Kamis, 17 September 2009

Haruki Murakami: Pemberontak Sastra Jepang

Pernah dimuat di suplemen Ruang Baca Koran Tempo, Feb 2003

SUATU kali saya meminjam dua buku dari sebuah perpustakaan di Tokyo, Beauty and Sadness karya Yasunari Kawabata dan A Wild Sheep Chase karya Haruki Murakami. Dalam buku Kawabata, novelis Jepang yang pertama meraih Nobel Sasta pada 1968,saya bertemu keindahan formal yang menjadi ciri literatur Jepang masa pascaperang.Kuil yang eksotik dengan taman lumut yang teduh, kimono sutra yang elegan, upacara minum teh yang khidmat, geisha berpupur putih yang terampil meramu pembicaraan memikat dengan tamunya. Sebuah dunia yang halus dan penuh aroma nostalgik seperti mimpi yang indah.

Ketika membuka halaman novel Murakami saya bagaikan terlontar jauh dari semua itu dan dibawa masuk ke sebuah dunia surealis yang misterius.

Tak ada lagi kemolekan Jepang seperti yang tergambar dalam kartupos-kartupos.Tak ada puncak Fuji yang putih menjulang atau Sakura yang anggun di awal musim semi. Novel Murakami mengubah Jepang yang eksotik itu menjadi sebuah tempat ajaib, aneh dan mencengangkan, yang penuh individu individu terasing dan hampa.

Haruki Murakami memang menandai sebuah pergeseran dalam khazanah literatur Jepang. Novel-novelnya menggambarkan kegelisahan dan keterasingan yang dirasakan individu dalam masyarakat Jepang modern.

Tulisannya sangat dipengaruhi oleh budaya Amerika, dipenuhi perujukan dan pengagungan pada film, musik, dan budaya pop Barat. Karakter-karakter dalam ceritanya menerima budaya tersebut sebagai bagian yang padu dengan kehidupan Jepang masa kini. Anak-anak muda Jepang menggemarinya karena karya-karyanya menyuarakan apa yang mereka alami, mereka dengan mudah mengidentifikasi diri dengan karakter dalam ceritanya, tetapi generasi tua mengkritiknya sebagai terlalu terbaratkan. Kata mereka, Murakami menggambarkan masyarakat Jepang secara sangat negatif.

Murakami secara terang-terangan mendeklarasikan keinginannya untuk berbeda dari pendahulunya. Dalam sebuah wawancara pada 1991 dia berkata, "Saya ingin mengubah sastra Jepang dari sebelah dalam." Dia bisa disebut seorang pemberontak dalam panorama literatur Jepang. "Kebanyakan novelis Jepang," kata Murakami,"kecanduan pada keindahan bahasa. Saya ingin mengubah itu."

"Menulis dalam bahasa Jepang bagi orang Jepang mempunyai satu gaya tertentu yang kaku. Orang harus mengikuti gaya itu. Tapi gaya saya berbeda, dengan atmosfer yang sangat Amerika. Saya mencari gaya baru untuk pembaca Jepang dan saya pikir saya sudah mendapat pijakan." Pijakan itu sungguh kuat jika melihat posisi yang telah diraihnya sekarang. Novel pertama Murakami, Hear the Wind Sing, terbit pada 1979, ketika dia masih berstatus pemilik sebuah bar jazz di Tokyo yang didirikannya usai menamatkan studi di Waseda. Kini selusin judul buku telah ditulisnya, lebih dari dua belas juta eksemplar bukunya beredar di Jepang, dia telah menerima serangkaian penghargaan bergengsi, dan novelnya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari empat belas bahasa. A Wild Sheep Chase adalah novelnya yang ketiga, berisi kisah aneh tentang seorang pria yang dipancing masuk ke dunia antah-berantah yang mistis untuk mencari seekor domba misterius.

Murakami menyebut novel ini sebagai kisah fantasi petualangan. Kritikus menyebutnya sebagai gabungan cerita detektif dengan fabel, misteri, dan komedi di mana mimpi, halusinasi,imajinasi liar lebih penting daripada bukti-bukti nyata.

Protagonisnya adalah seorang pekerja di biro penerjemahan yang menandai hari-hari yang dilewatinya lewat lagu-lagu yang didengarnya di radio. Seperti di kebanyakan novelnya yang lain, sang protagonis hanya disebut sebagai "Boku"atau "Watashi", yang keduanya berarti aku atau saya. Secara geografis latar novelnya adalah Jepang, tapi pengalaman protagonis sama sekali tidak bergantung pada tempat itu karena ceritanya dipenuhi oleh perujukan pada budaya pop Amerika tahun 1960-an.

Lewat novel inilah Murakami pertama kali dikenal di Amerika setelah edisi berbahasa Inggrisnya terbit pada Oktober 1989. Buku itu segera mendapat sambutan hebat di kalangan pembaca bahasa itu. Ulasan, wawancara dan foto besar Murakami bermunculan di The New York Times Book Review, Washington Post, Wall Street Journal, San Francisco Chronicle, Los Angeles Times, dan sejumlah majalah serta jurnal sastra lain. Gaya tulisnya diperbandingkan dengan Kafka, Don DeLillo, Tom Robbins, Chandler, Salinger, Borges, tapi kemudian diakui sebagai orisinal. Penerbitnya di Jepang, Kodansha, menyebut baru kali ini sebuah novel Jepang modern didiskusikan dengan begitu luas di lingkaran sastra dan penerbitan Amerika. Tak lama kemudian novel ini terbit pula di Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Korea, Belanda, dan Spanyol.

Murakami lahir di Kyoto pada 1949 dan dibesarkan di Kobe. Kedua orangtuanya pengajar sastra Jepang. Dengan latar belakang ini, dia juga bisa disebut pemberontak dalam keluarganya karena di masa remajanya dia menolak untuk membaca novel-novel Jepang sama sekali. Kobe adalah kota pelabuhan yang besar dengan banyak toko buku bekas. Novel-novel Amerika dapat diperolehnya dengan mudah dan murah.

Bacaan kegemarannya saat itu adalah novel detektif dan fiksi sains dari berbagai pengarang: Ed McBain, Mickey Spillaine, Scott Fitzgerald, Truman Capote, dan terutama Raymond Chandler serta Raymond Carver. Kedua pengarang dengan nama depan sama ini menanamkan pengaruh besar pada dirinya.

Meski banyak membaca, Murakami tidak segera tertarik untuk menulis.Dia merasa tak punya bakat dan persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi novelis, dan lebih tertarik membuat film. Ketika menjadi mahasiswa teater dan film di Waseda, Murakami pernah mencoba menulis, tapi tidak berhasil. Dia berhenti mencoba ketika berusia 22 tahun lantas melupakannya, dan baru mencoba menulis lagi tujuh tahun kemudian. Berawal dari sebuah peristiwa yang langka. Ketika sedang menonton baseball, menyaksikan seorang pemain asal Amerika memukul bola ganda, di benaknya tiba-tiba tebersit keyakinan bahwa dia bisa menulis. Seperti sebuah wahyu, epifani, keyakinan itu menjadi dorongan yang penuh tenaga. Sejak itulah Murakami mulai menulis, duduk di meja dapurnya setelah bar ditutup pada pukul satu malam.

Novelnya yang pertama selesai setahun kemudian. Dua tahun setelah itu dia menghentikan usaha barnya dan berkarier sebagai penulis purnawaktu. Bersamaan dengan itu Murakami mulai menerjemahkan fiksi Amerika. Dia memilih sendiri buku yang akan diterjemahkan karena dua alasan. Pertama, dia ingin memperkenalkan seorang pengarang kepada pembaca Jepang. Kedua, dia ingin belajar menulis dari buku itu. "Menerjemahkan adalah cara yang paling baik, karena Anda bisa mencermati setiap detail, setiap halaman, dan setiap kata," katanya. Di antara buku yang telah diterjemahkannya adalah karya Fitzgerald, Carver, Irving, dan Theroux.

Pengarang yang paling berpengaruh pada gaya tulisnya adalah Raymond Chandler. Murakami sangat menyenangi tokoh rekaan Chandler, Philip Marlowe, dan sering meng angankan hidup seperti tokoh itu ketika muda. Karier sebagai pemilik bar jazz selama tujuh tahun tampaknya juga memberi warna sendiri dalam tulisannya.

Dia sangat memperhatikan ritme, sering mengutip lirik lagu, dan menekankan pentingnya musik sebagai penawar kesempitan dunia kata. Dalam menulis, dia tidak merancang plot novelnya sejak awal, tapi membiarkannya mengalir sambil berjalan. "Kalau saya mengetahui semuanya sejak awal, tentu akan sangat membosankan," katanya. Dia menulis bab pertama kemudian bab kedua berlanjut secara otomatis tanpa mengetahui apa yang akan terjadi. "Saya menulis dengan spontan.Saya tidak me nemukan kesulitan dalam menulis," katanya.

Kelancarannya menulis yang membuat dia mampu menghasilkan karya dengan produktivitas mengagumkan. Empat kumpulan cerpen antara 1982 dan 1986, sebuah novel pada 1985, Hard Boiled Wonderland yang meraih penghargaan prestisius Tanizaki Prize. Disusul berturut-turut dalam jarak dua tahun oleh Norwegian Wood (1987) dan Dance, Dance, Dance (1989) yang merupakan sekuel bagi A Wild Sheep Chase.

Secara keseluruhan, karya Murakami dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama adalah fabel fantasi seperti A Wild Sheep Chase, yang merupakan buku ketiga dalam sebuah trilogi. Dua buku pertama dalam trilogi ini adalah Hear the Wind Sing (1979) dan Pinball 1973 (1974). Termasuk juga dalam kategori ini adalah Wind Up Bird Chronicle (1994) yang menyoroti tindakan Jepang di Manchuria dalam Perang Dunia kedua. Buku-buku dalam kategori inilah yang paling kuat mencerminkan kecenderungan surelisme dan realisme magis Murakami.

Kategori kedua adalah kisah cinta seperti Norwegian Wood, sebuah novel yang melambungkan kepopulerannya. Jika novel-novelnya terdahulu hanya mencapai angka penjualan seratus ribu eksemplar, buku ini meledak dengan angka dua juta eksemplar pada tahun awal penerbitannya. Hampir setiap anak muda Jepang telah membacanya. Karya ini mengantar Murakami mencapai status selebritis di negerinya. Lantaran itulah bersama istrinya dia kemudian hidup berpindah-pindah di Eropa dan Amerika untuk menghindari konsekuensi tidak mengenakkan dari sebuah popularitas.

Para kritikus menyebut kepopuleran novel ini adalah karena tokoh utamanya terlalu banyak melakukan hubungan seks dan membicarakan soal itu secara sangat ringan dan terbuka. Bagi Murakami sendiri, Norwegian Wood merupakan buku yang unik karena ditulis dalam gaya realisme murni dan sangat linear. Dia menyukai buku itu tapi tidak berencana menulis lagi dalam gaya seperti itu. Karyanya yang juga termasuk dalam kategori kedua ini adalah Sputnik Sweetheart (2001).

Kategori ketiga adalah buku-buku nonfiksi, Underground (1998) dan After the Quake (2000). Kedua buku ini ditulisnya sebagai respons terhadap dua kejadian penting yang menimpa Jepang: serangan gas sarin oleh kelompok kultus Aum Shinrikyo terhadap penumpang kereta bawah tanah di Tokyo pada 1995 dan gempa besar di Kobe pada 1997. Kedua peristiwa itu terjadi ketika Murakami berada di "pengasingannya", menulis di Yunani dan menjadi pengajar tamu pada Universitas Princeton dan Tufts. Dia merasa harus memperlihatkan kepeduliannya pada kejadian besar itu.

Untuk menulis Underground Murakami mewawancara sekitar 65 orang penumpang kereta bawah tanah yang diserang itu. Dalam proses itu dia menemukan pengenalan baru tentang negerinya, tentang para pekerja keras yang berdesak-desakan setiap pagi di dalam gerbong kereta. "Saya mengagumi mereka," katanya. "Tapi tak ingin menjadi seperti mereka." After the Quake merupakan kumpulan cerita pendek yang menelusuri apa yang terjadi pada keluarga keluarga di Kobe setelah gempa besar itu. Kedua buku ini seperti menunjukkan perubahan pada diri Murakami, dari seorang yang ingin menjauh menjadi seorang yang kembali ke komitmen pada negerinya.

Di belakang Murakami kini berdiri para penggemar dari seluruh penjuru dalam barisan yang terus bertambah panjang. Novel-novel bertemakan kesepian individu di tengah masyarakat hyperkonsumer Jepang saat ini juga ditulis oleh pengarang-pengarang lain seperti Ryu Murakami dan Banana Yoshimoto. Murakami tampaknya belum akan berhenti menelurkan karya-karya baru. Dari sekian banyak karyanya barangkali Anda ingin tahu mana yang paling ia sukai. "Buku yang selanjutnya, buku yang sedang saya tulis sekarang," katanya. Dia tampaknya belum berhenti memberontak.

Tokyo, Januari 2003

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae