M. Ikhsan
http://pawonsastra.blogspot.com/
Terpengaruh oleh ilmu pengetahuan populer, aku lebih menyukai ayam kampung daripada ayam RAS. Konon kadar kolesterol ayam kampung lebih rendah daripada ayam RAS. Selain itu tidak ada zat aditif seperti hormon pemacu pertumbuhan ataupun obat-obatan. Siang itu untuk sedikit memanjakan tubuh aku nongkrong di warung ayam bakar kampung yang terkenal lezat di kotaku. Warung itu walaupun sederhana tetapi banyak dikunjungi orang-orang berdasi dan bermobil mewah. Aku tidak keki dengan kehadiran mereka, soalnya di situ kulihat juga beberapa pengunjung berkasta sepertiku, pemakai sepeda motor.
Setelah memesan ayam bakar kampung, aku mengikuti ritual menunggu yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang berdasi itu, memencet tombol HP dengan ibu jari. Bedanya HP mereka lebih canggih, sedang HP-ku sekedar bisa untuk menelpon dan SMS saja. Aku dikarunia oleh Tuhan dengan penglihatan yang tajam. Siang itu aku merasakan hal yang tidak mengenakan di warung itu. Seorang anak kecil yang kumal tampak duduk di sudut warung sambil memendam kesedihan yang dalam. Tangis kesedihannya disertai kelelahan pertanda dia telah menangis sejak lama. Anak kecil itu duduk di trotoar ditopang tangan kirinya dengan tubuh agak miring. Kedua lututnya ditekuk bersimpuh. Tidak banyak orang yang mau memperhatikan kehadirannya. Di kotaku pemandangan anak gelandangan yang kelaparan bukanlah pemandangan yang aneh. Bahkan banyak pemandangan tersebut adalah pemandangan artificial atau pemandangan buatan untuk mengetuk belas kasih kita.
Aku melanjutkan mengetik SMS untuk anak istriku sambil sekali-kali memperhatikan anak kecil itu. Di sampingku seorang lelaki bertubuh tambun bermata sipit sedang menikmati hidangan ayam bakar yang sudah tersedia. Dia berambut panjang diikat, bercelana pendek dan yang kutahu mobilnya AUDI yang terawat baik. Dari cara dia makan aku tahu dia sangat menikmati daging ayam yang disantapnya. Sesekali terdengar sendawa yang bagi orang kaya sopan-sopan saja. Tetapi kalau sendawa itu keluar dari mulutku pastilah orang-orang perlente itu akan menegur dengan pandangan matanya. Tetapi sekali lagi, aku dikaruniai pandangan mata yang tajam. Aku menangkap sebuah pemandangan yang aneh. Setiap orang tambun itu puas dengan daging ayam yang dimakannya, kulihat anak itu semakin menjadi-jadi tangisnya. Orang tambun itu tidak menyadari dan larut dalam kelezatan ayam kampung. Pemandangan itu telah membuat selera makanku hilang. Aku segera menghampiri anak kecil itu untuk sekedar ingin tahu kenapa dia begitu tersiksa setiap daging ayam itu digigit, dikunyah dan dilumat orang tambun itu.
Kupegang pundak anak itu. Tetapi dia tak menghiraukanku, perhatiannya tetap saja tertuju kepada orang tambun yang sedang menyantap ayam bakar. Aku mencoba sabar menunggu sampai orang tambun itu selesai makan. Anak kecil itu tampak lemas melihat ayam bakar ludes dimakan orang tambun itu.
“Nak, kenapa kamu bersedih melihat bapak itu makan ayam bakar. Kamu pasti lapar dan pengin makan ayam bakar seperti bapak itu ya?
Dia hanya menggelengkan kepala dan terdiam. Aku yakin dia sangat kelaparan dan kelelahan.
“Nak, mau kubelikan nasi dan ayam bakar seperti yang dimakan bapak itu?”
“Saya lapar, tetapi saya tidak mau makan ayam, saya mau makan lauknya tahu dan tempe saja.”
“Oh, baiklah tunggu ya, saya pesankan!”
Aku semakin heran dengan sikap anak itu. Kukira dia sangat ingin menikmati ayam bakar seperti yang disantap bapak tambun itu, tetapi dugaanku salah. Aku mengurungkan niatku untuk bersantap ayam bakar di warung itu. Aku meminta kepada pelayan untuk membungkus saja pesananku. Sebungkus nasi berlauk tempe dan tahu dan air mineral kuberikan kepada anak itu. Dia tampak tergesa-gesa menghabiskan nasi itu seolah-olah kesedihannya telah hilang. Aku tetap penasaran dengan dia. Kutunggui dia sampai selesai menghabiskan nasi dan air mineral itu.
“Nak, kenapa kamu tadi sangat sedih?”
Pertanyaanku seolah mengingatkan kembali kesedihannya. Dia mulai meringis menangis tanpa meneteskan air mata. Mungkin air matanya telah kering.
“Ayam saya, ayam saya dimakan bapak gendut tadi.”
“Bagaimana kamu tahu itu ayam kamu?”
“Ibu menjual ayam kesayangan saya untuk menebus obat. Kata ibu tidak ada yang bisa dijual lagi selain ayam saya. Ayam itu adalah salah satu sahabat saya selain si Meong. Saya sangat sedih berpisah dengan Thole. Saya mengikuti si Thole. Saya menyusup naik mobil yang membawa si Thole. Saya mengikuti terus sampai di warung makan itu. Saya mengawasi si Thole sampai si Thole disembelih dan digantung di situ. Saya mengamatinya terus sampai akhirnya si Thole dibakar dan dimakan bapak gendut itu.”
“Ya sudah, nanti kubelikan lagi ayam kampung untuk kamu pelihara.”
“Tidak!!! Thole dan Meong adalah sahabat saya, Thole tidak bisa digantikan oleh ayam yang lain. Di saat teman-teman saya menghindar dari saya karena takut tertular penyakit, hanya Thole yang tetap setia bermain dengan saya. Dia tidur dan makan setiap hari dengan saya, dia lebih dari sekedar ayam.”
“Kamu sakit apa?”
“Tidak tahu!!! Kata ibu sakit saya menular dan harus minum obat terus. Kenapa harus Thole yang dijual, bukannya si Meong?”
“Orang beli kucing untuk apa?”
“Kalau Thole yang dijual pasti akan disembelih, tetapi kalau Meong yang dijual pasti akan dipelihara dengan baik, diberi makan lebih enak daripada di rumah saya.”
Aku tersenyum mendengar kepolosannya. Aku mencoba menghibur.
“Nak, ayam kamu akan masuk surga, kamu suatu saat nanti akan bertemu dia di surga. Sekarang kamu pulang saja. Ibumu pasti cemas menunggumu.”
“Saya tidak tahu jalan pulang.”
“Apaaa? Coba ceritakan alamat rumahmu?’
“Saya tidak ingat letak rumah saya, saya tidak pernah pergi jauh dan saya tidak bisa membaca dan menulis.”
Aku ikut bingung seperti dia. Bagaimana aku menolongnya sedangkan dia sendiri tidak ingat letak rumahnya. Mau membawanya dia pulang takut anak-anakku tertular penyakitnya. Selain itu rumahku sudah penuh dengan penghuni. Dia mulai panik dan memanggil-manggil ibunya. Tangisnya semakin menjadi, menarik perhatian pengunjung warung makan itu. Akhirnya anak itu kubawa ke panti asuhan dan melaporkannya kepada polisi.
Dari kejauhan kulihat anak itu menangis dan menangis memanggil nama ibunya, si Thole dan si Meong. Bungkusan ayam bakar yang kubeli dari warung kuberikan kepada tukang kebun panti asuhan. Sejak saat itu aku tidak mau lagi makan ayam kampung. Aku takut memakan sahabat kesayangan seseorang, sahabat orang-orang miskin. Aku lebih suka memakan ayam RAS hasil dari peternakan orang-orang kaya.
***
Purwokerto, 19 Januari 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 04 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar