Selasa, 07 Desember 2010

Pengelana

Denny Mizhar
http://sastra-indonesia.com/

“Sakit ini tak juga sembuh. Sudah Aku minum obat tapi tak juga lenyap. Haruskah tetap Aku biarkan menyelimuti tubuhku. Padahal Aku harus menyelesaikan sajak-sajakku tentang pembacaan akan diri.”

Sawah masih menyuguhkan musim panen. Para petani bergembira seusai mendapatkan rezeki yang melimpah. Begitupun para buruh tani tak juga ketinggalan merayakan pesta dari upah yang diberikan pemilik sawah. Walau tak ada kembang api, kue tart, dan lilin sudah cukup meriah.

Bulan pun menambah indah. Di halaman rumah tergelar tikar terbuat dari pandan. Saling bercengkrama dengan tawa. Tak ada duka menggantung di mata. Orang-orang tua bercerita bidadari yang sedang menggendong kucing bersemayam di bulan. Sambil menyanyikan lagu indah tentang desa.

“Harusnya Aku mati saja. Padahal, Aku telah membunuh diriku dalam sajak-sajak yang Aku tuang dalam buku-bukuku. Kini telah tersebar di rak-rak toko buku, bufet pencinta rindu, atau mungkin masuk di kolong tempat tidur para penyair yang menyatakan dirinya pujangga dan tak pernah menganggap diriku ada. Aku tak peduli dengan serapa. Aku hanya berharap pada diriku untuk tetap menulis sajak. Sebab Aku menjadi hidup ketika Aku melukis dengan kata dalam kertas-kertas putih. Walau sudah jadi, esok tetap aku pelajari, menyempurnakan bangunan diri di dalamnya.”

Bulan purnama bergeser menengah tepat di atas kepala. Para penduduk desa memejamkan mata. Meletakkan tubuh yang lelah di atas bayang yang terbuat dari bambu. Diiringi musik-musikan yang dimainkan alam melalui pukulan-pukulan angin yang membelainya. Juga hewan-hewan tak ketinggalan melantunkan lagu indah dari organ tubuh yang dimilikinya.

“Ah, kemanakah gundah ini aku kirimkan. Sakit tak membuatku sabar pada jemariku menari. Sedari tadi musik telah berbunyi dari kotak kesadaran fikir dan hatiku. Tuhan, bukannya Engkau pemberi sembuh. Maka sembuhkanlah Aku. Sebab Aku tak ingin ketinggalan ide yang berseliweran membayang di dinding-dinding kamarku.”

Senyap dan sepi desa kini telah datang. Tak ada tanda-tanda hiruk pikuk dari manusia-manusia penghuninya. Mimpi-mimpi pun berdatangan bagi mereka yang menanamkan bunga-bunga pada tidurnya. Ada kengerian, ada ketakutan, ada senyuman, ada yang basah di celana, ada juga igauan tentang keinginan yang tak tersampaikan.

Sedang di kamar rumah yang menghadap ke arah masjid tidak serupah rumah-rumah lainnya. Semua telah mematikan lampunya. Rumah itu masih menyala dengan terang, tetapi hanya di kamar depan. Kebiasaan orang desa bila tidur lampu tak pernah menyala. Bila masih menyala berarti tuan rumah masih membuka mata. Hal tersebut menjadi biasa karena dulu ketika masih menggunakan lampu templek yang berisi minyak tanah. Kalau tidur, harus meniupnya bila tidak akan membuat asap dan tak nyaman buat hidung bila pagi tiba atau saat membuka mata.

Rumah itu milik pengelana. Ia selalu menyebut dirinya pengelana. Sebab ketika masih umur belasan dan dua puluhan Ia suka bepergian ke mana-mana. Sambil membawa buku-buku sebagai bekal untuk dibaca. Selain pengelana Ia juga suka menulis sajak-sajak yang Ia buhul menjadi buku. Tanpa bantuan, buku-bukunya pun jadi. Lalu Ia memasarkannya sendiri. Ke kota-kota yang Ia anggap orang-orangnya suka baca. Kadang cacian kerap menampar mukanya. Tapi, Ia tak peduli. Hanya menulis dan membukukannya. Ia juga tak ramah dengan koran. Hingga namanya tak pernah muncul menjadi perbincangan para sastrawan. Ia tak suka keramaian, yang Ia lakukan hanya menulis menggambar dirinya dalam sajak-sajaknya.

Ia pernah sempat membuat para pembaca terkagum-kagum dengan sajak-sajak baladanya dan Ia juga pernah menuliskan sayap-sayap malaikat dalam sajak-sajaknya yang membuat orang-orang kerap mengundangnya. Tetap saja Ia menganggap dirinya pengelana. Ia tak suka sanjungan atau pujian. Begitulah kalau membaca dirinya. Ia mengujarkan itu pada tamu-tamunya yang kerap kali bertemu ataupun datang kerumahnya.

“Aku, sudah mulai gila sepertinya. Baiklah akan Aku bakar saja buku-buku yang membuatku menjadi kesurupan begini”

Ia mulai merintih, merasakan sakitnya. Menahan sakit tak kuat. Kini semakin berteriak.

“Aku harus menulis. Aku harus menulis. Aku tak mau sakit ini. Tuhan, apa benar kau telah mati. Seperti kitab yang pernah Aku baca. Hingga Kau tak mau menolongku”

Orang-orang yang tinggal serumah dengannya mulai bangun. Mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak juga terbuka. Teriakan semakin kencang, hingga desa yang sepi karena waktu memang mengisyaratkan kesepian. Kini mulai ramai. Orang-orang pada saling bertanya.( Ada apa?, kenapa?, dan siapa?) berhamburan dari mulut ke mulut.

Rumah-rumah mulai lagi menyalakan lampu-lampu listriknya. Kedamaian terusik dengan teriakan. Jalan depan masjid ramai bergerombol orang-orang. Dan pintu kamar pun terbuka. Tetapi saat terbuka Ia sudah tidak sadarkan diri, tertidur di atas tumpukan buku-buku dan mesin ketik antiknya.

Salah satu keluarganya membopongnya untuk dipindahkan ke masjid depan rumah. Semua menganggap kesurupan setan desa dari sawah sebab padi-padi sudah di panennya dan tak ada persinggahan bagi demit penunggu sawah. Akhirnya lari memeluk orang yang suka berkhayal. Begitulah cerita yang melegenda di desa.

Orang-orang masih mulai pindah ke masjid. Ada yang melaksanakan sholat, Ada yang membaca kitab suci. Tak ketinggalan para orang pintar di desa itu meracik sesaji untuk diantarkan ke sawah sebagai penolak bala.

Tetapi Ia masih saja belum siuman. Entah tamu dari mana. Seorang tua sambil mengendong kucing putih dan memeluk buku menyibak kerumunan. Seketika orang-orang desa penasaran dan terus memandang dengan mata penuh tanya.

Orang tua yang baru datang tadi mendekat padanya. Ia masih terbaring tak sadar. Orang tua tersebut membuka buku yang dibawanya dan membaca sambil berbisik tepat di telinganya. Ia mulai merintih kesakitan. Sambil mendesah

“Kitab gila…… kitab gila…. musnah”. Ia lemas dan terpejam lagi.

Orang tua tadi meninggalkan kitab dan kucing di sebelahnya. Kucingnya mengeong seperti membangunkan Ia yang lagi tertidur tak sadarkan diri.

Orang tua itu keluar dari masjid melewati orang-orang desa. Hilang di balik tikungan jalan menuju kuburun yang letaknya dekat persawahan.

Orang-orang desa mulai pulang meninggalkan masjid. Ia dan keluarganya masih di masjid. Entah ada apa keluarganya yang menunggunya tertidur semua.

“Kenapa Aku di sini?. Apa yang terjadi?”

Ia memeluk kucing putih. Dan membuka kitab yang dibawah orang tua tadi. Sepertinya Ia mengenali hewan dan kitab itu.

Seorang Muadzin datang untuk mengumandangkan adzan. Dan keluarganya pun bangun serasa tak terjadi apa-apa. Karena terkadang suka tidur di masjid sehabis sholat malam berjama’ah. Hal itu biasa.

Ia pun mengambil wudlu dan duduk di barisan paling depan. Menyeka air mata yang berkali-kali menetes menginsyafi fikiran-fikiran gilanya. Ia menulis lagi dengan mesra bercinta dengan kata yang Ia pungut dari percakapan orang-orang desa. Juga tak lupa mencium buku yang dikasih orang tua tadi. Yakni orang tua yang menghilang di persimpangan jalan menuju kuburan dekat persawaan.

Lamongan, 30 Mei 2010

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae