Nurel Javissyarqi
Cerita ini bermula saat saya habis ngelayap dari Bandar Lampung, kotanya penyair Opera Kebun Lada (judul antologi puisi Y. Wibowo). Sebelum berkisah jauh mengenai judul, sebaiknya saya mencuplik beberapa perolehan dari pelayaran Bakauheni menuju Merak.
Di tengah selat, dalam kantong kapal laut kelas ekonomi, saya melihat burung elang Jawa menyebrani ubun-ubun gulungan ombak samudera, kelepakan sayapnya seimbang perkasa, perutnya terisi tiada lebih, dan tak kurang di tengah lawatan.
Saya jadi berfikir, kenapa saat diri ini sudah berada dalam perut kapal menuju Merak, elang Jawa itu malah hendak menyebrang ke tlatah Sumatra. Jangan-jangan ada yang tertinggal dari perjalanan saya? Telapak kaki, kabut yang kan menjelma awan rindu. Atau ada sesuatu perjanjian dengan pulau sebrang itu?
Diri merasakan, burung itu kan hinggap di badan kapal yang sedang saya tumpangi sebab kelelahan, namun tak. Ia memilih mengapung di atas ketinggian gelombang sejarak sepuluh meter, sambil senantiasa mengimbangi hembusan angin yang membuatnya kesulitan mencapai tujuan bertempo cepat.
Sang burung telah ketahui bagaimana menguasai desakan bayu serta hasrat dirinya demi mencapai pantai, lawatannya kali itu seperti tak yang pertama. Dirinya tiada gentar keraguan meski menyimpan was-was di tengah tenaganya, yang suatu saat bisa habis ketika tiba-tiba angin kencang datang menghantam kelepakan sayapnya.
Atau mungkin sang elang coklat itu mengisyaratkan diri saya, untuk tandang kembali kepada kepulauan cantik di sana.
Baiklah, persoalan ini saya biarkan mengendap bagi referensi demi isyarat-isyarat lebih jelas ketika realitas dilalui bermata cerlang cemerlang.
Sebuah penerimaan kesadaraan akan pengalaman yang mampu menjadi penentu gerak selanjutnya bagi perhitungan. Saya biarkan segalanya mengalir dalam; apa itu keganjilan, misteri hayat serta realitas tampakan yang beredar di perjalanan.
Semuanya diri anggap harmoni, warna-warni kehidupan menyenangkan bagi sejati kembara.
Kapal saya tumpangi terus mendesak melaju ke Merak, sementara kepakan elang menjauhi kapal menuju Bakauheni. Ini riwayat tanda apa yang kan terjadi nanti?
Semuanya melangkah apa adanya, segalanya memuara pada tujuan masing-masing dengan resiko berbeda. Tubuh kapal menyibak kulit lautan, gelombang menari-nari dengan keindahan deru decak ombak.
Ibarat seluruh isi dunia tak perlu dimaknai, semua berjalan sederhana, nilai-nilai terbangun atas kepala anak-anak manusia. Seolah ocehan musim harus diterima, dan kita mengikuti perubahannya semacam wacana, menggelinding menghabisnya bola salju. Atau semakin membesar pada sebuah persoalan revolusi.
Batas dan puncak, besar dan kecil menuju titik-titik yang semuanya bermakna sama, ketika benar-benar mengiyakan kesadaran perjalanan hayat. Mungkin?
Ketika waktu terus berjalan, saya mengikuti keinginannya berkendaraan masa; dunia berjalan, semua melangkah berkeindahan. Carut-marut hanya milik orang-orang tergesa, berburu-memburu mangsa biasa, atau berlari dari kenyataan hutang berlimpah, sedang bias-bias hutang bangsa-negara dipikul anak-anaknya.
Lalu bathin ini berucap; bangsa maju itu seperti elang tak membawa bekal kecuali dalam perutnya saat hendak kembara, menembus cakrawala harapannya. Terpenting ialah tanggung jawab diri, keluarga serta tradisi, agar senantiasa lestari meski di kepulauan lain; inilah dunianya burung-burung elang.
Mata yang tajam, sanggup mengawasi kedalaman lautan, ada gerak ikan menjadi miliknya buat energi pacuan selanjutnya, demi waktu dan masa depan belulang.
Cerita pembuka saya hentikan di sini, saya turun di pelabuhan Merak. Hari itu dalam bulan suci ramadhan menginjak hari yang ke sepuluh.
Seperti biasa dalam tradisi kembara, tiada kewajiban menjalankan ibadah puasa. Apa yang seorang kembara sandang, bukan sebagai manusia dalam tempat yang sama. Dirinya tidak berada dalam satuan letak, ketika beredarnya matahari menunjukkan masa berbuka atau dimulainya puasa.
Atau ini sekadar alasan-alasan saja yang kurang tebal iman, sehingga gugurlah kewajiban untuk ngelayapkan segala persoalan diri yang diemban, demi lebih nikmat saat menyeruput segelas wedang.
Di pelabuhan Merak, saya berhenti di warung kaki lima yng pernah diri singgahi sewaktu akan ke Bakauheni. Saya terbiasa mengakrabi satu tempat, agar tampak rilek ketika akan menjalankan suatu lanjutan rencana.
Sebenarnya di semua tempat, ada wilayah-wilayah akrab ketika kita benar-benar merasa tak jauh dari rumah. Atau di mana pun tempat ialah bumi tuhan, wilayah kekuasaan kesadaran akan amahan, yang tengah dijalankan seorang kembara.
Dalam ruang-ruang terpencil dan asing, kita akan temukan diri yang tidak asing, ketika benar-benar dalam lingkaran kedekatan mata air nurani sebagai pandangan pejalan. Atau kita memang tidak berada di mana-mana, meski sedang ke mana saja dan jauh dari saudara.
Sebenarnya, saya dari Merak ingin mampir ke Tanara Banten. Namun, terkadang rencana juga perlu diubah, seperti cara elang meringankan tubuh agar tak terdesak hembusan angin kencang.
Teman saya sewaktu di Jombang, yang kini bermukim di Tanara, menyuruh mampir sepulang dari Balam (Bandar Lampung). Tetapi teman lain pernah bercerita, bahwa teman yang ada di Tanara itu, setengah bulan yang lalu pernah ke Jawa Timur, tepatnya Bojonegoro, namun ia tak mampir ke Lamongan.
Jadi seolah impaslah bila diri ini tak datang menuruti rencana ke bumi Tanara. Di Merak, saya memilih bus jurusan Bekasi Timur. Sebuah pilihan tak mampir ke Tanara, tetapi langsung ke teman satunya di Bekasi.
Ketika saya berada atau sampai di terminal Serang. Adzan magrib berkumandang atau waktunya berbuka. Seperti biasa di terminal, para penjual keluar-masuk ke bus yang berhenti, untuk menjajakan makanan ringan.
Para penumpang pada beli untuk melepaskan ikatan puasa, sesua-suap berbuka bagi kewajiban pengganjal perut dari seharian tak termasuki bahan kehidupan.
Saat penjual-penjual itu tawarkan dagangannya pada saya, saya hanya geleng-gelengkan kepala. Semua penjual yang menawarkan pada saya, berkata ke teman-temannya; Diawali (Bermakna saya sudah mengawali berbuka, alis tak berpuasa di hari itu. Atau saya awali buka sebelum waktunya, maka mereka menyebut saya “diawali” atau mendahului).
Karena saya sering main-main dengan kata-kata, kata “diawali” itu saya pisah menjadi “dia” dan “wali” atau para penjual itu menyebut saya Wali, he...
Kata yang saya putus itu mampu menghibur diri ini, yang sudah sakit gigi berhari-hari di Bandar Lampung, juga saat berada di senjakala Serang itu. Inilah salah satu kenang-kenangan sewaktu di terminal Serang dalam bulan suci.
Ketika sopir telah selesai menunaikan sholat magrib, lantas bus di jalankan kembali menuju Bekasi. Kala itu saya menulis sms buat kawan-kawan Balam, begini; “Saya menaiki Merak menuju Bekasi (bekas kekasih), & terimakasih perjamuannya saudara-saudaraku, yang bikin aku lupa rumah, ...ala maak.
Saya teringat selalu di Lampung; sakit gigi, sumur putri, pantai pasir putih, senyum mungil dan wajah-wajah pulau Sumatra yang aduhai…., kawan-kawan di Lada (Lembaga Advokasi Anak Jalanan), di SPL (Serikat Petani Lampung) serta SKL (Sekolah Kebudayaan Lampung).
Ya syukurlah, semua kawan-kawan di sana sudah bikin suara jaringan lembaga-lembaga yang mapan, tetapi saya masih suka keluyuran. Banyak orang berusaha ingin mapan, namun saya malah takut kemapanan, he...
Tidakkah kemapanan itu bisa pula bikin sakit udun, alis terkumpulnya darah kotor dibagian tubuh tertentu yang menyakitkan. Kalau resiko jalan-jalan tentu paling-paling masuk angin, sakit gigi juga pegal-pegal. Itulah hayat, semuanya mendapati resiko serta kenikmatan tersendiri.
Salam bagi kenikmatan dan derita. Saya yang kini menjadi burung elang, terbang di antara dua pulau Dwipa.
*) Pengelana. November 2005, Lamongan.
Keterangan: perjalanan kali itu adalah awal penyebaran buku-buku stensilan PUstaka puJAngga ke luar Jawa. Selepas dari Balam, saya membentuk Forum Sastra Lamongan bersama kawan-kawan; Rodli TL, Haris del Hakim, A. Syauqi Sumbawi, Imamuddin SA, dan Javed Paul Syatha.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar