Sabtu, 24 Desember 2011

Inong Tanpa Sekat; Membaca Karya Tulisan dan Akting Bengkel Sastra UNJ

Anjrah Lelono Broto *)
__Radar Mojokerto, 4 Des 2011

“Seharusnya kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan.”(Agus Riadi).
Tanpa iringan musik Gambang Kromong khas Betawi atau pun ceceran riang senandung Lagu Kicir-Kicir, Teater Kopi Hitam Indonesia (TKHI) menapakkan kaki di tanah Si Pitung yang sekarang menjadi ibukota tanah air tercinta. Di bawah bimbingan inginan sederhana untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang”, awak TKHI mengucap salam kekerabatan berkesenian dan berkebudayaan kepada kawan-kawan komunitas Bengkel Sastra Universitas Negeri Jakarta (Bengsas UNJ) di jantung ladang kerja kreasinya, Rawamangun.

Repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang beberapa waktu lalu dipergelarkan dengan konsep pementasan panggung arena terbuka di Surabaya (dalam rangkaian agenda Festival Seni Surabaya, FSS 2011), masih setia memempercayai Gandis Uka (Siti Mafruchah) sebagai pemeran tokoh Inong, Cucuk Espe sebagai Sandek, Farid ‘Doelkhamdie’ Khuzaini sebagai tokoh Silay, penulis sendiri sebagai tokoh Madranu, serta Wahyu Hidayat, Roy Zikin, dan Agus ‘Srufuet’ di barisan pemusik.

Ketetapan komposisi ini dilandasi spirit bahwa proses teater adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan, sehingga akan terasa menyakitkan apabila satu kerja kreatif berteater diwujudkan dalam satu kali pementasan semata. Spirit ini pulalah yang menjadi mata air bagi inginan sederhana TKHI untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” karya dan sutradara Cucuk Espe dan musiknyab dicompose oleh Farid ‘Dhoelkamdhie’ Khuzaini ini ke beberapa kota, seperti Jakarta, Madiun, Solo, dan Yogyakarta dalam tajuk pentas keliling.

Nir Sekatisme Bengsas

Sebagaimana pesan mendasar dalam repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang mengungkap kegetiran subordination position kaum perempuan, TKHI membutuhkan penawar hati bagi kerja kreatif selanjutnya dan selanjutnya, di Jakarta. Metropolitian karakter Jakarta tentu saja menawarkan beragam penawar hati yang menggoda-menggiur bagi pegiat seni di jajaran awak TKHI yang masih menunduk dalam strata ‘dhalang sing dhurung sepira bangkit’ (meminjam kosakata Kartolo Cs).

Lalu dimana sisi menggoda-menggiurnya Bengsas, hingga TKHI jatuh hati dan memilihnya sebagai suami dalam lakon ‘kawin kontrak’ ala pergelaran seni pertunjukkan teater? Mengingat, Bengsas bukanlah komunitas yang fokus bergelut-menggeliat dalam bidang seni pertunjukkan teater.

Kesejatian Bengsas sebagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) di bawah payung Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, merupakan komunitas yang unik. Meski makna yang diusung dalam nama komunitas ini adalah “sastra”, ternyata komunitas yang berdiri di tahun 2008 ini memiliki tiga divisi yang umumnya dipandang dalam perspektif dikotomis oleh mayoritas pegiat seni tanah air. Selama ini berkembang pemahaman bahwa ketika seorang pegiat seni nawaitu bergelut-menggeliat di salah satu cabang seni, maka seakan haram hukumnya baginya untuk menyentuh wilayah cabang seni yang lain. Tiga divisi tersebut adalah (a) penulisan kreatif, (b) teater, dan (c) film.

Komunitas yang dimotori oleh salah satu dewi penyair tanah air, Helvi Tiana Rosa, ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi anggota Bengsas untuk berproses dalam bidang tulis-menulis, baik esay, puisi, cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Keluasan ruang yang menjadi wilayah Divisi Penulisan Kreatif ini, menuai melimpahnya hasil karya yang kemudian diterjemahkan ke bahasa pemanggungan oleh anggota komunitas lainnya di Divisi Teater dan Divisi Film. Alur sinergi kerja kreatif yang dikembangkan dalam rahim Bengsas ini juga acapkali berbalik, terkadang repertoar teater ataupun produksi film yang justru menjadi hulu bermuaranya tulisan kritik, analisis, maupun karya sastra lainnya yang bersifat saduran.

Konstruksi sinergitas lintas cabang seni inilah yang melahirkan keunikan bagi karakter kerja kreatif di komunitas yang secara yuridis formal menamakan dirinya sebagai “Bengkel Sastra, dimana fokus dalam cabang seni sastra semata yang kaprah diterima publik sebagai sebuah keniscayaan. “Adalah sebuah kejahatan berupa pembajakan identitas andaikata seorang penulis, sastrawan, atau pegiat seni tulis-menulis menyentuh wilayah yang bukan maqam-nya. Persepsi seperti inilah yang kemudian membelenggu, padahal proses kreatif dalam seni, bahkan dalam hidup itu sendiri, menganjurkan pembebasan yang logis. Sangatlah logis apabila kita juga memberi ruang kawan-kawan di Bengsas untuk menulis, berakting, dan memperhatikan perspektif kamera,” tutur Ferdi, salah satu tetua Bengsas yang terkenal dengan joke-jokenya.

Keunikan sinergitas lintas cabang seni inilah yang membuat TKHI dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” memilih Bengsas sebagai labuhan hati ketika menyandarkan sauh di Ibukota Jakarta.

Menjadi Aktor

Bisalah jadi hulu yang dipilih oleh kawan-kawan Bengsas berbeda dengan awak-awak TKHI. Akan tetapi pada kenyataanya, ketika kami bertemu-sua dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” sebagai petanda silahturakhim, penulis merasai degup-denyutan nadi yang seirama. TKHI yang menempatkan “teater” di jujuran nama team work berkesenian dan berkebudayaan ternyata juga menyentuh wilayah-wilayah cabang seni yang lain. Selama ini, awak TKHI setiap minggu selibat dengan kru radio Suara Pendidikan Jombang (SPFM) dalam acara “Talkshow Belajar Sastra”. Artinya, awak TKHI juga melakonkan lakuan yang sama dengan lakuan kawan-kawan Bengsas.

Dalam upaya juang menjadi aktor yang baik ala Grotowsky, awak TKHI mencoba mampu sentuhi wilayah di luar panggung, dimana komunikasi antara pelakon di atas panggung dengan penonton dikonstruksi tanpa sekat pemisah. Di satu sisi, pengertian penonton pun mengalami perluasan makna menjadi publik itu sendiri, sehingga berkarya kreatif dalam cabang-cabang seni yang lain merupakan kelaziman, bukan kezaliman.

Pada lap seperti inilah, inginan untuk membangun kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan, sebagaimana pernyataan Bpk. Agus Riadi di awal tulisan ini bukanlah semata gagasan yang musykil untuk diwujudkan.
____________
*) Awak Teater Kopi Hitam Indonesia

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae