Jumat, 04 Februari 2011

AYAM KAMPUNG

M. Ikhsan
http://pawonsastra.blogspot.com/

Terpengaruh oleh ilmu pengetahuan populer, aku lebih menyukai ayam kampung daripada ayam RAS. Konon kadar kolesterol ayam kampung lebih rendah daripada ayam RAS. Selain itu tidak ada zat aditif seperti hormon pemacu pertumbuhan ataupun obat-obatan. Siang itu untuk sedikit memanjakan tubuh aku nongkrong di warung ayam bakar kampung yang terkenal lezat di kotaku. Warung itu walaupun sederhana tetapi banyak dikunjungi orang-orang berdasi dan bermobil mewah. Aku tidak keki dengan kehadiran mereka, soalnya di situ kulihat juga beberapa pengunjung berkasta sepertiku, pemakai sepeda motor.

Setelah memesan ayam bakar kampung, aku mengikuti ritual menunggu yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang berdasi itu, memencet tombol HP dengan ibu jari. Bedanya HP mereka lebih canggih, sedang HP-ku sekedar bisa untuk menelpon dan SMS saja. Aku dikarunia oleh Tuhan dengan penglihatan yang tajam. Siang itu aku merasakan hal yang tidak mengenakan di warung itu. Seorang anak kecil yang kumal tampak duduk di sudut warung sambil memendam kesedihan yang dalam. Tangis kesedihannya disertai kelelahan pertanda dia telah menangis sejak lama. Anak kecil itu duduk di trotoar ditopang tangan kirinya dengan tubuh agak miring. Kedua lututnya ditekuk bersimpuh. Tidak banyak orang yang mau memperhatikan kehadirannya. Di kotaku pemandangan anak gelandangan yang kelaparan bukanlah pemandangan yang aneh. Bahkan banyak pemandangan tersebut adalah pemandangan artificial atau pemandangan buatan untuk mengetuk belas kasih kita.

Aku melanjutkan mengetik SMS untuk anak istriku sambil sekali-kali memperhatikan anak kecil itu. Di sampingku seorang lelaki bertubuh tambun bermata sipit sedang menikmati hidangan ayam bakar yang sudah tersedia. Dia berambut panjang diikat, bercelana pendek dan yang kutahu mobilnya AUDI yang terawat baik. Dari cara dia makan aku tahu dia sangat menikmati daging ayam yang disantapnya. Sesekali terdengar sendawa yang bagi orang kaya sopan-sopan saja. Tetapi kalau sendawa itu keluar dari mulutku pastilah orang-orang perlente itu akan menegur dengan pandangan matanya. Tetapi sekali lagi, aku dikaruniai pandangan mata yang tajam. Aku menangkap sebuah pemandangan yang aneh. Setiap orang tambun itu puas dengan daging ayam yang dimakannya, kulihat anak itu semakin menjadi-jadi tangisnya. Orang tambun itu tidak menyadari dan larut dalam kelezatan ayam kampung. Pemandangan itu telah membuat selera makanku hilang. Aku segera menghampiri anak kecil itu untuk sekedar ingin tahu kenapa dia begitu tersiksa setiap daging ayam itu digigit, dikunyah dan dilumat orang tambun itu.

Kupegang pundak anak itu. Tetapi dia tak menghiraukanku, perhatiannya tetap saja tertuju kepada orang tambun yang sedang menyantap ayam bakar. Aku mencoba sabar menunggu sampai orang tambun itu selesai makan. Anak kecil itu tampak lemas melihat ayam bakar ludes dimakan orang tambun itu.

“Nak, kenapa kamu bersedih melihat bapak itu makan ayam bakar. Kamu pasti lapar dan pengin makan ayam bakar seperti bapak itu ya?

Dia hanya menggelengkan kepala dan terdiam. Aku yakin dia sangat kelaparan dan kelelahan.

“Nak, mau kubelikan nasi dan ayam bakar seperti yang dimakan bapak itu?”

“Saya lapar, tetapi saya tidak mau makan ayam, saya mau makan lauknya tahu dan tempe saja.”

“Oh, baiklah tunggu ya, saya pesankan!”

Aku semakin heran dengan sikap anak itu. Kukira dia sangat ingin menikmati ayam bakar seperti yang disantap bapak tambun itu, tetapi dugaanku salah. Aku mengurungkan niatku untuk bersantap ayam bakar di warung itu. Aku meminta kepada pelayan untuk membungkus saja pesananku. Sebungkus nasi berlauk tempe dan tahu dan air mineral kuberikan kepada anak itu. Dia tampak tergesa-gesa menghabiskan nasi itu seolah-olah kesedihannya telah hilang. Aku tetap penasaran dengan dia. Kutunggui dia sampai selesai menghabiskan nasi dan air mineral itu.

“Nak, kenapa kamu tadi sangat sedih?”

Pertanyaanku seolah mengingatkan kembali kesedihannya. Dia mulai meringis menangis tanpa meneteskan air mata. Mungkin air matanya telah kering.

“Ayam saya, ayam saya dimakan bapak gendut tadi.”

“Bagaimana kamu tahu itu ayam kamu?”

“Ibu menjual ayam kesayangan saya untuk menebus obat. Kata ibu tidak ada yang bisa dijual lagi selain ayam saya. Ayam itu adalah salah satu sahabat saya selain si Meong. Saya sangat sedih berpisah dengan Thole. Saya mengikuti si Thole. Saya menyusup naik mobil yang membawa si Thole. Saya mengikuti terus sampai di warung makan itu. Saya mengawasi si Thole sampai si Thole disembelih dan digantung di situ. Saya mengamatinya terus sampai akhirnya si Thole dibakar dan dimakan bapak gendut itu.”

“Ya sudah, nanti kubelikan lagi ayam kampung untuk kamu pelihara.”

“Tidak!!! Thole dan Meong adalah sahabat saya, Thole tidak bisa digantikan oleh ayam yang lain. Di saat teman-teman saya menghindar dari saya karena takut tertular penyakit, hanya Thole yang tetap setia bermain dengan saya. Dia tidur dan makan setiap hari dengan saya, dia lebih dari sekedar ayam.”

“Kamu sakit apa?”

“Tidak tahu!!! Kata ibu sakit saya menular dan harus minum obat terus. Kenapa harus Thole yang dijual, bukannya si Meong?”

“Orang beli kucing untuk apa?”

“Kalau Thole yang dijual pasti akan disembelih, tetapi kalau Meong yang dijual pasti akan dipelihara dengan baik, diberi makan lebih enak daripada di rumah saya.”

Aku tersenyum mendengar kepolosannya. Aku mencoba menghibur.

“Nak, ayam kamu akan masuk surga, kamu suatu saat nanti akan bertemu dia di surga. Sekarang kamu pulang saja. Ibumu pasti cemas menunggumu.”

“Saya tidak tahu jalan pulang.”

“Apaaa? Coba ceritakan alamat rumahmu?’

“Saya tidak ingat letak rumah saya, saya tidak pernah pergi jauh dan saya tidak bisa membaca dan menulis.”

Aku ikut bingung seperti dia. Bagaimana aku menolongnya sedangkan dia sendiri tidak ingat letak rumahnya. Mau membawanya dia pulang takut anak-anakku tertular penyakitnya. Selain itu rumahku sudah penuh dengan penghuni. Dia mulai panik dan memanggil-manggil ibunya. Tangisnya semakin menjadi, menarik perhatian pengunjung warung makan itu. Akhirnya anak itu kubawa ke panti asuhan dan melaporkannya kepada polisi.

Dari kejauhan kulihat anak itu menangis dan menangis memanggil nama ibunya, si Thole dan si Meong. Bungkusan ayam bakar yang kubeli dari warung kuberikan kepada tukang kebun panti asuhan. Sejak saat itu aku tidak mau lagi makan ayam kampung. Aku takut memakan sahabat kesayangan seseorang, sahabat orang-orang miskin. Aku lebih suka memakan ayam RAS hasil dari peternakan orang-orang kaya.
***

Purwokerto, 19 Januari 2006

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae