Rabu, 06 Juli 2011

Puisi: Strategi Perekaman Dalam Situasi Dadakan

Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/

“Banyak waktu untuk masalah kecil. Banyak waktu untuk masalah besar.
Sedikit waktu untuk masalah kecil. Sedikit waktu untuk masalah besar.”

Puisi adalah hasil sadapan peristiwa alam semesta, di mana permasalahan yang amat gigantik dirangkum dan diperas sedemikian rupa menjadi santan, hingga sedemikian ringkas, padat, kental dalam satu rasa dan makna. Dari seribu permasalahan misalnya, puisi bisa merekam efektif mendekati target nominal yang sulit dicerpenkan, apalagi dinovelkan. Itu sebab, puisi kerap sebagai jalur paling ramai dilintasi sastrawan pemula sebelum merambah ke wilayah yang lebih lebar cakupannya: cerpen, novel.

Sastra (puisi) seruas dengan hal tak terduga, lepas dari prediksi dan jangkauan macam apa pun, tiba-tiba ada, hadir, mengalir, nyata, kemudian hilang, senyap, muram, kelam dan remang. Keunikan apa sesungguhnya yang terjadi di balik fenomena sastra? Sehingga sedemikian ‘membatmentul-nya’diayunkan keseimbangan sejarah.

Sebagaimana perjalanan sejarah, sastra tak luput dari pertarungan ‘trik-intrik’pengibaran bendera: sebutlah yang paling dikenal dengan aliran realis dan surealis, keduanya gigih menyiapkan jala untuk menjaring alasan mengenai siapa yang paling mendekati (limite) fungsi sastra ketika dihadapkan pada disiplin ilmu lain. Namun, terlepas dari pengibaran bendera dimaksut, sastra tetap lahir laksana gaung pertapa dari dalam goa, ia nyaring dari gesekan ‘sreekk’ tapak kaki perantau di bebatuan cadas, ‘nyess’ lesapan air di padang gersang, atau ‘creass’ dari clorotan jatuhnya meteor di angkasaraya.

Usahlah sastra dituntut berdisiplin dengan ilmu lain, sebab ia merupakan unsur kelembutan, serupa ‘sel lentik’ dalam berbagai keilmuan. Hanya saja, sejauh mana pengudalan sastra dilakukan secara singkronik dalam ilmu lain.

Kehilangan sastra dalam berbagai lini keilmuan, samahalnya melempar segumpal kerinduan jauh ke lorong hal paling sunyi. Keadaan demikain, disadari atau tidak, pada kadar dan kurun waktu tertentu akan terserap oleh daya gravitasi pertemuan atas berlangsungnya kelayakan sebuah ekstase. Kenyataannya, tidak ada yang terputus dalam sastra, seumpama snapsot, berdiri di tepian tebing dan beberapa detik kemudian terjungkal bersama lengkingan selamat tinggal dan terjerembab ke jurang kematian sejarah. Di mana pun, tidak ada pedang bersilang linier yang memenggal urat nadi sastra secara tragis dan menggelepar, yang terjadi adalah tangis siklikal jabang bayi sebagai pananda kelahiran sastra garda depan dari rahim senja artistik silam (Esai Nostalgia Pengantin Sastra).

Membaca buku Antologi Puisi ‘Mobilisasi Warung Kopi’ karya Aditya Ardi Nugroho (Genjus), mengingatkan saya ketika nyeruput segelas kopi di beberapa warung. Ada kata kunci di sana: namanya tetap sama, yaitu kopi, tetapi berbeda rasa. Di kawasan panas pantai Kuta (Bali), tidak senyamleng pegunungan Trunyan-Kintamani dan Bedugul. Atau di perbukitan Asta Tinggi (Sumenep), berbeda dengan sekitaran industri Krakatau Still (Merak). Bahkan di tanah kelahiran sendiri (Jombang), antara warkop Yudar (Nglele), Mak Siti (Ringin Contong), Mak Muhsini (Gebangmalang), berbeda dengan warkop P. Tris (depan kampus SKIP Jombang), warkop Assalamu’alaikaum (gerbang UNMUH Malang). Ada banyak faktor pembeda yang berkaitan dengan seduhan, kemurnian, campuran serta suasana. Di sini Genjus berperan dalam 96 tuangan puisinya yang dikemas hingga 106 halaman.

Sebagaimana Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum selaku pengantar buku ini, saya tersentak. Apa yang misterius dari sosok Genjus, mahasiswa jebolan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Jombang, hingga kumpulan puisinya tidak bisa dibilang pemula. Genjus meyeduh kerja puitika sedemikian tulus dan ulet untuk di persembahkan ke pembaca. Kerja puitika dimaksut ialah bagaimana Genjus mencari atau mewadahi intuisi, menentukan stilistika, tema, pencitraan, serta meramu berbagai genre puisinya.

Ada sekitar 20 jenis lirik puisi Genjus jika ditinjau dari 35 jenis lirik yang dikategorikan oleh Sutejo dan Sugianto dosen STKIP Ponorogo (Apreseasi Puisi, Pustaka Felicha, 2010). Banyaknya jenis lirik dalam buku ini, penulis sengaja menjebol sekat-sekat aliran dari gawang perpuisian yang kian rusuh dengan pertentangan. Bagi Genjus, pertengkaran kubu yang terus menerus, tak ubahnya orang yang bersikukuh berebut ‘benar’ dan ‘tua’ hingga eyel-eyelan sampai mengeluarkan KTP. Lucu.

Mantabnya, semua jenis puisi Genjus berdisiplin dengan A. Teeuw yang mengikat puisi tidak lepas dari kode bahasa, kode sastra dan kode budaya.

Puisi berjenis Hukla yang enak dipanggungkan, dapat kita temukan pada Surat Kaleng (hal.85), Sri Nangis Lagi (hal.86), Orang-Orang Panggung (hal.105). Puisi ini setara dengan Kembalikan Indonesia Padaku (MAJO, Taufik Ismail). Ratapan batin Genjus, terekam dalam warna elegis / karena aku hanya tembakau murahan / digulung dalam papir lusuh, beringsut, baunya kecut (Bersetubuh Siksa). Sedang yang paling privacy disembunyikan dalam puisi kamar / hening cipta / mati rasa (Yang Maha Sepi,hal.24) persis dengan puisi M. Fauzi Madura /di Sinai, ayat ayat itu mentasbih perjumpaan kita / rindu yang lahir berabad, berbetahbetah di ujung batumu (Horison, April 2006). Ada pun jenis lirik yang lain tersebar dan larat di sepanjang lanskap buku ini, semisal: Prismatis (Titik Habis, hal. 81), Diafan (Sri Nangis Lagi), Dramatis (Global Warning, hal. 91), Didaktis (Jagal Raya), Humoris (Gegar Otak), Romantis (Dia Wanita Militan), Metafisikal (Reaktor), Ode (Ibu, Ode Buat Aku), Kontemporer (Sepenggal Gerimis Untukmu), Naratif (Karnaval), Parodi (Kremasi Puisi).

Kejanggalan beberapa puisi dalam buku ini, seperti cerminan usia penulis yang masih dituntut sublimitasi karya, di mana hal yang adonis sekali pun tidak harus diungkap secara vulgar. Dalam Ode Buat Aku, penulis bertingkah narsis dengan mempahlawankan dirinya, tidak seperti Ode Buat Gus Durnya D. Zawawi Imron. Pengaruh usia juga terlihat dari lemahnya puisi bernada Parnasian yang menggarap puisi atas pertimbangan ilmu dan peningkatan ekonomi. Demikian juga tanda Platonik yang memasuki wilayah Tuhan dengan sangat mesra seperti Hamid Jabbar dalam judul puisinya Ke Puncak Diam / setiap langkah adalah darah / mengucap kejadian pasrah / yang bersipongah ngngngnggg / dari lengang ke lengang ngngg / ke dalam jeram / alirkan salam ke puncak diam.

Kepedulian buku ‘Mobilisasi Warung Kopi’ terhadap ketimpangan sosial, dapat dianalisa dari perbandingan puisi Satire yang mendominasi keseluruhan tema hingga 62 % dibanding puisi lainnya yang berjenis romantis, elegis, epigram, liris dll. Satire bukan puisi bisu yang tak andil merubah rezim Suharto hingga pergolakan Nazaruddin di tubuh Partai Demokrat. Di sini Genjus menempatkan barisan bersama Rendra dan Wiji Tukul yang menyorong puisinya ke mobilisasi pemberontakan dengan pamflet (Peniup Peluit, Harakiri, Haru Biru Air Matamu, Kesaksian Cacing, Surat Kaleng, Sebatang Paradoks). Meski pun masih mengekor, akan berbeda suguhannya jika Genjus menggeser bentuk budaya puisinya dari puisi Rendra. Sebab kebudayaan sebagaimana kekekalan energi tidak akan hilang dari naluri manusia, tetapi bisa berubah bentuk (Setya Yuwana Sudikan, makalah seminar di STKIP Ngawi 18 Januari 2011).

Buku ini penting bagi pembelajar sastra. Pembaca dapat mengutip bagaimana cara penulisnya merefleksi kejadian sesaat menjadi rekaman abadi secara baik dan benar. Sikap brilian penyair ialah ketepatan menguasai situasi dalam perubahan dadakan: Sesaat yang mempertaruhkan nilai. Itulah Genjus dengan karyanya.

*). Sabrank Suparno. Esais Jombang. Bergiat di Lincak Sastra Dowong. Tim pengelola media web: www.Sastra Indonesia.com.
*) Makalah bedah buku Antologi Puisi Mobilisasi Warung Kopi, karya Genjus, di HMP Bahtra Indonesia STKIP PGRI Jombang, pada 18 Juni 2011.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae