Berto Tukan
http://www.sinarharapan.co.id/
Malam gelap; bulan dan bintang pun tak ada. Alam tak berwarna, hanya gelap. Terlebih di kandang berukuran 3×4 meter yang tak berpenerangan secuil pun itu. Satir dan Tarjo berada di sana, entah karena apa.
Tarikan-tarikan napas pendek, tersengal-sengal, merambah genderang telinga keduanya. Bebunyi napas semakin mendekat! Satir terpaku! Perlahan ia keluarkan pemantik api dari saku celananya. Pemantik dinyalakannya; beribu-ribu kecoa beringsut mendekati mereka. Perlahan-lahan, binatang-binatang kecil menjijikkan mulai mencium-cium sepatu Tarjo, lalu melata naik memenuhi celana. Penghuni tetap tempat sampah menggigit sepatu Tarjo, memamah celana. Tarjo panik!
Satir menyambar jeriken minyak tanah yang terletak tidak jauh dari kandang. Disiramnya, lalu dibakarnya! Dalam hitungan sepersekian detik, kandang jadi bara panas, kecoa-kecoa menggeliat kepayahan tergoreng bara kandang. Bau serangga terpanggang mengepung udara. Sambil mencampakkan kecoa-kecoa yang melekat di pakaian mereka ke dalam api, Satir menggandeng Tarjo menjauh.
Kecoa-kecoa dengan tubuh penuh api muncul di hadapan mereka; siap menghadang langkah mereka. Api memercik-mercik dari tubuh kecoa dan panasnya meluluhkan pandangan Satir. Tarjo melepas genggaman tangan Satir, lalu berlari ke pekat malam. Kecoa dengan api menyala di tubuhnya, mendekati Satir….
06.00 am sampai…
Seorang aktor panggung tenar ibu kota, tiba-tiba berubah menjadi anjing siang kemarin. Menurut pengakuan para tetangganya, sang aktor telah menampakkan perilaku aneh beberapa hari terakhir ini. ”Dia pernah tertangkap basah sedang menyiksa anjingku,” lapor seorang ibu muda. Banyak pula yang bersaksi sering mendengar lolongan, erangan, kaingan anjing dari rumah aktor itu. Ibu kota geger, masyarakat cemas, penguasa kota kalang kabut. Ada dugaan bahwa, kejadian itu disebabkan terlalu banyaknya populitas anjing di ibu kota.1
”Gila! Dunia semakin aneh!” batin Satir seusai membaca koran pagi. Lelaki paruh baya yang sadar akan kedudukan tingginya tersebut, meletakkan koran di meja, di samping cangkir kopi dan asbak rokok. Tarikan napasnya letih; terhimpit berita tadi.
”Petanda apakah ini? Mungkinkah kiamat sudah dekat? Ataukah ini adalah konsekuensi dari sepak-terjang manusia yang tak lagi dikendalikan kitab-kitab tua?” Teringatlah Satir akan ajaran Guru Agamanya di kampung dahulu. ”Ah, betapa indahnya. Belajar membaca Kitab, dengan intonasi mendayu-dayu, bahasa laksana mantra, lalu mendapat pujian, kadang hadiah bila bacaannya sempurna.” Permenungannya terus menampakkan jalan hidupnya dari masa itu hingga saat ini.
Yah, mau bagaimana lagi? Kalau cuma mengharapkan gaji saja walau gaji buta, tentu kelima anaknya tidak bisa bersekolah di luar negeri? Hidupnya pasti serba kekurangan. Mobilnya pun, mungkin hanya yang berpelat merah dari kantor itu. Dan istrinya, anak mantan seorang pejabat tinggi itu, pasti akan mengomel setiap hari. Sedangkan dia tentu tidak akan mengecapi gaya hidup enaknya sekarang ini.
”Tilililit, tililililit, tililit!” telepon genggam Satir berdering.
”Pagi, Pak Tarjo!…. Bisa, Pak…. Sudah pasti itu…. Jam berapa?…. Oke!! Kita bertemu di sana, sore ini…. Yang lain juga datang?…. Oke, Pak!…. Sampai jumpa.” Ada tugas, ada duit. Ada keuntungan menunggunya.
Setelah berpamitan pada istri, sebuah ritual pagi yang cukup menyiksa, Satir melangkah ke BMW dan Pak Sopir yang telah menanti. Memandang sopir setia dan terpercayanya, Satir teringat mimpi semalam. ”Aneh!? Aku dan Pak Tarjo diserang kecoa!?”
Satir ceritakan mimpinya pada si sopir. Sambil memuji sebagai petanda baik, si sopir pun mulai mengutak-atik angka untuk togel dan tokam. ”Pada jam-jam seperti itu, bosku pasti menyetir sendiri. Aku cukup bersiap-siap di rumah, menunggu kedatangan bos, lalu mengantar BMW kembali ke garasi” batin si sopir.
Dan seperempat hari itu pun berjalan seperti kemarin kembali, dengan berita aneh yang hilang dari ingatan.
12.00 am sampai…
Satir kembali duduk di dalam BMW. Pak Sopir sudah tahu, ke mana mereka harus pergi. Yah, Satir membutuhkan refresher setelah terimpit sebukit kasus perdata maupun pidana di ruang kerjanya tadi. Sementara di kejauhan, beduk menyeru-nyeru sampai beku, minta Satir belokkan BMW-nya.
Setengah jam kemudian, Satir terlihat berada di sebuah restoran kelas wahid bersama seorang perempuan muda cantik. Satir berbasa-basi tentang kesibukannya di kantor akhir-akhir ini. Ada kasus gawat yang menguntungkan dan harus cepat-cepat dicari jalan keluarnya. Tentu saja kasus itu berkaitan dengan hilangnya uang negara. Apalagi sih berita yang lebih seksi dari berita itu, sekarang ini? Dan si perempuan muda cantik dengan rambut yang masih berbau salon, mengeluhkan mobilnya yang lecet diserempet bajaj kemarin.
”Ah, perkara gampang! Kasus kecil! Orang yang jelas-jelas telah mencuri pun, bisa kuatur sampai nyata-nyata tidak mencuri, kok…” Satir berujar, sedikit bercanda.
Perempuan muda cantik mendengar dengan penuh minat, lalu minta sedikit uang ongkos jalan-jalan pada Satir. Satir cubit dagu lancipnya, lalu melajukan BMW entah ke mana. Sopir cuma mengiri, lihat Satir asyik ke langit bersama perempuan itu di jok belakang. Dan ia pun terus memperhatikan jalan di depannya sambil memikirkan angka-angka.
Siang itu mendaki hari penuh degupan-degupan, hilanglah kasus besar dan kecil.
04.00 pm sampai…
Kini wajah Satir yang familier bagi praktisi dan mahasiswa hukum itu, terlihat di lobby sebuah hotel berbintang lima. ”Sepertinya aku terlalu cepat tiba di sini,” batinnya sambil menengok arloji. Satir pandangi seluruh ruangan sejurus, lalu mulai memencet-mencet hp-nya. Sang istri yang sedang asyik berarisan, menerima SMS, ”Ma, Papa pulang malam. Ada pertemuan dengan Pak Tarjo.” Sang istri telah paham, suaminya pasti tak pernah jemu untuk menambah persediaan materi mereka. Dan yang terpenting, suaminya tak lupa untuk meremajakan kemakmuran mereka.
Petugas hotel meletakkan koran di dekat Satir. Satir mengambilnya. Dia teringat berita yang dibacanya pagi tadi. ”Pasti berita itu diturunkan juga di koran ini,” batin Satir sembari membolak-balik koran terbitan sore itu.
Nihil! Berita tentang animalization tak ia temukan. Halaman satu memuat berita tentang dugaan korupsi Tarjo dan harapan dari begitu banyak orang agar Tarjo bisa dipenjarakan. ”Ah, tak perlu dibaca. Hasilnya kan sudah aku ketahui!?” Satir terus membolak-balik dengan santai koran itu….
”Mari Berkorupsi”, terpampang lebar-lebar sebagai sebuah ajakan indah di halaman tengah. Satir menegakkan duduknya. Matanya awas melahap larik-larik berita. Kaca matanya naik turun mengikuti gerakan hidung, akibat ringisan atau senyuman.
Siang tadi di Bundaran Hotel Indonesia, seorang pria berdemonstrasi sendirian. Disaksikan semua orang yang lewat, pria itu mengajak sekalian anak bangsa untuk menggalakkan korupsi di semua bidang kehidupan. Ketika ia ditanyai oleh seorang wartawan tentang kemungkinan penahanan dirinya lantaran ajakannya yang aneh itu, pria (bernama Tengul) tersebut hanya menunjuk pada seorang polisi yang tertawa senang dan seorang pejabat peradilan terkemuka yang asyik mengabadikan aksinya, sambil melambai-lambai padanya……Ö2
”Nah, ini baru berita! Sebuah terobosan baru! Setidak-tidaknya, ada orang yang hendak membenarkan gaji siluman yang telah menjadi keharusan selama ini. Lelah kan, kalau harus main kucing-kucingan terus?” batin Satir.
”Wah, sedang membaca berita apa, Pak? Kok sampai tersenyum-senyum sendiri?”
”Oh, Pak Seto! Ini, ada berita tentang ajakan untuk menghalalkan korupsi.”
”Pasti peristiwa siang tadi di sekitar tempat ini, kan? Ha..ha.. itu kan permainan anak kecil, jangan terlalu dipikirkan…”
Satir terus membaca berita itu sambil senyum kecil-kecil. Sejawat Satir yang lain pun mulai berdatangan. Pak Tarjo tiba paling belakangan. Pria dengan karier politik yang teramat sukses inilah yang sangat berkepentingan dengan pertemuan sore ini. Dan seperti biasa, pertemuan untuk menemukan formula pencabutan tuduhan terhadap Tarjo ini pun, terlaksana dengan sangat baik dan dalam waktu yang teramat singkat. Kesepakatan antara peserta pertemuan, sudah ada dengan sendirinya. Strategi dan cara mainnya pun terlalu gampang untuk dirancang.
Satir keluar dari pintu utama hotel dan masuk ke BMW yang telah menanti. Ia memberi sopir tips hari ini, lalu menyuruhnya duluan pulang ke rumah.
Satir menyetir sendirian memasuki pintu tol. Sejam kemudian, ia tiba di rumah perempuan cantik. Si perempuan sudah hafal jadwal Satir, sehingga ia telah menanti sembari menonjolkan potensi-potensi dirinya. Satir pun melayang dalam pesona padang asmara perempuan muda cantik molek itu.
11.00 pm sampai…
Satir tergolek di samping tubuh telanjang perempuan muda molek. Dipandangnya tubuh menggiurkan itu. ”Ah, berkali-kali kujelajahi tubuh ini. Berulang-ulang ia menggeliat dalam fantasi yang membumiku.” Teringat pula tubuh istrinya yang masih indah, enak dipandangi, dan diarungi. Tapi, tubuh di sampingnya inilah yang lebih menjanjikan liarnya dan nikmatnya belantara birahi.
Satir bangkit, berkemas, dan melangkah ke luar. Perempuan molek dibiarkannya saja. Satir duduk di beranda. Dilihatnya sebuah koran terbitan kota tetangga edisi beberapa hari yang lalu. Satir membakar sebatang rokok, lalu diapitnya di antara bibir. Ia pun sedikit merenggangkan otot dengan membaca koran…
”Ngatimin terus mencari-cari lidahnya yang hilang.” Tiba di kepala berita ini, Satir serius membaca. Ngatimin, ayah lima anak dan seorang pengangguran, terus mencari-cari lidahnya yang hilang. Semula, ia memang berencana memotong lidah yang menurutnya tak ada gunanya lagi itu. Tetapi sebelum niat itu benar-benar mantap, lidahnya telah duluan dipotong orang secara paksa. Sedangkan di tempat terpisah— tersangka seorang perempuan tua yang berprofesi sebagai pembunuh buaya— mengatakan bahwa, ia memotong lidah Ngatimin karena kesal. Akhir-akhir ini, banyak orang yang memesannya untuk memotong lidah mereka. Tetapi beberapa hari kemudian, orang-orang itu selalu saja membatalkan niat mereka.3
Satir kembali duduk di belakang setir mobil mewahnya. Waktu tak pernah mengizinkannya untuk melahap semua isi koran. Kepalanya pening. Terlalu banyak berita aneh hari ini. Ada orang yang berubah menjadi anjing, ada yang terpotong lidahnya, hanya berita si Tengulah yang cukup rasional dan bisa diterima oleh akal sehatnya. Satir termenung. Ia bersyukur, sampai hari ini ia tak pernah dihinggapi hal-hal aneh.
BMW perlahan keluar dari kompleks perumahan. Sekeliling telah sunyi. Para penghuni perumahan mungkin sedang berkutat dengan mimpi. Teringat ia akan mimpinya semalam, ”Ah, cuma mimpi, bunga tidur, halusinasi. Aku orang rasional. Aku tak percaya hal-hal aneh, apalagi berbau mistik dan sebangsanya itu. Bagiku, semua kejadian pasti punya pertalian hubungan sebab akibat. Tak ada yang terberi begitu saja!”
12.00 pm sampai…
”Trak, traaak, tratraaaaaak……” Bagai gerimis batu, bunyi-bunyi itu menghujani atap BMW. Seekor kecoa tiba-tiba saja menempel di kaca mobil, diikuti kecoa berikut, berikut, berikutnya lagi…. Hingga seluruh BMW-nya penuh oleh binatang-binatang itu.
Serangga-serangga kecil berantene baja menempel di kaca. Antene bajanya menghujam kaca. Kaca mobil mulai retak, pecah sana-sini. Pintu BMW pun diremukkan mereka.
Satir terpaku! Tak percaya! Ditamparnya pipi sendiri, terasa sakit. Maskot sampah memasuki mobil! Satir keluar dari mobil! Kecoa-kecoa memanjati celananya! Ia lari! Kecoa mengejarnya! Mobil pun bersih dari mereka.
Satir terus berlari, kecoa-kecoa terus mengejar, sembari perlahan-lahan berhasil bergelantungan di celananya dan memanjat naik. Tubuh Satir kini penuh dengan para penghuni tempat sampah. Mereka menjatuhkan kaca matanya, mengaburkan pandangannya. Jalan tak bisa dilihatnya lagi. Kakinya berkali-kali tersandung.
Satir terjatuh. Antene-antene kecoa menikamnya, melubangi dadanya, mencabuti hatinya. Liur mereka memenuhi mukanya, tubuhnya penuh dengan lendir beraroma Bantar Gebang. Maka, kelopak Satir pun jatuh.
Dilihatnya perempuan muda cantiknya lari menjauh, istrinya mengejar, di belakang istrinya ada perempuan muda molek, di belakang si molek ada ibu dari anak-anaknya! Beribu perempuannya dan beribu istrinya berkejar-kejaran! Kecoa-kecoa melihat dua perempuan itu juga. Mereka tinggalkan Satir dan mengejar para perempuan; hilang ditelan duka bulan.
Dengan sisa tenaga, Satir bangkit berdiri. Darah merembes perlahan dari lubang menganga di dadanya, menggenangi aspal, lalu mengalir perlahan ke lubang kecil di tepi trotoar. Satir melihat sesobek koran. Dua detik lagi pasti basah oleh darahnya. Satir menyambarnya. Lampu jalan yang remang-remang menampakkan; jenazah rambutmu/ lindu telah kembali/ raib, memulai segenap tidur dan sihir/ tak ada akhir dan bumi hanya dingin/ bendera kabut/ mengacungkan parang abad/ abad surealis.4
Palmeriam, Maret 2004
Catatan:
1 Secuil, ”Kota Anjing”, cerpen oleh Nur Zain Hae; Koran Tempo, 2 Maret 2003.
2 Secuil, ”Mari Berkorupsi”, cerpen oleh Adji Subela; Sinar Harapan, 20 Desember 2003.
3 Secuil, ”Kembalikan Lidahku”, cerpen oleh Sugito Hadisastro; Suara Merdeka, 14 Maret 2004.
4 Sesobek puisi oleh Indra Tjahjadi, ”Laut yang Hanya Mimpi”; Suara Pembaruan, 15 Februari 2004.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar