Rabu, 10 Maret 2010

Menghadang Gelombang Fundamentalisme

Muhammadun AS
http://www.suarakarya-online.com/

Gelombang aksi terorisme yang menewaskan orang-orang yang tidak tahu-menahu, tidak berdosa, merupakan sebuah kejahatan yang sangat terkutuk. Teroris tidak hanya menghanyutkan dirinya dalam keterpecahan personal (split personality), namun juga telah memutus harapan orang lain untuk merenda di masa depan.

Keterpecahan personal para teroris terbukti dengan tidak adanya proyeksi di masa depan untuk menebarkan kedamaian dan kemaslahatan bagi dirinya sendiri, khususnya, dan bagi segenap alam semesta umumnya. Para teroris seolah menempatkan dirinya sebagai the hegemony of meaning atas segala tafsir kehidupan yang ada di dunia. Dalam konteks ini, orang lain dianggap sebagai the others yang tidak mempunyai ikatan apapun dengan dirinya. Inilah awal malapetaka kehidupan yang mengarahkan manusia berbuat teror.

Watak kaum teroris yang mengarah pada the hegemony of meaning itulah yang akan mengarahkan pada keterjebakan frame fundamentalistik. Kerangka pemikiran kaum fundamentalis begitu mengikat dirinya dan berusaha sekuat tenaga untuk menundukkan the others dalam hegemoninya.

Sebenarnya ada apa di balik maraknya radikalisme akhir-akhir ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu penulis ingin membedah asal-muasal dan sabab-musabab terjadinya gelombang radikalisme yang mengarah pada terorisme akhir-akhir ini. Dalam pandangan Jalaluddin Rahmat (1984), gelombang pergerakan fundamentalisme memang membutuhkan telaah yang mendalam. Ia merupakan fenomena sosial kemasyarakatan yang banyak dibicarakan dalam studi-studi yang sifatnya impresionistis. Akibatnya, yang lebih banyak muncul adalah stereotip ketimbang penjelasan yang realistis.

Bagi Kang Jalal, ada empat motif yang bisa kita jadikan untuk bahan mendeteksi dan mendefinisikan arah gelombang fundamentalisme. Yakni sebagai gerakan pembaruan, reaksi terhadap arus modernitas, reaksi terhadap westernisasi, dan keyakinan terhadap agama sebagai teologi alternatif.

Pertama, sebagai gerakan pembaruan. Dalam konteks ini, kaum fundamentalis ingin menggugah kembali nalar berpikir manusia yang terjebak dalam berbagai aliran pemikiran yang terpencar, sehingga tidak mampu bersatu membangun teologi baru yang progresif dan proyektif. Untuk itu mereka berusaha sekuat tenaga melakukan gerakan pembaruan umatnya dengan merujuk kembali pada ajaran dasar yang telah diyakini selama ini, kemudian membangun gerakan progresif yang mampu menceraikan umat manusia. Dalam dataran ini, fundamentalisme sangat bermakna posisitif, karena kaum fundamentalis menggugah umat manusia dari kealpaannya.

Kedua sebagai reaksi terhadap arus modernitas. Hal ini termasuk dalam kategori pendekatan sosiologis. Atau dalam bahaa Bassam Tibi, ia digunakan sebagai perlawanana terhadap ordo sekuler (secular orde). Itulah sebabnya fundamentalisme sesungguhnya bukan semata-mata penghayatan agama kembali, tetapi merupakan a prartical policy preference. Lebih berupa penekanan pada persoalan kekuasaan politik. Dalam konteks ini, fundamentalisme tidak hanya terjadi dalam umat Islam (sebagaimana yang berkembang selama ini), namun bagi Tibi fundamentalisme juga telah berkembang bagi kalangan Kristen dan gerakan religi-politik dalam konteks budaya lainnya, seperti gerakan Khalistan di kalangan kaum Sikh atau revivalisme Hindu di India. Bahkan bagi Tibi, fundamentalisme tidak ada kaitannya dengan Islam. Ia hidup dan berkembang dalam agama-agama lain.

Namun dalam perkembangannya, pers Baratlah yang sering mengaitkannya dengan Islam. Dan, kaitan-kaitan inilah yang sebenarnya sedang dilawan Islam, namun perlawanan mereka ternyata banyak diselubungi oleh kepentingan-kepentingan politik yang hegemonik juga.

Ketiga, reaksi terhadap westernisasi. Dalam konteks ini, menarik apa yang dijelaskan Samuel Huntington bahwa telah terjadi perang peradaban (the clash of civilization) antara barat (The West) dan timur (The East). Tesis Huntington inilah yang kemudian memicu dua peradaban besar ini untuk selalu bermusuhan setiap waktu. Barat yang merasa berkuasa selalu melancarkan hegemoni, sementara Timur yang berada di bawah berusaha sekuat tenaga untuk melepasan hegemoni Barat. Kaum Timur seolah ingin memutus apapun yang berasal dari Barat. Dalam konteks inilah kaum fundamentalis berkembang luar biasa.

Keempat, keyakinan terhadap agama sebagai teologi alternatif. Dalam hal ini, umat Islam sering terjebak. Kaum fundamentalis Muslim banyak tejebak bahwa Islam sebagai agama yang akan menyelesaikan segala problem dunia. Islam adalah agama sekaligus ideologi. Yang sering muncul di sini Islam adalah agama yang tinggi, bahkan tidak ada yang menyaingi (al-islam ya'lu wala yu'la alaihi), Islam sebagai agama sekaligus juga jihad (al-Islam dinun wa jihadun) Islam selalu sesuai dengan kondisi apapun (al-islam solihun likulli zamanin wa makanin), dan lain sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut mengindikasikan bahwa arus fundamentalisme tidak hanya dipengaruhi dari dasar teologi, namun yang lebih mengemuka justru kondisi politik. Dalam hal ini, fundamentalisme adalah hasil dari "perselingkuhan" agama dengan politik. Karena sudah terjadi "perselingkuhan", maka yang terjadi adalah arus kepentingan (interest). Kalau yang bermain adalah interest, maka segala sesuatu akan dikorbankan untuk mendapatkan kepentingan tersebut.

Gelombang interest kaum fundamentalistik inilah yang perlu kita hadang sekarang ini. Karena kalau dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin peradaban umat manusia hanya diliputi dengan berbagai tragedi pembunuhan dan pembantaian yang tidak manusiawi.

Dalam menghadang gelombang ini, perlu kiranya kaum moderat (Muslim khususnya) membangun dan menggalakkan teologi perdamaian dan kemaslahatan dalam agama. Agama harus dikembalikan pada wilayahnya yang menekankan pada pemberdayaan umat manusia, baik dalam hal pendidikan, kebudayaan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dalam konteks pemberdayaan ini, kaum moderat harus merangkul semua pihak untuk duduk bersama membangun peradaban baru yang stategis, dalam arti peradaban yang mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak.

Klaim Barat versus Timur atau Islam versus Kristen harus segera dihentikan, karenasejatinya semua satu tujuan; membangun kemaslahatan umat manusia, hanya arahnya yang beraneka ragam. Ini adalah tugas bersama kita, tidak hanya Muslim, namun juga Kristen, Hindu, Buddha, dan semua umat manusia, terlebih yang ada di Indonesia. Karena perdamaian, menurut Imanuel Kant, tidaklah turun begitu saja, namun harus diusahakan untuk mewujudkan dan menciptakannya. ***

*) Penulis peneliti pada Central for Studies of Religion and Culture (CSRC), Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae