Sabtu, 26 Februari 2011

Bali Menikam Diri?

Judul: Bali Tikam Bali
Penulis: Gde Aryantha Soetama
Penerbit: Arti Foundation, 2004
Tebal: vii + 203
Peresensi: Igk Tribana
http://www.balipost.co.id/

ADA empat puluh judul esai dalam buku karya Gde Aryantha Soetama ini. Esai-esai ini sebelumnya telah dimuat dalam salah satu media cetak yang terbit di Bali. Semuanya menarik untuk direnungkan kembali, lebih-lebih dalam rangka memperkaya pemikiran dan pemahaman wacana ajeg Bali. Antara fenomena dan opini telah diramu sehingga menjadi tulisan yang enak dibaca. Materinya tetap aktual.

Banyak hal yang menarik dalam buku ini. Betapa tidak. Beberapa konsep atau teori dari pemuka agama, pakar, pejabat, dan orang-orang yang menyebut dirinya tahu tentang sosial budaya masyarakat Bali telah disajikan oleh Gde Aryantha Soetama untuk direnungkan kembali. Misalnya, semua orang tahu, judi membuat tajen bersinar dan punya daya pikat luar biasa. Tajen tanpa judi itu omong kosong. (hal. 82). Dan, tidak akan pernah ada orang bertaruh menggunakan pis bolong dalam bertaruh seperti konsep yang pernah diungkapkan oleh kalangan tertentu pada masa kini. Memang dulu kala orang menggunakan uang kepeng karena uang kertas belum ada.

Buku ini semakin menguatkan pemahaman orang terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam khasanah pustaka sastra, seperti yang sering diangkat dalam aktivitas pasantian, misalnya kakawin Ramayana. Musuh yang akan menghancurkan Bali adalah dari sendiri -- masyarakat Bali sendiri. Masyarakat Bali akan menikam dirinya sendiri. Gejala ini terlihat pada G30S/PKI pada tahun 1965. Orang Bali membantai saudaranya yang berdasarkan isu bahwa dia adalah seorang PKI. Beberapa tahun terakhir ini agak mirip. Gara-gara beda partai politik orang Bali teganya menghabisi nyawa sesama nyama Bali. Bali menikam Bali adalah sejarah kelam, ganjil, karena orang Bali memiliki tat twam asi, pegangan hidup yang mengajarkan agar manusia senantiasa mengasihi sesama, karena menyakiti, merusak, menikam orang lain, sama artinya dengan membacok diri sendiri.

Karena seringnya adat -- benteng masyarakat Bali -- disanjung-sanjung, maka larangan untuk menguburkan mayat pun dilakukan dengan dalih adat. Mengoyak-moyak sarana pengabenan ketika ke kuburan seolah mendapat pembenaran dari adat. Rasa dendam telah dibungkus dengan adat. Demikian pula judi tajen yang bertentangan dengan nilai-nilai agama telah menjadi bagian dari aktivitas adat di pura. Masyarakat pun dipaksa ikut matajen dengan dalih melestarikan adat. Masyarakat yang kurang setuju dengan aktivitas judi tajen di pura terkucilkan. Penikaman mental telah dilakukan oleh masyarakat Bali sendiri. Namun demikian, tetap harus diakui bahwa adat telah menjadi benteng agama Hindu di Bali. Karena itu adat hendaknya dipahami dengan pikiran yang cerdas, bukan membabi buta.

Tampaknya sisi-sisi pendidikan yang carut marut ini juga sempat disinggung oleh penulis buku. Bagaimana belajar gaya Bali. Banyak maestro lahir di Bali, misalnya Cokot, pembelajarannya bukan dari lembaga pendidikan (sekolah), melainkan dari alam itu sendiri. Cokot yang buta aksara Latin, menemukan watak atau karakternya sendiri. Ia melewati seluruh masa hidupnya dengan membelajarkan dan mendidik diri sendiri. (hal.17).

Pendidikan terlanjur didengungkan sebagai sebuah usaha untuk menciptakan, melahirkan dan membentuk manusia. Watak itu hasil sebuah rekonstruksi yang terus-menerus, terarah, sehingga kurikulum harus dirinci dan serapi mungkin. Sarana dan prasarana sekolah mesti ada. Padahal siapa saja bisa belajar kapan saja dalam posisi seperti apa pun. Banyak yang lupa, setiap mulai belajar, seseorang (anak) harus bebas dari tekanan. Kemudian pendidikan terletak kepada bagaimana menuntun seseorang menuju jalan pembebasan, bukan didikte oleh guru. Di Bali, mungkin juga di tempat lain, jalan menuju pembebasan justru diperoleh di luar pendidikan formal -- belajar adalah juga bekerja, contohnya belajar mengukir. ''Belajar gaya Bali akan melahirkan generasi berwatak Bali, yang memandang akal dan keluhuran budi mesti selaras, saling melengkapi'' (hal.20).

Soal tanah juga menjadi sorotan Gde Aryantha Soetama. Banyak orang yang hidupnya bim salabim karena menjual tanah. Namun, tanah juga menjadi dilema yang paling ruwet. Persoalannya semakin kusut, menimbulnya bencana semakin dahsyat. Persoalan bukan sebatas palemahan Bali, melainkan menyangkut masalah pawongan dan parahyangan yang kurang harmonis. Banyaknya tanah di Bali jatuh ke tangan investor adalah bukti nyata Bali akan berubah. Manusianya makin terdesak. Tempat-tempat yang disucikan semakin dicemarkan oleh lingkungan yang kurang mendukung. Misalnya, pura subak (ulunsui) telah ditinggalkan penyungsung (petani). ''Adakah orang bisa meramal, seberapa dahsyat tragedi akan menimpa Bali karena tanah-tanah semakin berpindah ke tangan orang-orang yang tak begitu peduli?'' (hal.45). Tragedi ini akan berdapak lebih parah dari bom yang pernah meledak di Legian.

Seperti halnya ciri khas tulisan esai, tentu kebenarannya sangat subjektif -- berdasarkan pandangan penulisnya. Jika ada pembaca yang kurang sependapat terhadap beberapa materi dalam buku, kekurangsepahaman itu tentu wajar. Jika kekurangsepahaman ini lantas menimbulan pemikiran atau kreativitas baru, tentu hal yang sangat baik dalam proses menuju pendewasaan. Secara teknis (ejaan) ada beberapa kekeliruan, misalnya penulisan kata ''keratifitas''. Hal ini akan berdampak kurang baik terhadap pelajar yang suka membaca, tetapi tidak mengganggu pemahaman pembaca. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja terutama yang ingin tahu tentang persoalan Bali. Tanpa tahu persoalan tentang Bali, mustahil orang bisa berperan aktif dalam mengajegkan Bali. Ajeg Bali bukan sebatas wacana, melainkan dalam bentuk perilaku yang mencerminkan budaya dan agama (Hindu).

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae