Senin, 07 Maret 2016

Gedung Kesenian Cak Besut

Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com

Saya membayangkan ada dialog antara almarhum Cak Besut dengan Cak Durasim. Bisa juga perbincangan dua tokoh maestro Ludruk itu benar-benar terjadi di alam kubur. Indikatornya apa? Jawabnya gampang, hingga membuat anda tidak tidur bermalam-malam. Apalagi ketika anda mengetahui analogi jawaban perbincangan dua maestro Ludruk ini sambil nyeruput kopi racikan Yu Darmani pengelola warung kopi nyentrik di pojok pintu masuk Desa Nglele Kecamatan Sumobito. Bukan sekedar rasa dan aroma kopinya yang cospleng, tapi di warung kopi Yu Darmani inilah seluruh teman penulis (seniman) baik lokal, regional, nasional, bahkan Miguel Fonsecca Horta seniman dari Portugis pernah saya ajak nyeruput kopi di warung ini.

Cak Besut hidup sekitar tahun 1889 hingga awal 1900an. Nama asli Cak Besut adalah Santik yang mengamen dengan dandanan badut menor, saking menornya masyarakat Jawa bagian Jombang menyebut dengan istilah lerok-lerok. Saat menor ini pengamen Santik dikenal dengan pengamen Lerok.

Berikutnya pengamen Lerok melai membangun alur cerita dalam ngamennya. Tokoh dalam lakon baku pengamen Lerok adalah dialog antara Besut, Rusmini, Paman Gondho Jamino dan Sumogambar. Dari tokoh utama Besut inilah kemudian dikenal istilah ada pengamen Besut/Besutan lewat. Tahun-tahun berikutnya lakon Besutan menjadi cikal bakal lahirnya kesenian Ludruk Jawa Timur. Tentu saja Pak Santik atau yang dikenal Cak Besut sudah wafat di jamannya.

Tokoh maestro ke dua adalah Cak Durasim yang hidup masa penjajahan Nippon 1942-1945 dan resmi menjadi seniman Ludruk, satu era baru setelah Besut mentransformasi menjadi Ludruk. Kapasitas ketokohan Cak Durasim baru tersohor sebagai pahlawan Ludruk ketika melantunkan gandangan Bakupon Omahe doro//Melu Nippon tambah soroh. Lantaran gandangan Bakupon tersebut Cak Durasim dimasukkan penjarah dan dijuluki pahlawan seniman Ludruk yang menyuarakan sikap pemberontakan terhadap kolonial. Tentu Cak Durasim juga sudah wafat dan dimakamkan di Pasar Tembok Surabaya Barat.

Oke, Cak Besut dan Cak Durasim sudah wafat sebagaimana Soekarno dan Soeharto juga telah wafat. Setiap yang wafat sudah tidak berupa benda padat: materi, melainkan Ruh abadi. Bahasa yang paling gampang untuk menangkap Ruh adalah setara cahaya baik redup atau moncer. Untuk menangkap cahaya yang paling gampang adalah cahaya firmon, yakni satuan cahaya yang menelusup menerangi bathin, dunia ide, imajinasi. Cahaya firmon berbeda dengan cahaya bozon yang berentuk fisik semisal cahaya lampu, cahaya matahari yang menerangi pantulan benda kasat mata. Berdasarkan cahaya fimon inilah para pengikut Soekarno tidak sekedar ndilalah, tidak ujug-ujug begitu saja mereka menemukan yel yel, jargon, semboyan, pakaian bahkan gerakan kenegaraan yang dulu dikumandangkan presiden pertama Indonesia itu untuk generasi penerus bangsa. Tentu ada penelusupan Ruh Soekarno yang membisikkan ide pada pengikutnya agar melakukan demikian. Begitu juga Ruh Soeharto pasti muncul dan membisikkan pada kreator untuk mengaplikasi foto presiden terlama di Indonesia itu beserta pesan barunya, "piye Le? Jik enak jamanku biyen to?" Foto dan sebaris kalimat yang suatu waktu banyak terpajang di bamper truk dan dinding fesbuk.

Demikian, bukan kebetulan jika Cak Besut dan Cak Durasim sedang berdialog dan menyelinap dalam fikiran para tukang bicak, pengamen, pedagang, seniman terutama pada penulis. Tentu ada bisikan kalbu dari dua orang bersangkutan. Tujuan kedua seniman senior ini membocorkan dialognya ke penulis supaya generasi sepeninggal mereka menghitung ulang apa sesungguhnya yang telah mereka lakukan serta sejauh mana perjuangan mereka masih disanjungkan?

Mereka membincang hal paling mendasar sebagai mantan tokoh Ludruk. Dalam bayangan saya Cak Durasim lebih hormat pada Cak Besut, sebab bagaimanapun juga Cak Besut adalah babon lahirnya kesenian Ludruk. Cak Besut menjelentrehkan kepanjangan namanya, Besut yang artinya ‘beto maksud, beberno maksud’(membawa, memaparkan suatu tujuan). Arti luasnya bahwa ada konsep yang diemban dalam kesenian Besut-an. Yakni misi berdakwah meninggikan martabat individu sebagai makhluk sosial serta martabat berbangsa dan bernegara, dalam hal ini menyadarkan adanya kekangan kolonialisme waktu itu.

Cak Durasim juga menjelaskan namanya. ‘Dur-Asim’ gabungan dua tokoh besar dalam satu garis keturunan, yakni Gus Dur cucu Kiai H-asyim Asy A’ri. Dua tokoh yang menyatu dalam karakter berbeda. Kiai Hasyim Asy A’ri berpenampilan formal sebagai konsekuensi tokoh spiritual, sedang Gus Dur berbudaya sadur, manaruh keseimbangan antara kedalaman ilmu (nilai) yang disampaikan secara kelakar. Kiai Hasym Asy A’ri disiplin mengembangkan nilai dengan jalan tradisi, sedang Gus Dur menjalankan tradisi untuk mengendarai modernisasi. Artinya, Cak Durasim dilahirkan untuk menangkap fenomena yang bereda dalam satu alur transformasi budaya.

Berikutnya Cak Durasim mengungkapkan kesungkanannya pada Cak Besut perihal namanya yang sudah diabadikan sebagai nama gedung kesenian tingkat propinsi, yakni Gedung Kesenian Cak Durasim di Jalan Gentengkali Surabaya. Sedangkan nama Cak Besut yang melahirkan kesenian Ludruk justru belum disentuh sebagai tanda peradaban yang dilahirkannya. Seharusnya di Jombang, kota yang melahirkan cikal bakal kesenian agung Ludruk sudah dibangun Gedung Kesenian Cak Besut. Supaya generasi penerusnya tidak kewohan jika ditanya rekan atau sejawat tentang adanya gedung kesenian di Jombang. Bagaimanapun juga Jombang adalah wilayah berperadaban tua yang dikenal secara nasional. Aneh jika sebuah kota tersohor perihal fasilitas gedung kesenian saja dibanding wilayah lain, Jombang paling molor.

Antisipasi Cak Durasim atas generasi penerus inilah yang kerap menimpa masyarakat Jombang. Salah satu contoh apa yang saya alami sebagai generasi Jombang terjadi saat Muktamar NU-33 di Jombang 1-5 Agustus lalu. Di mana semua tokoh, termasuk seniman di dalamnya tumplek blek mengunjungi Jombang. Selaku warga tuan rumah pasca-Muktamar lalu kebetulan tempat saya dihuni sekitar 20 rekan wartawan on line PBNU dan 100 personil pendekar silat dari Banyuwangi yang diutus khusus mengawal keamanan kiai sepuh. Selain ditempati, saya juga antar-jemput tokoh senior D. Zawawi Imron (penyair Celurit Emas), Ahmad Tohari (novelis Ronggeng Dukuh Paruk) dari penginapan untuk diskusi di salah satu tempat makan di Jombang yang kebetulan di rumah makan tersebut secara tidak sengaja bertemu dengan rombongan Zeni Wahid. Salah satu lontaran pertanyaan yang sama dari para tamu, “lho masa di Jombang belum ada Gedung Kesenian? Gak masuk akal itu! Paribasane lho, ngapain aja yang dilakukan tokoh-tokoh besar Jombang selama ini? Baik yang pernah menjabat atau yang sedang menjabat. Baik yang di dalam Jombang atau yang kondang di luar kota, kok gae Gedung Kesenian aja gak bisa.”

3 Desember 2015, Jombang, Jawa Timur.
http://sastra-indonesia.com/2016/03/gedung-kesenian-cak-besut/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae