Minggu, 06 Februari 2011

Tiga Corak Rubrik Sastra Surat Kabar

Adek Alwi*
http://www.suarakarya-online.com/

PALING tidak, ada tiga corak rubrik sastra dalam surat kabar. Pertama, rubrik sastra yang tidak mengaitkan isi dengan sifat surat kabar yang bersifat umum, dibaca oleh publik yang luas dan beragam. Jikapun ada dari sifat surat kabar yang dipegang, adalah halaman surat kabar yang relatif sedikit dibanding majalah; sehingga cerpen, esai, artikel sastra yang dimuat tidak dapat terlalu panjang seperti dalam majalah.

Tapi tema, seting, eksplorasi bahasa maupun gaya bercerita, ulasan atau telaah unsur-unsur sajak (seperti rima, irama, bentuk, metafora, imaji dan lain sebagainya), tak soal. Jadi, semangat rubrik sastra jenis ini sebetulnya sama dengan spirit majalah sastra, seni, budaya.

Corak rubrik sastra surat kabar seperti di atas merupakan ragam rubrik sastra tertua dalam surat kabar kita; setidaknya sudah ada sejak dekade 1950-an saat majalah sastra, seni, budaya, masih subur di negeri ini.

Kita ingat, dekade 1950-an ada majalah “Kisah” yang legendaris itu, ada majalah “Prosa”. “Budaja”, “Zaman Baru”, “Seni”, “Indonesia”, “Konfrontasi” dan banyak lagi. Di dasawarsa 1960-an, di samping masih terbitnya beberapa majalah dari dekade 1950-an juga 1940-an, ada majalah “Sastra”, “Horison”, dan “Budaya Jaya”. Maka denyut kehidupan sastra makin semarak dengan adanya rubrik-rubrik sastra di surat kabar itu.

Dewasa ini, ragam rubrik sastra seperti di atas (di Ibu Kota) masih dapat kita jumpai pada dua-tiga surat kabar, termasuk “Suara Karya”. Pada harian ini jejaknya bahkan sudah cukup panjang, sejak dekade 1970-an, ketika rubrik itu disebut “lembar pendakian sastra”. Sementara yang lain segenerasi dengan rubrik sastra “Suara Karya” sudah lama tiada seiring dengan tak terbitnya lagi surat-surat kabar bersangkutan, atau berubahnya visi dan misinya. Katakan misalnya surat kabar “Berita Yudha”, “Buana Minggu”, “Merdeka Minggu”, “Pelita”, “Swadeshi” dan sejumlah surat kabar lainnya.

Corak kedua, adalah rubrik sastra surat kabar yang mengaitkan isinya dengan karakter surat kabar secara lebih ketat. Pada rubrik sastra jenis ini, panjang tulisan (terutama cerpen dan esai) selain harus disesuaikan dengan ketersediaan kolom/halaman, menjadi penting pula pertimbangan keterkaitan karangan itu (misalnya tema cerpen serta esei) dengan hal-hal yang umum sifatnya, atau sebutlah konteks sosialnya. Pun, aktualitasnya; sesuatu yang juga menjadi ciri surat kabar. Ini sebabnya pada hari-hari di sekitar 30 September/1 Oktober, umpamanya, cerpen-cerpen yang muncul di rubrik sastra jenis ini biasanya berlatar dan yang temanya semacam rekonstruksi peristiwa di bulan yang sama tahun 1965, atau pada hari-hari sesudahnya; ketika pemerintah Orde Baru memburu mereka yang dianggap terlibat dengan kejadian itu.

Karena itu pula, karangan-esei yang memfokuskan penelaahan terhadap unsur-unsur sajak (imaji, metafora, rima, irama, dan sebagainya itu), jarang atau sama sekali tak ditemukan di dalam rubrik sastra surat kabar jenis ini. Esei-esei seperti itu dinilai terlalu spesifik, tak umum, juga tak aktual.

Tetapi tentu ada kecualinya, misalnya saat penyairnya meninggal. Namun itu pun dengan catatan jika penyairnya memang sangat populer, dikenal luas di tengah masyarakat. Ketiga, ialah rubrik sastra yang oleh penerbitnya dilihat bagian dari komoditas di tengah semangat pers yang telah bergeser dari pers-perjuangan, pers-pembangunan, menjadi pers-industri. Di sini, rubrik sastra itu dipandang sama dengan rubrik-rubrik lain di dalam surat kabar (dapat juga ditambah dengan tabloid) bersangkutan. Artinya, rubrik sastra itu pun harus mampu memberi kontribusi laba terhadap perusahaan; minimal mengikat pembaca untuk tidak lari ke surat kabar atau tabloid sejenis.

Pada rubrik sastra jenis ketiga di atas amat kecil kemungkinan esai atau artikel sastra dijumpai, apalagi yang bersifat telaah atau eksprimental. Begitu pula dengan sajak. Cerpen-cerpen yang dimuat, juga cerita bersambung, disesuaikan dengan minat atau kebutuhan segmen pembaca surat kabar kabar (atau tabloid) bersangkutan.

BETAPAPUN, ketiga corak rubrik sastra surat kabar itu memberi kontribusi yang tidak kecil artinya bagi kehidupan sastra di Tanah Air. Idealnya memang rubric sastra corak pertama.

Namun, dua jenis rubrik sastra lainnya pun sudah memberikan sumbangan, terlebih sejak akhir dasarwasa 1980-an atau awal 1990-an, ketika majalah sastra cuma tinggal “Horison”, majalah kebudayaan tersisa “Basis”, setelah “Budaya Jaya” tak pula lagi terbit di awal 1980-an.

Sekaligus itu juga berarti, dewasa ini, negeri berpenduduk yang katanya lebih 220 juta jiwa ini tidak lagi sekadar disebut paceklik media sastra, tetapi sudah melorot ke tingkat miskin-papa (meski belum sampai hina-dina). Nah, dalam situasi-kondisi seperti itu, syukur masih ada rubrik-rubrik sastra surat kabar. Syukur; karena rubrik-rubrik sastra itu tak hanya bermanfaat untuk sastrawan, peminat/pembaca sastra, tetapi juga untuk napas hidup sastra.

Tidak bisa dibayangkan sebuah bangsa, apalagi yang besar dan mengaku kaya-raya, yang menter-menterinya bermobil mahal, wakil rakyatnya wangi dan buncit perutnya, pagar istana preisdennya bernilai 20 miliar rupiah lebih, gedung-gedungnya tinggi mencongkaki langit; namun denyut hidup sastranya di pintu sakratulmaut lantaran kelangkaan media representatif. Padahal, hasil kreasi sastra itu akan dibaca bangsa lain pula sebagai identitas bangsa itu; padahal, Malaysia yang tempo dulu hormat ke negeri ini laiknya ke abang, jangan lagi media-media sastra representatif, tokoh-tokoh sastranya pun diberi negara gelar Sastrawan Negara dengan berbagai fasilitas.

Hemat saya, kesadaran kepada jati-diri/identitas bangsa melalui sastra itu yang mendong banyak orang atau pihak terpanggil menerbitkan media-media sastra, seni, budaya dasawarsa 1950-an atau sebelumnya; beberapa waktu sesudah atau menjelang bangsa ini merdeka. Padahal, secara materi bangsa kita zaman itu tentu belum sejaya sekarang. Tapi, itulah, mereka memiliki kesadaran, memiliki komitmen yang tinggi.

Apakah dengan begitu, saat ini, kita, bangsa ini, tidak lagi memiliki kesadaran serupa atas peran sastra bagi identitas bangsa, bagi pembangunan spritual? Tidak akan saya jawab pertanyaan ini, di tengah maraknya budaya kulit/fisik merajelala, sehingga orang senyum saja walau sudah menipu serta korup untuk memuaskan dahaga rakus itu dan budaya kulit/fisik itu. Lebih baik, sambil senyum haru, saya lagi-lagi memberi apresiasi pada rubrik-rubrik sastra surat kabar tadi: yang bercorak ketiga, dua, apalagi yang pertama. ***

*) Adalah sastrawan, wartawan, dan dosen Poltek UI

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae