan pergulatan sahabatnya, seorang pria yang jadi orangtua tunggal.

”Saya bilang padanya, saya harus menulis cerita tentang dia. Waktu itu belum tahu dalam bentuk apa. Apalagi, saya juga tidak tahu teorinya,” ujarnya.

Ia pun kemudian mulai mengumpulkan bahan, termasuk dengan mewawancarai para pria orangtua tunggal lainnya. Ada kendala, karena sebagian besar pria-pria itu jadi orangtua tunggal karena bercerai. Mereka juga tak biasa curhat urusan pribadi. Toh, Sundari mengatasi kesulitan itu.

Pada 2010, Sundari tinggal setahun di Amsterdam, Belanda, mengikuti tugas suaminya. Di sana, di sela kesibukan mengurus dua anak, ia menulis cerita dari bahan yang sudah terkumpul. Keterampilan menulis juga ia asah dengan mengikuti beberapa lokakarya penulisan.

Setelah naskah selesai, perjuangan berikutnya adalah menggaet penerbit buku. ”Mendapat penerbit tak mudah. Saya senang ketika penerbit pertama langsung tertarik. Tetapi mereka meminta mengubah beberapa isi tulisan. Saya menolak karena tulisan ini seperti bayi saya. Kalau harus ada yang dihilangkan, esensinya juga hilang,” tutur Sundari.

Menggali kenangan

Iwan Setyawan (37) juga berjuang keras untuk menulis buku pertamanya. Ia menuangkan kisah hidupnya dalam novel 9 Summers 10 Autumns, dari Kota Apel ke The Big Apple (2011). Di situ, tergambar perjalanan anak keluarga miskin di Batu, Jawa Timur, ini jadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, hingga menduduki posisi strategis di Nielsen Consumer Research, New York, Amerika Serikat.

Meski hobi menulis puisi, Iwan baru menyadari bahwa membuat tulisan panjang berupa buku butuh energi dan pengorbanan besar. ”Tetapi memberikan kepuasan luar biasa juga,” katanya.

Kampung halamannya di Batu, Jawa Timur, jadi tempat ideal bagi Iwan untuk menggali kenangan. Ia banyak berbincang dengan ayah, ibu, dan keempat saudara perempuannya untuk menyegarkan kembali ingatan. Bagi laki-laki yang gemar yoga ini, menulis bak meditasi. Karenanya, ia menulis sendiri kisahnya.

Sementara Oki Setiana Dewi (23) menggunakan buku harian sebagai sumber penulisan buku pertamanya, Melukis Pelangi (2011). Kata Oki, itulah cara termudah untuk mulai menulis buku.

Pemeran film dan sinetron yang baru merampungkan studi di Sastra Perancis Universitas Indonesia ini sudah menulis tiga buku dalam setahun terakhir. Dua bukunya yang lain adalah Sejuta Pelangi (2011) dan Cahaya di Atas Cahaya (2012).

Di buku pertamanya, Oki mendeskripsikan suasana batin dengan begitu menyentuh. ”Ada pembaca yang bilang ia nangis baca buku saya, itu karena saya nulis-nya juga sambil nangis,” ujarnya.

Saat ini, Oki masih menyimpan cita-cita untuk menulis buku tentang pengasuhan anak. ”Itu buku yang butuh ilmu dan pengalaman panjang,” ujar Oki, yang kini melanjutkan studi Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Negeri Jakarta.

Meski karya penulis pemula, memoar Melukis Pelangi karya Oki serta novel 9 Summers 10 Autumns karya Iwan laris di toko buku. Sejak 2011, Melukis Pelangi telah dicetak ulang sembilan kali, sedangkan 9 Summers dan 10 Autumns sudah delapan kali dicetak ulang.

Penulis dan pengamat buku Arswendo Atmowiloto menjelaskan, pengalaman pribadi menjadi titik awal yang baik untuk dituangkan jadi buku. Namun, untuk kelanjutan berkarya, pengalaman pribadi ini perlu diperkaya dengan opini, imajinasi, pengamatan, dan pendalaman wawasan.

Penulis Bayangan

Menuangkan pengalaman hidup menjadi buku tidak selalu harus ditulis sendiri. Miranti Dewi, misalnya, meminta Dewi Ria Utari menuliskan kisah hidupnya jadi novel Aku Jalak, Bukan Jablay. Selama dua pekan, Ria—penulis buku kumpulan cerita pendek dan novel—meluangkan waktu untuk mewawancarai Miranty, tiga hingga empat jam setiap hari.

”Awalnya mau bikin biografi dengan semua detail akurat. Tetapi Miranty kemudian merasa perlu menjaga orang-orang yang terlibat atau terceritakan di situ. Jadi diubah jadi novel,” ujar Ria yang pernah menjadi wartawan.

Dalam Aku Jalak, Bukan Jablay, Ria menuturkan kehidupan Miranti dengan lebih banyak dialog dan reka adegan. Kecuali nama Miranty sendiri, nama semua orang yang terlibat ia ubah. ”Substansi dan jalan ceritanya sesuai fakta, tetapi dituturkan dengan fiksi, ada detail yang dengan sengaja dibuat tidak presisi,” kata Ria.

Ini pengalaman pertama bagi Ria menulis novel berdasarkan kisah nyata kehidupan seseorang. Pengalaman sebagai jurnalis, membantu Ria menggali cerita lewat wawancara. Karena dua buku Ria sebelumnya diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, ia pun menawarkan cerita Miranti ke penerbit itu.

Seperti Ria, Kurniawan Junaedhie juga membantu orang lain menulis kisah mereka jadi buku. Bedanya, nama Kurniawan tak pernah tercantum sebagai penulis pada buku-buku itu. Ia jadi penulis bayangan alias ghost writer.

”Kadang saya hanya revisi, tetapi kadang juga menulis ulang secara utuh,” ujar pria yang berpengalaman sebagai editor dan wartawan ini.

Novel yang diangkat dari kisah nyata dan biografi termasuk jenis ”pesanan” yang paling banyak digarap Kurniawan. ”Sejak 2009, saya banyak menerima pesanan seperti ini. Biasanya ibu rumah tangga atau mantan pejabat, sebagai wujud aktualisasi diri.”

Menurut Kurniawan, tidak semua tawaran ia terima. Ia merasa perlu tahu motivasi si pemesan. ”Kadang mereka tidak peduli buku itu laku atau tidak. Buat mereka yang penting bisa disebut pernah nulis buku di biodatanya.”

Ada banyak cara untuk menghadirkan buku dari penggalian pengalaman pribadi. Yang dibutuhkan adalah semangat membagi inspirasi. Ditambah kerja keras, tentunya. (DAY/IYA)

Dijumput dari: http://indonesiabuku.com/?p=14047

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae