Senin, 04 Mei 2009

Benang Merah Perkembangan Sastra Ide

Lies Susilowati
http://www.suarakarya-online.com/

Ketika massa nekrofilis (pencinta kematian) sedang memenuhi jalan raya di negeri ini, diam-diam di toko buku dan perpustakaan telah tersedia buku-buku tentang Marxisme dalam bahasa Indonesia.

Di samping itu, buku-buku Tan Malaka diterbitkan juga dalam bahasa Indonesia masa kini.

Yang lebih menyenangkan, disamping Marxisme, ada juga terjemahan Indonesia buku-buku mengenai eksistensialisme. Nietzsche memasuki dunia pustaka kita dalam bentuk buku berbahasa Indonesia.

Demikian pula ‘Mite Sisifus’ dan ‘Pemberontakan’ karya Albert Camus. Kedua buku Camus berbahasa Indonesia ini menyusul novel The Stranger yang beberapa tahun yang lalu sudah diterjemahkan oleh Max Arifin (penerjemah “Pemberontakan”).

Kerja keras menerjemahkan buku-buku yang merubah dunia ini yang sesuai dengan keinginan pujangga Takdir Alisyahbana almarhum, selain terlambat, juga patut dikatakan masih dalam tarap awal.

Pekerjaan rumah kaum intelektual bangsa ini masih banyak dan berat. Bangsa yang memakai bahasa terbesar nomor empat di dunia ini, terus terang saja masih buta filsafat Barat dan sastra dunia yang berisi ide-ide filsafat. Ini kesalahan pendidikan kita, baik pendidikan menengah dan tinggi.

Akibatnya generasi muda kita yang penuh di jalan raya mudah menjadi celengan berkaki dua, otomaton yang berkerumun menjadi monster. Bila dilihat dari helikopter dan ketinggian langit humaniora tampaknya seperti amuba yang sangat berbahaya. Monster anti biofili sedang gentayangan di negeri ini. Human error yang membawa bencana kemanusiaan bercampur dengan bencana alam.

Ketika bangsa ini sedang menghadapi bencana banjir, tanah longsor, gempa, kebakaran hutan, datang lagi bencana yang dibuat oleh ide mutlak di kepala dan benak yang memerintahkan tangan untuk membakar dan membom kebudayaan material bangsa (kantor, mall, pabrik, rumah tinggal, rumah sakit, panti asuhan dll) menyiksa batin dan membunuh raga.

Ada pula buku baru yang sering disebut-sebut oleh kolumnis kita di sana sini (antara lain oleh Gus Dur, mantan Presiden RI) yaitu ‘Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme’, karya besar Max Weber.

Menurut Gus Dur etika ini ada juga dalam Islam. Jika benar demikian maka kedua agama yang berasal dari keturunan Nabi Ibrahim ini mempunyai titik sandar yang sama, bukannya potensial menjadi predator satu sama lain.

Dunia telah mengenal benang merah panjang, mulai dari alienasi Adam dan Hawa di luar Firdaus yang diajarkan agama-agama samawi, terpisahnya fenomena dan noumenanya Kant, Hegel dengan Ide Absolut (Logos, God, Tuhan) yang teralienasi menjadi manusia yang kesadarannya terbenam ke dalam kesatuan besar pemikiran ideal (terlebur ke dalam sejarah massa), pelacurnya Moses Hess yang faktor reproduksinya (seksnya) diasingkan menjadi komoditi dan diberi harga sebagai barang ekonomi, Fueurbach dengan Manusia adalah subjek dan Tuhan adalah predikat, sampai kepada Marx yang mengatakan bahwa manusia proletar itu adalah manusia yang tenaganya (faktor produksinya) tercerabut, terasing, menjadi milik kaum kapitalis.

Untuk kembali kepada dirinya (untuk menghilangkan alienasi itu), manusia proletar harus mengadakan revolusi proletar. Ini artinya menghalalkan pembunuhan.

Titik sandar eksistensialisme adalah nasib manusia individu. Kesibukan batin seorang eksistensialis berputar-putar di sekitar kesunyian, duka nestapa dan keraguan manusia.

Itulah semua kebenaran eksistensial. Semuanya ada dalam diri manusia individu dan bukan dalam massa. Beban penderitaan manusia (salib) dipikul oleh Kierkegaard dengan kemampuannya yang terbatas, menggiring jalan sengsara Kristus menuju kematian dan kebangkitan.

Berbeda dengan Kierkegaard Nietzsche mengatakan bahwa kalau Tuhan yang demikian itu (Tuhan yang menciptakan kesunyian, gempa bumi, banjir, peperangan, duka nestapa, nausea dan keraguan yang maha berat itu) harus dibunuh, diganti dengan superman. Tuhan (moralitas) harus dibuat nihil (nol, tiada). Nihilisme Nietzsche ini sangat mempengaruhi Hitler. Sementara itu, Mussolini dipengaruhi oleh Hegel.

Keduanya menenggelamkan manusia individu ke dalam lautan massa yang mengalir secara dialektis dalam sejarah bagaikan listrik tanpa peduli pada batin manusia individual yang menderita peperangan, ketakutan, kelaparan dan putus asa. Camus, menemukan dalam kesadaran kehidupan kendala eksistensial yang disebutnya absurd wall (tembok absurd).

Ini adalah nama lain dari salib pada dunianya Kierkegaard. Namun, Camus tetap memenej kendala (absurditas) itu dalam panggung kehidupan.

Di atas panggung kehidupan ini ada tiga tokoh dramatis yaitu kesadaran manusia, dunia di depan kesadaran itu dan kendala yang timbul ketika kesadaran ingin bersatu dengan dunia. Ia tidak ingin membunuh salah satu dari tiga tokoh drama kehidupan itu. Ia mengritik keras loncatan imannya Kierkegaard yang dikatakannya sebagai bunuh diri secara metafisik karena hanya mencemplungkan diri ke dalam absurditas (ke dalam kontradisi dan kemustahilan).

Camus sendiri hanya sampai kepada kesadaran. Dia sadar bahwa dia fana dan karena itu dia merdeka.

Hanya itu. Tanpa akhirat dan hanya memilih melakukan tarian moral di panggung kehidupan, dengan tidak menolak Tuhan sebagai noumenon (sparring partner fenomenon). menolak bunuh diri dan membunuh orang atas dasar tuntunan hatinurani. Ia malah mengeritik Sartre. Bilamana Sartre memegang sebuah batu, esensinya lenyap, diganti dengan eksistensi murni: suasana batin yang merasakan kefanaan, kepercumaan dan nauseating.

Semua ini adalah suatu permulaan bagi seseorang eksistensialis untuk menciptakan dirinya sendiri melalui pilihan yang bebas, sebebas musik jazz yang berkelanjutan tanpa akhir.

Yang dikritik Camus adalah pilihan Sartre untuk engage dengan revolusi berdarah. Sartre dielu-elukan di Tiongkok ketika ia mengunjungi negeri itu.

Terjemahan Indonesia karya-karya filsup dan sastrawan eksistensialis dunia belum banyak. Maksudnya eksistensialisme ke Indonesia hanya melalui karya segelintir sastra ide (esei, cerpen, novel dan puisi). Pertempuran antara Lekra dan Manikebu dulu adalah pertempuran antara Marxisme versus Eksistensialisme religius tetapi sayang setelah seorang kopral memimpin negeri ini, timbul pembiaran pada religi bergerigi politik, bertaring fanatisme dan premanisme bernyala-nyala membakar membom. Iman yang dinamis telah dihanguskan oleh terorisme individual dan golongan yang lahir dari aktivisme massal tanpa refleksi.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae