Minggu, 06 Februari 2011

Puisi sebagai Cara Berkomunikasi

Catatan Krakatau Award 2006*
Budi Hutasuhut**
http://www.lampungpost.com/

Bahasa sebagai alat yang dipergunakan penyair untuk menghamparkan fakta-fakta pemikiran dan perasaan atas realitas kehidupan yang ada di lingkungan sosial maupun kulturalnya, mestinya tampil dalam wujud paling tradisional yakni sebagai sebuah cara berkomunikasi, sehingga puisi yang muncul di lingkungan masyarakat tidak lagi dipenuhi ikon-ikon asing (aliens code) dan ganjil.

Ikon-ikon yang selama ini membuat masyarakat luas mengambil jarak dari realitas dunia puisi, menjadi penyebab dunia kesusastraan hanya dunia sebagian kecil masyarakat kita.

Adakah upaya yang dilakukan para penyair ini untuk menyiasati agar dunia kesusastraan menjadi universal, atau semua ini hanya bagian dari tren penulisan puisi yang sedang menggejala di kalangan penyair kita?

Yang jelas, membaca puisi-puisi yang muncul di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini, tidak lagi membuat kita mengkerutkan kening untuk menangkap substansi dari setiap ikon yang terpampang di dalamnya. Semua terlihat begitu jelas dan terbuka, sehingga kita bisa tahu makna dari sepotong puisi yang ditulis penyair tanpa harus memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan kita tentang teori-teori sastra. Kita tidak perlu membolak-bolik buku-buku teori sastra, atau meng-up grade pengetahuan kita dengan teori-teori baru, jika hanya ingin memahami sebuah puisi.

Puisi-puisi itu sudah mengisahkan tentang dirinya sendiri, dan kita tinggal membacanya. Puisi yang ditulis penyair karena memiliki kesadaran yang sangat tinggi atas teori komunikasi. Dengan kesadaran itu, mereka tahu persis kedudukannya sebagai komunikator, entitas yang harus paham betul karakteristik pembaca karya-karyanya, saat menulis puisi.

Ada frame dalam kepala mereka bahwa untuk “menyampaikan gagasan dan perasaan”, maka pesan itu hanya bisa sampai jika disesuaikan dengan karakteristik khalayak yang ada.

Hakikat komunikasi adalah menyampaikan informasi kepada khalayak agar pesan tersebut bisa sampai kepada audiens, tentu diikuti dengan upaya pendengar untuk berbuat, bertindak, berperilaku sesuai pesan yang disampaikan.

Berangkat dari teori itu, saya berkesimpulan fakta-fakta pemikiran dan perasaan dituangkan penyair dalam bahasa yang disiasati bisa dipahami masyarakat pembaca yang luas, sehingga setiap pembaca karya sastra tidak lagi merasa terperangkap dalam ikon-ikon asing dan ganjil. Dengan demikian, pembaca tidak lagi membutuhkan kehadiran seorang kritikus untuk menjembatani mereka dengan apa yang ingin dikomunikasikan seorang sastrawan dalam puisinya karena puisi itu sendiri sudah berbicara tentang banyak hal secara transparan. Bacalah puisi-puisi Joko Pinurbo yang tak berpretensi membuat pembaca mengerutkan kening kalau hanya untuk menangkap informasi yang disampaikannya. Karena puisi-puisi itu sudah sangat jelas dalam mengusung temanya sendiri, menghamparkan dirinya sendiri.

Pembaca tidak akan berhadapan dengan metafora yang mengalienasi masyarakat pembaca ke dalam kelompok “tahu puisi” dan “tidak tahu puisi”.

Semua masyarakat pembaca berada pada posisi yang sejajar, sebagai entitas yang sanggup mencerap informasi dalam puisi tanpa terlebih dahulu harus tahu teori-teori sastra. Seorang awam akan dengan mudah menangkap informasi dalam kumpulan puisi “Di Bawah Kibaran Sarung” meskipun seorang ahli sastra akan berusaha untuk menangkap hal yang lebih kaya dari substansi puisi-puisi dalam buku tersebut.

Perbedaan tingkat pemahaman itu tidak akan membuat dunia puisi kita menjadi amburadul karena puisi sebagai karya seni sangat terbuka terhadap segala bentuk dimensi kognisi pembaca.

Namun, mereka yang meyakini bahwa bahasa tidak sekadar ungkapan pikiran dan perasaan manusia, tetapi juga cara mengorganisasikan dunia, akan membantah kesimpulan saya ini. Berangkat dari Walter Bejamin, orang akan mengatakan puisi dimulai dengan pengorganisasian dunia kognitif, kemudian bergerak ke pengorganisasian dunia luar.

Bagi Benjamin, pengorganisasian dunia kognitif sudah dilakukan sejak penciptaan unsur dasar sastra seperti metafor yang merupakan perangkat di mana kesatuan dunia secara puitis disajikan.

Tapi, saya cenderung akan menolak puitisasi definisi semacam ini karena pada akhirnya berdampak terhadap bangkitnya persoalan lama tentang “sastra sebagai dunia sebagian kecil masyarakat”.

Puitisasi definisi semacam ini hanya melihat bahasa dari sudut pandang nonformal, sehingga universalitas terbaikan, yang akhirnya puisi menjadi tak berbeda dengan teks-teks atau risalah-risalah filsafat.

Dari 347 puisi yang dikirim 142 penyair dari seluruh negeri (hanya 12 penyair asal Lampung), yang ikut serta memperebutkan hadiah Krakatau Award 2006, saya tidak menemukan puisi dengan kualitas sastrawi seperti diyakini para penganut Walter Bejamin.

Puisi yang benar-benar kuat, setidaknya begitu keyakinan Walter Benjamin, adalah sastra yang akhirnya menyeret kehidupan hanyut meniru separo atau bahkan mungkin seluruh sastra tersebut. Sastra seperti ini, di mana kehidupan berpusar dan mengambil ilham darinya, tegak menjulang dengan bayang-bayang yang melintasi abad dan benua.

Pemahaman terhadap tawaran Walter Benjamin hanya akan menjebak penyair ke dalam dunia yang sangat individual. Dunia yang dipahami para penyair hanya sebagai dunia khas diri mereka, yang memerangkap mereka dalam kesibukan menulis puisi dalam aliens code. Puisi yang sangat mengesankan sebagai hasil dari dunia yang dilanda kaos. Mereka yang paling bertanggung jawab atas merebaknya tradisi puisi gelap di dalam dunia puisi kita, puisi-puisi yang mengalienasi masyarakat luas dari dunia kesusastraan, yang mempertegas pemeo “yang bukan penyair jangan ambil bagian”.

Puisi yang saya temui sebagian besar ditulis dalam kesadaran akan realitas masyarakat pembaca, kesadaraan bahwa puisi adalah salah satu cara berkomunikasi. Kesadaran serupa ini hanya muncul jika seorang penyair telah memiliki frame tentang dunia puisinya, dan memiliki gambaran tentang siapa yang akan membaca puisi tersebut.

Tentu saja hal pertama yang sangat kuat memengaruhi para penyair adalah “bagaimana meyakinkan para juri agar puisi mereka bisa memenangi Krakatau Award 2006″. Lewat tema perlombaan, mereka bisa membatasi diri, dan menyesuaikan isi puisi dengan pembacanya.

Puisi-puisi seperti itulah yang akhirnya memenangi Krakatau Award 2006 karena puisi-puisi seperti itu akan lebih mudah dipahami masyarakat luas.

Apalagi jika puisi-puisi itu dibebani tema yang disiasati untuk mempromosikan segala dinamika masyarakat Lampung kepada seluruh warga bangsa dan dunia. ***

*) Catatan ini bukan sikap tim juri dan panitia Krakatau Award 2006.
**) Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung, Juri Krakatau Award 2006.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae