Kamis, 27 April 2017

Nalar Kritis Nurel Javissyarqi

Adzka Haniina Al Barri
http://www.lpmalmillah.com

"Kritik itu semacam ‘saudara tidak muhrim,’ boleh dinikahi dan ketika sudah nikah, masih dapat membatalkan wudhunya. Jikalau kritik dari ‘sesama muhrim,’ dapat disebut nepotisme, bukan ‘kritik’ (karena tak boleh dinikahi), atau pujiannya tidak mempengaruhi nilai. Kritik yang berhasil, sekali sentuh di mana pun akan membatalkan seluruh tubuh bidang yang dikritisi. " (Nurel Javissyarqi, 2011).
Pernyataan Nurel Javissyarqi di atas dimuat di jendelasastra.com, 21 Januari 2014. Nurel menggambarkan kritik dengan kiasan muhrim dan tidaknya kritik dengan obyeknya. Pernyataan tersebut menekankan keseriusan dalam membuat kritik.
Saat hari mendekati senja, tepatnya 11 April 2017, kru aL-Millah menemui sastrawan itu dalam diskusi santai di Wakoka Ponorogo. Ketika kru menanyakan biodatanya, Nurel menyarankan agar mengutipnya dari sebuah laman web yakni, pustakapujangga.com. Nurel Javissyarqi lahir di Lamongan, 8 Maret 1976. Sejak kecil suka mendengarkan dongeng, terutama kisah Kuda Sembrani yang dituturkan buyutnya Kasipah. Ayahnya seorang guru, ibundanya pedagang. Awalnya ia ingin jadi pelukis dari kegemarannya menggambar sejak belia.
Saat di bangku Ibtidaiyah ia mengisi waktu siangnya dengan menggembala. Di masa Tsanawiyah, ia menghabiskan sorenya masuk Sanggar Alam yang diasuh pelukis Tarmuzie 1989, (vakum lama, terakhir pameran tahun 2001). Juga sempat hijrah ke Jombang untuk sekolah Aliyah. Tepatnya tahun 1994 mulai belajar menulis secara autodidak di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar, yang pengasuhnya adalah KH Abdul Aziz Masyhuri (almarhum 15 April 2017), penulis dan penerjemah kitab arab klasik. Ia mulai belajar menulis karena hobi menggambarnya tidak tersalurkan di sana.
Cara belajar menulis Nurel adalah autodidak. Ia lebih banyak mengamati dan menelaah saat ia belajar. Dulu, saat ia mangajukan karya dan ditolak, ia selalu curiga dengan seniornya, mereka hanya takut karyanya terkalahkan olehku, pikirnya. Sejak masa pembelajaran menulis, ia telah berpikir kritis.
Dalam berkarya, Nurel kritis dalam mengedit tulisannya. Tak serta-merta puas dengan  sekali dua kali, minimal satu tulisannya telah melewati tujuh kali edit serta renungan yang panjang. Ia mengaku lebih suka dikutip dari tulisannya ketimbang perkataannya. Karena tulisannya telah melewati proses panjang, bukan kespontanan seperti saat bicara.
Nalarnya tertajamkan di saat belajar dan menulis, namun karyanya turut serta membuktikan nalar kritisnya. Bukunya yang berjudul Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri, 2011 mengkritisi karya Sutardji yang berlebihan dalam mengungkapkan peran penyair.
Karya itu berawal di tahun 2008, saat ia menemukan kutipan Sutardji di web Infoanda (bukan Republika): “peran penyair menjadi unik, karena – sebagaimana Tuhan tidak bisa diminta pertanggungjawaban atas ciptaannya, atas mimpinya, atas imajinasinya – secara ekstrim boleh dikatakan penyair tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban atas ciptaannya, atas puisinya”. Pernyataan ini menggugah nalar kritis Nurel.
Nurel mendapati cacatnya pernyataan Sutardji. Ia merenungkan tanggungjawab kepenyairan yang disampaikan oleh Presiden Penyair itu. Pun ia mencari, sudahkah ada kritikus atau penyair angkatannya yang menegur Sutardji. Setelah tak didapatinya, ia yakin untuk mulai menulis kritiknya.
Orasi kebudayaannya SCB di event Pekan Presiden Penyair (dimuat di Republika, 9 September 2007)   juga  memelintir makna Surat As Syuara’ ayat 225-227.  Ia berkata, “manusia sebagai makhluk imajinasi Tuhan pada gilirannya menciptakan pula imajinasi. Para penyair sebagai makhluk yang profesinya menciptakan imajinasi atau mimpi-meskipun posisinya jauh di bawah Tuhan-memiliki kesejajaran seperti Tuhan. Penyair menciptakan imajinasinya, mimpinya, lewat kata-kata sbagaimana Tuhan menciptakan mimpinya lewat firman.”
Berdalil dengan Tafsir Jalalain, Nurel perjelas terjemah ayat itu dengan menggunakan keterangan kalimat di dalam kurung. Ia menjelaskan bahwa orasi Sutardji bertolak belakang dengan ayat ini.
Mengutip pula ia dari buku Raja Mantra Presiden Penyair, karya sastrawan Taufik Ikram Jamil pada esai berjudul Bersama Sutardji Colzoum Bachri. Nurel memaparkan dan menjelaskan bahwa Taufik ingin menegur Sutardji secara halus dalam karyanya itu.
Juga dalam menalarkan Kun Fayakun pada orasi Sutardji keluar dari maksud sebenarnya dan berkata, "Ketika Tuhan merindu memimpikan dirinya agar dikenal dan lepas dari kegelapan rahasia-Nya, Ia berfirman: Kun fayakun. Maka jadilah alam semesta ini”.
“Manusia sebagai bagian dari alam semesta serta alam semesta yang terkandung di dalam dirinya adalah bagian dari mimpi Tuhan, seperti yang dikatakan oleh sufi besar Syekh Muhyiddin ibn Arabi. Dari mimpinya, dari imajinasiNya, Tuhan melalui kata-kata kun fa yakun, menciptakan sejarah jagat raya berikut sejarah manusia di dalamnya”
Berdalih dari Ibnu Arabi tanpa menyebutkan bukunya, berlebihan mengarahkan pendapat Ibnu Arabi merujuk ke imajinasi. Nurel menjabarkan teks pengantar dalam buku Ibnu Arabi yang searah dengan ucapan Sutardji serta membandingkannya, hingga terlihatlah kesalahan tafsir dari Penyair angkatan 70’an itu.
 Setelah melalui proses penulisan dan editing, jadilah arsip buku yang berisi gugatan atas karya dan orasi Sutardji. Buku itu berjudul Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri dan diterbitkan Pustaka Pujangga pada tahun 2011. Pengelana dari bencah Jawa ini menyayangkan banyaknya tokoh yang salah dan diabaikan begitu saja. Namun, sejarah akan terus bergulir. Kebenaran akan mengalir dan terungkap, selama apapun itu, tegasnya.  
Mengibaratkan seperti perang, Nurel menulis bukunya dengan strategi yang matang. Bangunannya dibuat berlapis benteng, banyak referensi. Hingga tidak akan tertembus dari sudut manapun. Setelah terbit dan digelar bedah buku, banyak yang menantang untuk mengkritisi balik buku itu. Namun, karena kuatnya data-data yang terkandung, tidak ada yang benar-benar merealisasikan untuk menggugat balik.
Akan diterbitkan buku kedua sebagai pelengkapnya dalam waktu dekat ini yang tidak hanya mengkritisi Sutardji, namun penyair lainnya. Salah satu yang dituturkannya, akan menggugat pernyataan Taufik Ismail dalam bukunya, yang menuliskan bahwa penyair adalah penguasa kata-kata. Padahal menurutnya, kata-kata bukan hanya digunakan dan dikuasai oleh penyair. Politikus, ekonom, dan banyak profesi lain tentu menggunakan kata-kata.
Saat kru bertanya bagaimana seharusnya seorang penyair bersikap, ia menjawab, penyair tidak lebih seperti penyampai kebaikan. Seperti setiap manusia yang bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Terlebih apa yang disampaikan ke orang lain. Seyogyanya, penyair menyampaikan hal yang baik dan membawa manfaat bagi sekitarnya. Seperti seorang menulis puisi, tidak hanya mengungkapkan bahasa hati, tapi menggerakkan hati pembacanya,” ungkapnya.
Sang pengelana ini juga beranggapan bahwa penyair tidak seharusnya keluar dari ajaran-ajaran agama. Contoh banyak penyair terdahulu yang tetap mengindah kata tanpa keluar dari koridor ajaran agama. Tetapi karyanya tetap menjadi idola.
Kru juga mencoba menelisik opini Nurel tentang sastra masa kini. Menurutnya, sastra masa kini bersifat dangkal. Sebagai penanda, pasca reformasi banyak penulis bermunculan namun belum kritis. Banyak yang hanya mementingkan tampilannya saja. Banyak penampilan di panggung, banyak yang membuat buku, tapi kurang diskusi dan bedah buku,” ungkapnya santai.
Terakhir, Nurel Javissyarqi berpesan bahwa proses kreatif entah menulis atau mengasah daya kritis adalah dengan cara melewati keseluruhan proses dengan sungguh-sungguh. Ia menambahkan,“Masa depan tidak digerakkan oleh otot tetapi nalar”, tuturnya saat bersama Forum Penulis Muda IAIN Ponorogo sebelum diskusi di Wakoka bersama kru aL-Millah.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae