A Rodhi Murtadho
Spektrum terus memancar. Mengaromakan anyir yang tak henti-henti. Menindas segala galau dan cemas. Suara-suara sumbang tak mendamaikan. Amarah Karti menambah keruh pikiran. Murka semua orang di kala kembang desa yang banyak dipuja lelaki tiba-tiba seperti orang gila. Semua lelaki diajaknya senggama. Membiarkan mereka menikmati tubuhnya yang dulu benar-benar dijaga kesuciannya agar benar-benar menjadi kembang desa tulen.
Dia selalu meramu rayuan yang sudah terdengar memuakkan. Tapi lelaki tak memperdulikannya, yang penting ujung-ujungnya mereka bisa menikmati tubuh pualam. Mencicipi bibir merah delima. Harum rambut yang tergerai menyapa. Sampai mereka bisa memasukkan nafsunya untuk merasakan kenikmatan yang telah banyak dicicipi.
***
Damai alam menyejukkan hati. Menyegarkan kepenatan yang terbawa. Damai. Karmi terus menyandarkan kepala di pundaknya. Harapan yang selama ini terus berpendar dalam dirinya. Cumbu rayu sudah tak begitu asing mereka lakukan. Pemuas nafas yang sudah jarang merasakan hangat nafas sendiri. Membiarkan diri mereka menyelam dalam segara. Saling memberi kelembutan, kesejukan, kenikmatan, kehangatan sampai mencapai puncak, kepanasan.
Pakaian mereka terlepas dengan mulut sudah terengah-engah, menyatu. Membuka BH mereka. Tangan mereka saling mengklentit dengan nada dan cibiran yang merindu, merenda dalam kamar Karti. Jendela sengaja dibiarkan terbuka. Membiarkan angin masuk. Mendinginkan tubuh mereka yang sudah basah dengan keringat.
***
Ia mengenal Katmo sudah setahun yang lalu. Pertemuannya di sawah membuat Katmo selalu datang di rumahnya ketika malam minggu. Melancarakan kata-kata ke benaknya. Ia tak juga tergugah. Ia ingat kalau kalimat manis selalu ia dapatkan. Selalu ibunya dapatkan dari ayahnya.
Kekaguman pada ayahnya, pada awalnya, membuat ia mempercayai begitu saja ucapan. Apapun itu. Satu-satunya orang yang dianggap mengerti dan selalu memenuhi kebutuhannya dan ibu. Tak menaruh curiga. Kenyataan berbicara lain. Ayahnya selalu tak menepati sendiri kata-katanya. Mengingkari segala janji dan sumpah. Ia terbius dalam kekecewaan yang dilihat dalam pertengkaran ayah dan ibunya setiap hari.
Ia hanya duduk termangu di beranda. Menyaksikan perang yang tak berujung. Ayah dan ibunya. Ia tahu kalau ayahnya selalu berkelakuan tak mengenakkan bagi ibu dan dirinya. Ia tahu kalau ibu yang dikenalnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Selalu bersabar. Menceritakan tentang kedamaian meski setiap hari ia melihat ibunya tak bisa berdamai. Menceritakan kancil yang cerdik meski tiap hari ia melihat ibunya hanya pasrah menerima tamparan dari ayahnya. Tak bisa menghentikan segala kemunafikan. Ia hanya tahu tubuh ibunya lebam karena ayahnya.
Ketakutan tak menyurutkannya untuk selalu berusaha berbuat baik kepada ayahnya. Menawarkan segala kasih yang tak bisa diberikan lagi ibunya yang telah meninggal. Mungkin meninggal karena kesal disiksa. Ia melucuti pakaiannya sendiri di depan ayahnya yang tengah mabuk. Ia ingin menjadi pengganti ibu yang lembut dan penuh kasih sayang. Ia memperlakukan ayahnya seperti ibu memperlakukannya. Dulu, ia pernah mengintip ibu dan ayahnya yang berada di kamar sedang terengah-engah penuh keringat. Saling tindih. Menawarkan segala kenikmatan tubuh untuk dikulum dalam bibir. Melumat segala tonjolan yang menjebak rasa nikmat. Ia tahu ibu tersenyum meski ayahnya memukul dan menggigitnya. Ia hanya heran.
Ayahnya sepeti dimasuki roh banteng. Menggosokkan kakinya siap meluncur. Hidungnya mulai mengendus aroma perawan anaknya. Hanya tahu kalau yang berada di hadapannya hanya seorang perempuan yang akan memberikan kenikmatan dari selangkangannya. Tak mengenal lagi darahnya juga mengalir di sana bersama istrinya.
Ia terus mengenduskan nafasnya yang tak juga teratur oleh tindihan ayahnya. Ia tahu ibu selalu tersenyum ketika ayahnya dengan erangan nafas babi berada di atasnya. Ia tersenyum.
***
Kembang desa sudah menjadi momok yang khas di desa Tanggul. Sosok yang melantunkan nama Karti. Mengalun dari berbagai percakapan. Banyak jejaka yang tak bisa melewatkan untuk tak membicarakannya. Membahas segala andai yang bisa dilakukan bersamanya. Sebagai pasangan atau kadang sebagai pembantu.
Semua orang ingin memiliki keindahannya. Karmi terus berusaha mendekati Karti dengan setangkup harap cemas. Mengetahui segala yang menimpanya. Ia tahu kalau dia punya masalah hampir sama dengannya. Lelaki. Tidak membencinya. Tapi kadang menjadi momok yang menakutkan. Ia banyak bercerita panjang lebar tentang dirinya. Kisah yang sama. Dia seperti mendengar bibirnya sendiri mengucapkan kata-kata. Dia merasakan kepedihan yang sama dengan ia.
“Kau tahu kalau aku tak pernah membenci lelaki, hanya saja jiwaku ini sudah terukir seolah sama dengan mereka. Ketika ayah merenda diriku dengan nada keras kemarahannya atau pukulan-pukulan di sekujur tubuh,” dia berucap.
“Kalau aku, harus menjadi pengganti ibu, suami ayah. Meninabobokkannya di antara selangkangan. Di atas tubuhku,” ia berucap.
“Aku sudah menjadi laki-laki.”
“Aku butuh lelaki sepertimu, bukan seperti ayahku.”
Tak ada pemandangan aneh yang menguras simpati. Mereka bersahabat. Bergantian saling mendatangi rumah. Mencibir setiap kelam di antara pengapnya udara kamar. Berbagi kasih. Bingung menerkam. Tak ada mangsa atau pemangsa. Hanya gesekan-gesekan lembut wangi tangan. Belaian halus mengalun dari rambut sampai kaki. Lidah-lidah mulai bergentayangan. Peluh mulai berleleran. Tak ada rasa canggung. Semua bentuk sama menyatu dalam kerinduan panjang.
Lenguhan selalu terdengar dari kamar ketika mereka bersama. Menadakan kebimbangan yang sama. Harus terpekur lama di atas ranjang untuk menunggu haru. Membentangkan pikiran tak menjelaskan apapun. Semua samar dalam semilir penat. Tak mengisyaratkan. Tak juga menandakan. Apalagi menghasilkan. Hanya kepuasan dan kebutuhan terpenuhi.
Desas-desus itu sudah terdengar sampai sudut-sudut desa. Bahkan sampai mancadesa. Dia pun mendengar. Tak memprotes atau mengumpat. Dia hanya pasrah pada yang ada. Merasa, mungkin tak ada kelayakan. Tahu dia dan ia sama.
“Katanya kau akan menikah dengan Katmo?” kata dia.
“Sebenarnya aku tak mau menikah dengan orang yang tak mengerti tentang diriku. Aku tahu tubuhku yang dibutuhkannya. Pemuas nafsu. Semua atas paksaan ayah. Maafkan aku.”
“Kau tidak salah. Tidak perlu minta maaf. Rasa kita yang salah, tak terarah dengan benar.”
“Tapi bagaimana pun aku masih tetap membutuhkan kelembutanmu bukan kekar otot darinya. Aku hanya akan terpuaskan denganmu. Aku yakin itu.”
“Kalau kita percaya, kita bisa melakukannya selagi kita mau. Toh tak ada yang curiga. Mereka hanya tahu kita adalah sahabat karib. Itu sudah jelas. Kita tak butuh pengakuan resmi masyarakat desa akan hubungan kita. Status hanya akan memperkeruh suasana. Lebih-lebih keadaan kita.”
Malam dingin walau tak berkabut serasa dingin menyelimuti. Hangat tubuh merapat memenuhi ihwal. Suara jangkrik terus menjadi penyemangat. Gurauan menjadi penghangat diantara nafas yang semakin cepat. Nyamuk tak berani mendekat lantaran takut lekat dengan keringat. Dia sengit melancarkan serangan mautnya. Mengulurkan lidah dan menggoyang-goyangkannya masuk ke dalam mulut ia. Beranjak ke tubuh. Menyapu bersih dan licin sampai masuk selangkangan. Ia hanya mengeluh tak karuan. Terdiam tubuh. Tetapi tangan ia selalu bergerak dalam tubuh dia.
***
Katmo telah menceraikannya. Perhatian yang ia berikan dirasakan Katmo sangat kurang. Kini ia hanya sendirian di rumah. Bersama ayahnya yang sudah tak berdaya. Kembang ranjang. Bicara pun sudah susah. Menggantung nyawa. Sudah tak berharap.
Ia semakin sulit menemui dia. Alasan kesibukan dari dia yang ia terima tak memuaskannya. Ia pernah tahu suatu malam kalau dia dibonceng seorang lelaki. Melekat tubuhnya. Tak jelas siapa lelaki itu karena kepulan pekat hitam malam menutup mukanya. Hanya suara dia yang bisa menunjukkan dengan jelas mukanya. Itu pun terlihat dari belakang.
Dia kaget dengan sangat saat pintu dibuka. Ia muncul tak permisi seperti biasanya. Dia bingung beranjak. Tubuh Katmo mendekapnya erat. Menindihnya. Dia hanya menyapa bingung. Dia tak bergerak sedikit pun. Mereka bertiga saling memandang. Mantan suami dilihat di atas tubuh dia. Tidak percaya ia rasakan.
Ia segera melarikan kakinya keluar kamar dan terbang keluar rumah. Ia sulit percaya kalau dia sudah berubah. Tapi mengapa dia memilih mantan suaminya. Ia meninggalkan Katmo demi dia. Mengapa dia tak mengerti juga. Ia menganggap dia adalah orang yang paling mengerti dirinya. Ia sampai di rumah dan kepedihan harus bertambah ketika ia tahu ayahnya sudah terbujur kaku di ranjang.
Lamongan, 9 Juli 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 30 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar