Damhuri Muhammad*
http://cetak.kompas.com/
”Saya hadir dalam pertemuan Dewan Banteng di Bukittinggi (1956). Malam itu telah mengubah wajah Sumatera Tengah, dan menyeretnya ke suatu medan laga mengerikan,” begitu pengakuan Soewardi Idris (1930-2004), satu-satunya jurnalis yang menyaksikan pertemuan rahasia tokoh-tokoh PRRI.
Setelah itu Soewardi bergabung dengan PRRI, tiga tahun masuk-keluar hutan hingga akhirnya ”turun gunung” setelah mendapat amnesti dari pemerintah. Soewardi bukan ”pembangkang” biasa. Ia wartawan, juga sastrawan—bukan tentara atau bekas tentara seperti pemberontak lainnya. Setelah lelah bergerilya, ia menukilkan asam- garamnya perjuangan PRRI melawan pemerintah pusat, tulisan-tulisan itu digarapnya menjadi karya sastra. Soewardi telah menulis novel Dari Puncak Bukit Talang (1964), dan dua antologi cerpen; Di Luar Dugaan (1964) dan Istri Seorang Sahabat (1964). Dua buku terakhir, baru-baru ini diterbitulangkan oleh penerbit Beranda (Yogyakarta, 2008) dengan tajuk Antologi Cerpen Pergolakan (senarai kisah pemberontakan PRRI).
Menurut kritikus HB Jassin (1985), cerita tentang pemberontakan PRRI yang meletus pada 1958 itu tidak banyak karena para pengarang menganggap pemberontakan itu kurang menarik, dianggap tabu. Karena itu, mereka takut membicarakannya. Beberapa cerpen karya A Bastari Amin memang menyinggung soal ini, juga sajak-sajak Mansur Samin, tapi hanya Soewardi Idris yang keseluruhan karyanya mengambil tema pemberontakan PRRI. Itu sebabnya, Wisran Hadi (2008) hendak menyejajarkan kepengarangan Soewardi dengan AA Navis, khususnya dalam pilihan tematik, pergolakan daerah. Lagi pula, keduanya sama-sama berasal dari Sumbar dan masa kekaryaan mereka berada pada kurun yang sama.
Sisi menarik dari Soewardi adalah ketertarikannya yang begitu intens pada moralitas para pejuang PRRI, menjelang kegagalan gerakan itu. Semacam sisi lain dari individu-individu pemberontak yang tidak tercatat di buku-buku sejarah. Ia tidak membincang sebab-musabab pemberontakan itu, tapi menukik untuk sedalam-dalamnya mengeksplorasi situasi mental para pejuang akibat perang saudara itu. Ia seperti hendak menakar berapa banyak istri yang telah menjanda lantaran suaminya tewas, berapa banyak anak-anak yang telah yatim lantaran bapaknya terbunuh, berapa banyak orangtua yang telah kehilangan anak lantaran terlibat dalam pergolakan. Karya-karya Soewardi banyak memaklumatkan ”mudarat” ketimbang ”maslahat” dari pergolakan itu. Kalah jadi arang, menang jadi abu.
Strategi literernya jauh dari pengisahan yang dramatik dan heroik sebagaimana teks-teks sastra yang menggambarkan kemelut perang. Ia pencerita yang memang sedang memikul, namun serasa tiada berbeban, karena kuatnya sense of humor dalam cerita-ceritanya. Cerpen ”Di Luar Dugaan” dapat mencontohkan keterampilan artistik yang unik dari cerpenis ini. Dikisahkan seorang pejuang PRRI yang mencegat kendaraan umum yang melintas di sekitar persembunyian mereka. Begitu bis berhenti, mereka mengepung, menurunkan semua penumpang, melucuti pakaian, merampas benda-benda berharga. Ini mereka lakukan karena penduduk setempat tidak sanggup lagi menyuplai logistik, sementara perlawanan tak boleh padam.
Dalam kekalutan itu, Hadi (tokoh rekaan) berhadapan dengan seorang wanita yang sudah dilucuti pakaiannya. Ia berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa kakak iparnya juga sedang berada di hutan, bergabung dengan PRRI. Hadi mengurungkan niat ”menggarap” wanita itu setelah ia mengaku bahwa kakak iparnya itu bernama Hadi, asal Solok. Hadi gugup. Ia nyaris ”menggagahi” perempuan yang tak lain adalah istri adik kandungnya. Inilah yang dimaksud dengan ”kemudaratan” akibat pergolakan PRRI yang ditakar oleh Soewardi. Orang-orang yang semula teguh berpegang pada idealisme perlawanan, saat terdesak dan terkepung oleh APRI, bisa menghalalkan segala cara dan tak segan-segan memerkosa gadis-gadis kampung di wilayah yang ”konon” sedang mereka perjuangkan.
Akibat terlalu berani menyingkap mentalitas bobrok para pejuang PRRI, buku-buku Soewardi ditarik dari peredaran, master cetaknya dimusnahkan. Itu tidak datang dari pemerintah, tapi dari sejumlah mantan pejuang PRRI yang merasa dipermalukan. Tentang pemberangusan ini AA Navis menulis ”Tingkah Laku Bangsa Kita Mengganggu Penciptaan” (Kompas, 14/7/1981). Sejarahwan Taufik Abdullah juga mencatat, pada pertengahan dekade 1950- an, Soewardi pernah diadili secara in absentia oleh sejumlah sastrawan Yogyakarta karena karya-karyanya dianggap terlalu ”terbuka”. Terbuka di sini tentu saja ”jujur” atau dalam cemoohan khas Minang; ”lurus-tabung”.
Sebaliknya, cerpen ”Isteri Seorang Sahabat” (1964) memperlihatkan etos kesetiakawanan antarsesama pemberontak dalam keadaan terdesak sekalipun. Berkisah tentang Aku yang tercampak sebagai pecundang, gagal dalam perjuangannya, juga kehilangan istri. Karena tak kunjung pulang, Tini (istri tokoh Aku) menganggap suaminya sudah gugur, ia menikah dengan lelaki lain, lalu merantau ke Jawa. Sementara itu, Aku yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan Martunus, teman seperjuangannya, ditembak mati oleh APRI, berusaha menutup-nutupi kabar kematian itu pada Nani (istri Martunus). Ia bahkan berpura-pura menyerahkan titipan uang dari Martunus untuk Nani, padahal uang itu dari kantongnya sendiri agar Nani teryakinkan bahwa suaminya benar-benar masih hidup. Namun, dari seseorang Nani beroleh kabar bahwa Martunus sudah tiada. Tapi kesedihannya berangsur-angsur hilang karena sejawat Martunus itu memberikan perhatian penuh kepada Nani, juga kepada anaknya. Nani ingin lelaki itu menggantikan posisi Martunus. Berkali-kali Nani bermohon, berkali-kali pula ia menolak ajakan menikah. Bukan karena tidak mencintai Nani, tapi karena ia tidak akan pernah mengkhianati sahabat karibnya sesama pejuang PRRI, Martunus.
Cerpen tentu bukan fakta sejarah dan mustahil menjadi buku sejarah. Bila sejarah mengacu pada kepastian epistemologis (benar-salah, terjadi-tidak terjadi), sastra berkiblat pada pencapaian kualitas estetik yang tak perlu diverifikasi keabsahannya. Meski cerpen-cerpen Soewardi memuat sejumlah fakta keras tentang ”sisi lain” pergolakan PRRI yang latar belakang dan tendensi politisnya masih diperdebatkan, itu hanya satu sudut pandang yang berbeda, yang lebih unik ketimbang perspektif sejarah yang dibebani kaidah keilmiahan, juga tendensi politis tertentu. Soewardi, lewat karya-karyanya, dengan cara yang bersahaja, memberikan warna baru pada konsep historiografi perihal sejarah PRRI agar tidak menjadi fakta yang baku dan beku, dan tidak disepakati secara tergesa.
*) Cerpenis, Bermukim di Pinggiran Jakarta
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar