Selasa, 22 Maret 2011

Tokoh `Kecil’ Dalam Sejarah Besar

Ayi Jufridar *
http://blog.harian-aceh.com/

KALAU mengikuti perkembangan penerbitan buku fiksi belakangan ini, kita akan melihat begitu banyak fiksi sejarah yang beredar. Para penulis dari berbagai generasi seperti berlomba menggali harta karun sejarah berbagai tokoh, kerajaan, termasuk perjalanan masyarakat Indonesia menjadi sebuah bangsa. Tidak selamanya tokoh yang diangkat tersebut merupakan tokoh utama yang punya nama besar. Ada kalanya merupakan tokoh kecil dalam sebuah kejadian besar. Kedudukannya kecil, tapi kadang menentukan.

Salah satunya adalah Arumdalu. Buku kedua karangan Junaedi Setiyono ini memotret perjalanan hidup Raden Ayu Danti yang lebih dikenal sebagai Arumdalu. Perempuan cantik itu dipanggil Arumdalu karena kesukaannya menyuntingkan bunga itu di rambutnya. Arumdalu mungkin bukan tokoh utama dalam perjalanan sejarah pada masanya, kendati pada awal 1825 atau saat meletusnya Perang Jawa, hampir semua lelaki muda Salatiga mengenal gadis itu. Arumdalu tentu saja tidak lebih penting dari Perang Jawa, tetapi seperti yang ditulis dalam sampul buku fiksi sejarah tersebut; tiap-tiap sejarah besar diwarnai kejadian kecil yang kadang lebih menarik daripada peristiwa besar itu sendiri.

Danti Arumdalu memang hanyalah setitik air dalam samudra Perang Jawa. Namun, bagi Den Mas Brata atau tokoh aku, Danti itulah perang yang sesungguhnya. Tidak ada yang lebih berharga bagi Brata selain Danti. Sejak pertama melihat perempuan itu semasa mereka masih bocah, Brata tidak pernah bisa melupakan Danti dan terus berupaya memiliki gadis ayu itu. Ketika beranjak remaja ia menyatakan cintanya kepada Danti, perempuan yang senang berpakaian serbaputih itu menjawabnya dengan senyum. Ketika Brata menegaskan kalimatnya, Danti malah tertawa. Ternyata sebelum Brata, sudah lebih dari selusin lelaki di Salatiga yang menyatakan cintanya kepada perempuan itu. Tapi tidak satu orang pun yang berhasil memikat hati Danti.

Perempuan itu menolak cinta banyak lelaki karena sudah mempunyai tambatan hati sendiri. Lelaki itu beruntung karena dicintai Danti, tetapi cinta itu juga yang menghancurtkan keluarganya hingga membuat ayahnya, Ki Abilawa, tewas dibunuh. Kecantikan Danti berubah menjadi kutukan bagi Resa dan keluarganya.

Den Mas Brata merasa kalah dalam persaingan merebut Bunga Salatiga itu. Lebih menyakitkan lagi karena yang “mengalahkannya” bukan seorang lelaki keturunan bangsawan. Resa hanyalah anak seorang tukang jagal sapi. Brata mendapatkan kepastian kabar tentang pilihan hati Danti itu dari Danar. Danar hafal betul dengan gerak tubuh dan roman adiknya ketika menyukai seseorang, juga saat membencinya (hal. 32).

Penuturan ini membuat penggambaran karakter Danar terasa lemah karena berikutnya Danar malah mengeroyok Resa setelah dipanasi Brata mengenai calon adik ipar Danar yang seorang tukang jagal sapi. Logikanya, kalau memang Danar sudah tahu lebih dulu adiknya jatuh hati kepada Resa, kenapa justru dia terlambat panas setelah mengetahui kedekatan Danti dengan Resa yang berujung kepada pengeroyokan Resa (hal. 42). Selanjutnya, Danar berjuang mati-matian menjodohkan Danti dengan Den Mas Lesmana kendati harus menyingkirkan Resa dengan berbagai cara, termasuk dengan kekerasa. Namun, motifnya menjadi lebih kuat karena Danar ingin memperkaya diri dan memperkuat pengaruhnya.

Brata tidak pernah berhasil memikat hati Danti, bahkan sampai perempuan itu menikah dengan Lesmana. Brata ikut berperan untuk menjadikan Danti sebagai istri Lesmana yang digambarkan sebagai seorang lelaki cengeng yang hidup di bawah ketiak orang tuanya. Setelah kematian Lesmana yang misterius, Brata ikut membantu Danar menjadikan Danti sebagai istri simpanan Den Mas Pringga, seorang bangsawan kaya raya dari Ngayogyakarta Hadininggrat. Ketika itu, Danti sudah tinggal di sebuah loji bergaya India yang dibeli Den Mas Pringga untuk memanjakan simpanannya.

Brata yang sudah terpuruk kehidupannya setelah kondisi politik berubah, akhirnya menjadi centeng Danti dan sejak saat itulah dia lebih dikenal sebagai Ki Brontok. Baginya, bisa berdekatan dan terus memelihara kekagumannya terhadap Danti sudah sangat menghibur setelah gagal mendapatkan perempuan itu. Sebagai pelampiasan nafsunya, sejak muda Brata sering menginap berhari-hari di Kahyangan, sebuah pusat pelacuran di Salatiga. Dia selalu mencari perempuan yang mirip dengan Danti dan membayangkan perempuan itu dalam setiap persetubuhannya.

Junaedi Setiyono mengisahkan kehidupan di Jawa dalam kurun 1811 – 1830 dengan begitu bersinar dalam setiap rangkaian kalimatnya. Penulis yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Purworejo ini menghindari penggunaan diksi kontemporer sehingga suasana pada masa lalu sangat kental terasa, termasuk dalam penggambaran waktu dari pagi sampai pagi lagi. Untuk semua istilah yang tidak lazim baik dalam bahasa Jawa maupun Belanda, Junaedi menyediakan glosarium di halaman belakang sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan baru menyangkut berbagai istilah dalam kedua bahasa tersebut.

Sayangnya, ada beberapa istilah yang tidak lazim terdengar tidak terlihat dalam glosarium, entah sebuah kealpaan atau memang penulisnya menganggap istilah tersebut sudah familiar bagi pembaca. Namun, terlepas dari itu, pilihan kata yang sesuai dengan zamannya menjadi salah satu kekuatan novel ini. Junaedi yang karya pertamanya, Glonggong, masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award 2008, mengisahkan Arumdalu seolah ia hidup dalam masa itu, kendati kisah dituturkan melalui dari sudut pandang Ki Brontok.

Entah karena sudah menjadi ciri khas, dalam Arumdalu penulisnya sangat banyak memulai kalimat dengan kata sambung “dan”. Beberapa di antaranya seharusnya tidak dimulai dengan kata itu sehingga terlihat sebagai pembuka kalimat yang tidak mengandung banyak arti. Jika kata itu dihilangkan, malah kalimatnya terasa lebih bersinar. Bayangkan, sampai halaman 73 saja, sedikitnya terdapat 48 kata “dan” di awal kalimat. Artinya, dalam dua halaman minimal terdapat satu kalimat yang dimulai dengan kata “dan”. Ini belum termasuk “dan” yang terletak di tengah kalimat. Dalam sebuah paragraf yang tidak terlalu panjang, bisa terdapat lima “dan” baik di awal maupun di tengah kalimat.

Hal ini semakin mengganggu ketika sejumlah tokoh di dalamnya juga mengawali kalimatnya dengan kata sambung itu sehingga mengesankan penulisnya tidak mengoptimalkan kekayaan kata yang dimilikinya. Tanpa kata sambung itu pun tidak akan mengubah arti dan tidak mengurangi urgensi pesan yang ingin disampaikan.

Di luar kisah Danti, dalam Arumdalu kita juga merasakan suasana embrio perjuangan melawan penjajahan Belanda. Pembaca ikut merasakan kegagalan demi kegagalan mengusir kaum penjajah karena semangat perlawanan belum menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Perlawanan masih terkotak-kotak sehingga begitu mudah dipatahkan, selain masih banyak kalangan priayi yang tidak mendukung perlawanan tersebut karena sudah nyaman menjadi kaki tangan kaum penjajah. Alih-alih dianggap sebagai pahlawan, para pejuangh tersebut justru diberi predikat sebagai pemberontak yang membuat kekacauan demi kekacauan. []

Data Buku:
JUDUL : ARUMDALU
PENULIS : JUNAEDI SETOYONO
PENERBIT : PT SERAMBI ILMU SEMESTA
TEBAL : 378 hal.
CETAKAN : PERTAMA, MEI 2010
ISBN : 978-979-024-210-4
*) Peresensi adalah jurnalis dan penikmat sastra. Tinggal di Lhokseumawe.
Sumber: http://blog.harian-aceh.com/tokoh-kecil%E2%80%99-dalam-sejarah-besar.jsp

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae