S.W. Teofani
Lampung post 03/16/2008
AKU selalu coba melupa. Menutup sirip kenangan dengan taburan doa. Mengelupas tiap helai tanpa nada. Meski tak pernah benar-benar mencapai amnesia. Gapura itu tetap dan selalu ada. Di ceruk paling maya, mengada dalam taman jiwa. Gigir ngarai yang pernah kita sisir, memanggil dengan suara paling mesra. Ruah rasa yang dulu hadir, menerbangkanmu untuk menyambangi waktu. Semua kembali bersua. Seolah tak pernah ada jeda menganga. Kita kembali mengeja kidung-kidung gapura. Meracik harap mencapainya. Hingga kau membuka tirai nelangsa. Utas janji telah kau patri pada seruas hati. Lingkar tunang telah kau semat pada lentik jari. Aku berpaling dengan pasti. Bukan langkah kita yang menuju ke sana. Lagi, aku ingin menghapus setiap jejak kaki kita.
Kau tangkap seluruh dawai lara. Kau kais ruah magis yang tersisa. Kau yakinkan tentang kecocokan anak jiwa yang diwedarkan pujangga Libanon. Tak terberai oleh jarak waktu. Mengikis lipatan kemustahilan. Tak tergulung ikatan manusia, menembus segala yang tak bercela. Melenyapkan segala ketidakmungkinan.
Hatiku menawar kemungkinan, menatapmu penuh peluh, merangkak menembus keangkuhan. Kau seorang saja menghempaskan temali tradisi. Bara malumu terselip pada palung kehidupan. Aku terengah dengan lelahmu. Darah bercucuran dari setiap pori. Suaramu serak, dengan nafas sesak, kau yakinkan aku tentang gapura itu. Aku bimbang. Mataku berkaca antara luka dan damba. Andai kutinggal semua kenang, kau terlunta dalam sengsara. Bila kususuri jalan gapura, tidakkah ada yang terluka?
Ku semayamkan bimbang ini pada ruang keabadian. Kuhampar sajadah yang tak pernah terlipat setiap sepertiga gulita. Kerik jangkrik menjadi aransemen pembuka arasy. Ronce tasbih pernghantar setiap puja. Aku mengulangnya dan terus mengulangnya, bahkan sebelum kau hadir pada rona senja. Kala itu, sejuk embun malam bersaksi setiap pinta. Gemintang sunyi mengerlip pada pengharapan setengah jiwa. Jiwa itu terus mengais pasangannya. Diketuknya Sang Pemilik dengan santun. “Tunjukanlah paro jiwa yang Kau pisah sejak mengada. Satukanlah yang terberai dalam rahmat-Mu. Temukanlah yang terserak dengan kuasa-Mu. Tenteramkanlah kegelisahannya dengan pertemuan. Bukakan bilah-bilah penghalang. Taklukanlah tinggi gemunung. Redakanlah amuk gelombang. Mudahkan jalin lindan kesulitan. Lipat jarak. Sampaikan waktu pada pertemuan agung, penyatuan dari sebilah jiwa menuju sempurna. Amin.”
Lembar geguritan menjadi kidung setiap hela. Hingga jiwamu menyambang setulus kekupu. Saat itulah sesigar jiwaku berkata, jiwamulah separuhnya. Pemilik agung telah mempertemukannya. Pada sebuah masa, terpisah lagi oleh prahara. Ketika jiwa lain turut mencari paruhnya. Jiwamupun tertawan. Kau sangka paruh itu pasangannya. Hingga terhempas paruh jiwaku pada palung cakrawala. Menyatu pada hakekat pemilik-Nya.
Kembali kidung-kigung pengharapan terwedar meniti jalan panjang. Mengembara ke negri-negri yang jauh. Terlantun pada rasa yang dalam. Tercekat kata pada batang kepasrahan. Hingga jiwamu kembali menyua. Tak hadir ketentraman kala jiwamu berpadu dengan jiwanya. Kau jumput lagi awan-awan tipis. Kau jadikan kendaraan menuju jiwaku. Kita terpaut pada sasmita kedua. Menari di dalam asuhan rembulan. Tersedu di perdu berduri. Tergelak di hamparan lelumut. Tersedak pada ketidakmungkinan.
Gapura kembali menebarkan wewangian surga. Mengepakan sayap harapan pada kedamaian abadi. Pencipta seperti telah memudahkan jalan kita. Nafas lega menenangkan tatap mata. Senyum beradu pada sipu. Jiwa itu kembali menujunya. Tidakkan hanya Pencipta yang menguasai jalan cerita? Kita hanya jiwa-jiwa yang ada dalam genggam-Nya. Menyisir maktub yang telah ditoreh-Nya. Hari ini beduk kegembiraan ditabuh untuk kita. Esok, genta kehilangan menjadi ratapan semesta. Keduanya saling menyilih. Bagai kelupas bawang bakung pelindung makna. Saatnya kita mengeja bahagia dengan cara berbeda. Bagian dari hidup yang datang dan pulang. Keniscayaan yang sering hadir, tapi tidak kita miliki. Pemiliknya mengambil dan memberikan pada waktu dan saat yang dikehendaki-Nya. Agar kita sempurna merasainya. Sempurna pula mengartikah hadir-Nya. Hingga lumat pada kekuatan Maha sempurna.
Kekasih…tak lagi kurasai kita yang memetik dawai-dawai cinta. Ada Tangan lain yang lebih kokoh memainkan. Kita meliuk hingga dawai itu dipatahkan-Nya. Kembali semua terhempas di sudut bumi yang berbeda. Tapi, jangan lagi berduka. Telah kumaknai duka sebagai gaun kehidupan, yang bisa berganti beriring terbit mentari. Hari ini jubah merah marun melekat pasti. Dibalut coklat nelangsa. Esok, biru muda berenda merah jambu menjadi busana kita. Begitu seterusnya.
Jangan Kau tandaskan bahwa perpisahan ini akhir segalanya. Telah kita lampaui sasmita demi sasmita. Aku percaya sasmita adalah pertanda yang dipungut dari pelangi surga. Perlambang kehidupan yang telah diendapkan pada manah kita. Jika itu salah, kita yang tak pantas mendapatkannya. Jika itu benar, Dia tidak membiarkan hamba-Nya dalam pencarian buta. Ditunjukannya jalan-jalan. Diberikanya perlambang-perlambang. Dipersembahkannya pilihan-pilihan. Aku tak lelah mengungkai butiran pepasir. Kupilah kerikil, kuyakin ada mutiara di antaranya. Jangan lelah menyisir tulisan-Nya. Tak ada huruf yang tersia. Jangan tandaskan teguk madu pada cawan hati kita. Jangan muntahkan pahit racun dari tembikar harap kita. Waktunya kita persembahkan seluruh yang kita ingin. Tapi bukan patah dahan, kekasih!.
Lihatlah, ngarai itu mengaga, tapi ada jembatan menuju gapura. Samudra begitu luasnya, tapi di sana ada bahtera. Gemunung menantang dengan ketinggian. Telah kita siapkan sayap untuk melampauinya. Bukankah jembatan itu dipersembahkan untuk kita? Tidakkah telah kau siapkan layar bahtera. Dan kutenun sutra sebagai sayap perjalanan kita.
Telah kau kemasi hatimu untuk meninggalkan negri salju. Kan kau kubur kenangan di musim-musim gugur. Kau kembali dari negri itu saat dedaun bersemi. Langkahmu pasti ke zambrut katulistiwa, dengan hamparan sawah dan biru lautnya. Tangan kekarmu hendak menjala kecupak ikan yang selalu menggoda. Kau cumbui lagi harum bunga kopi. Tepat di musim durian langkahmu menjelang. Kau bawa seluruh rindu pada empu kehidupan. Kau hirup semilir pembebasan tanah kelahiran. Kau tuang air suci dari pegunungan. Tanganmu mencekram akar kesahajaan.
Kau letih kekasih, setelah jasadmu terikat temali harta. Jiwamu terkurung belenggu waktu. Kembaramu terasing pada kelana yang lama. Keinginanmu tercekat jenggala buana. Lewat dua dasa purnama tak kau lihat elang meliuk dipucuk kebebasan. Bertahun tak kau simak dendang kampung halaman. Perawan desa memainkan siter bahagia. Menawanmu turut serta.
Diamlah pada sajadah yang terbentang di Masjid desa. Tempat masa kanakmu mengeja A-Ba-Ta. Usap ubun-ubunmu dengan oase kaki bukit. Sujudkan sejumlah ruah pada persada. Tenanglah kekasih. Dekap air ajaib dari muasal hidupmu. Heningkan cipta di pangkuan Ibu. Tuntaskan isak yang tercekat. Aku tak akan mengusik dengan keinginan, juga ruah iba. Kubiarkan dunia berhenti untuk kepulanganmu. Yang kutahu, seluruhmu lelah!.
Setelah rembulan meninggalakan malam, kau menggeliat. Hari menjadi sama seperti sebelum kepergianmu. Kau saksikan goyangan reranting sarapuh dulu. Kenyal nasi tak sepulen saat kau pulang. Puja-puji tak semeriah saat kau datang. Balas pantun tak seramai waktu kau kembali. Upacara penyambutan telah usai. Siter kemenangan kembali masai. Waktu berpacu pada kaharusan semesta. Kau bukan lagi pahlawan, tapi lelaki yang harus berjuang. Kau tahu ke mana mesti menumpahkan seluruh gundah. Kau akan mencari peneduh resah.
Kan kau berikan seluruh hati pada perempuan yang telah tertoreh dalam maktub. Tapi pernahkan kita tahu goresan maktub? Kulihat burung tadahasih memungut duka. Biarlah duka itu miliknya. Ia bukan sasmita. Kan kupilin waktu menjadi bunga. Kan kutiup gemawan membentuk gapura. Kan kupindai lembaran maktub kita. Kutenun utas benang, dengan seluruh warna.
Kita berseberangan, mencari jembatan hati. Satu tangga ke arah gapura. Kau ulurkan bilah kayu. Kuikat dengan rotan. Kau tambah balok satu, kususun menjadi jembatan. Kita sama ternganga. Jalan itu semakin sempurna. Aku tak sabar menujumu. Dengan tenang kau berucap; diamlah, aku yang akan menjemputmu. Waktu menjadi sangat lama. Detik berubah windu, menit-menit mengabad, bibirku mengatup. Hatiku mengeja khakhiwang; kupahat agung gapura dengan jemari yang terbakar. Belulangnya tetap sejuk kokoh dijaga pendingin salju kutub. Gapura itu semakin indah. Bercak darah menjadi mawar yang menebarkan wangi firdaus. Kau berikan aku kuas bergagang cendana, berambut sutra. Kugoreskan dengan ketenangan penuh. Kutaburkan pesona perak keemasan. Waktu mengungkai janji hati kita. Jarak terlumat kesungguhan dua rasa. Musim berlutut pada keajaiban sukma. Hujan memperjelas jejak yang telah dan akan tercipta. Tak ada yang terhapus, bahkan setiap hela nafas yang kita tarik saat tersedan. Tak ada yang pupus, meski kuncup daun disapu beliung pada musim bahana. Semua berkelebat pada kecepatan yang tak tertanding cengkrama kilat. Kita tetap termangu. Menyimak do’a-do’a yang tak pernah lengah kita jaga. Seluruh bait meraupi gapura. Kini, bukan hanya keindahan tertoreh di sana, keanggunan derita telah menjadi ukirannya. Bukan hanya keagungan yang bertahta, pahatan kesabaran panjang menjadi relief penyempurna. Gapura itu tidak hanya mewartakan kebahagiaan, juga mahkota deduri nelangsa. Bukan kita saja yang berkehendak untuk memasukinya, Tangan mahalembut yang menuntun ragu hati kita.
Gapura itu di depan kita, begitu dekat dan nyata. Hanya satu yang membuat ia menjadi jalan kita atau kenang tersimpan zaman; Taqdir.
Bandar lampung, Februari-Maret 2008
Untuk sebuah kepulangan.
Dari: http://www.sriti.com/story_view.php?key=2745
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 06 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar