Zakky Zulhazmi
http://www.kompasiana.com/zakkyzulhazmi
Di penghujung 2010 yang lalu, pada akhirnya, saya berhasil menamatkan satu novel terjemahan: Keindahan dan Kesedihan (Beauty and Sadness/Utshukushisa To Kanashimi To) karya Yasunari Kawabata. Novel terbitan Jalasutra dengan cover yang menurut saya eksotik ini saya khatamkan kurang dari seminggu. Atas novel ini saya punya cerita tersendiri bagiamana cara memperolehnya. Tapi sebelumnya izinkan saya bercerita bagiamana pandangan saya teradap novel terjemahan.
Saya termasuk orang yang gampang tersulut alias terprovokasi omongan orang. Misalnya, ketika teman-teman saya di Komunitas Ketik dan Paseduluran Callisto bilang jika novel-novel Fahd Djibran wajib baca saya langsung berambisi untuk mendapatkan dan melahapnya. Begitu juga ketika ada saran untuk membaca novel-novel Tere Liye. Dan yang terbaru saya berhasil dipengaruhi seorang dosen untuk menonton semua film yang dibintangi Tom Hank. Untunglah provokasi itu positif, sehingga saya sebenarnya diuntungkan dengan provokasi macam itu.
Nah, dua kawan yang saya, yakni Bandung Mawardi (Solo) dan Sungging Raga (Jogja) juga pernah memprovokasi saya secara halus. Bandung Mawardi yang esais kenamaan itu menyarankan saya membaca novel-novel Tariq Ali, terutama yang berjudul Under The Pomegranate Tree, dan novel Putri Cina karya Sindhunata. Saya berhasil mendapatkan buku Putri Cina di toko buku favorit saya: Gerak-Gerik (toko buku kecil di Jalan Pesanggrahan, jalan tersibuk di Ciputat terletak tepat di samping kampus UIN Jakarta). Adapun untuk novel Tariq Ali saya baru bisa mendapatkan Seorang Sultan di Palermo dan Sang Perempuan Batu. Selain itu Bandung Mawardi juga menyarankan saya untuk membaca novel-novel Orhan Pamuk. Bahkan Bandung Mawardi melabeli karya-karya Orhan Pamuk sebagai sihir sastra abad 21. Dengan semangat tinggi saya menuju Toko Buku Gerak Gerik, lantaran saya pernah melihat novel Orhan Pamuk di sana. Lebih-lebih Zuhairi Misrawi ikut membakar saya dalam sebuah acara bedah buku dengan mengatakan bahwa buku-buku terbitan Serambi itu berkualitas, kalau saya membeli buku saya lihat penerbitnya dulu, kalau Serambi langsung saya beli, baik terjemahan atau bukan. Kebetulan novel-novel Orhan Pamuk ini diterbitkan Serambi. Lalu saya beli: The White Castel, The New Life dan Istanbul.
Namun, saya belum bisa membaca sampai habis novel-novel yang disarankan Bandung Mawardi itu. Ada sesuatu yang membuat saya kehilangan kenikmatan membaca. Baru satu bab saya sudah tidak bersemangat. Saya lantas berpikir, mungkinkah karena novel Orhan Pamuk dan Tariq Ali itu hadir kepada saya sebagai terjemahan, sehingga bahasa yang digunakan penerjemah tidak ‘indah’ sehingga tak mampu menyihir saya, tidak seperti ketika membaca novel-novel Indonesia. Atau mungkin karena itu novel yang ditulis oleh ‘orang luar’ sehingga secara antropologis dan sosiologis kurang ada kedekatan, makanya terasa ‘berat’. Saya masih belum tahu, masih menerka-nerka jawabannya.
Sampai akhirnya saya berkenalan dengan Sungging Raga, dikenalkan oleh Han Gagas (bersama Bandung Mawardi ia aktif di Komunitas Pawon Sastra, Solo). Han Gagas yang pertama kali saya temui di Ponorogo ketika lebaran 2010 kemarin bercerita bahwa ia sedang menggagas bengkel sastra bersama Sungging Raga dan Gendut Pujiyanto. Komunitas kecilnya itu mengadakan pertemuan rutin untuk membedah atau membengkeli cerpen anggota serta diskusi kepenulisan. Sebelumnya Han Gagas juga sempat bikin acara bedah kumpulan cerpen pertama Sungging Raga: Ketenangan Merentang Kenangan. Sungging Raga saya tahu ‘kecanduan’ kereta dan terhisap pusaran kenangan. Sehingga dua hal itu kerap kali ditemui dalam cerpen-cerpennya. Kunjungi saja surgakata.woedpress.com jika mau melalap cerpennya.
Suatu saat saya bertanya kepada Sungging Raga, siapa penulis yang menginspirasinya? Penulis low profile yang mengaku belum genap dua tahun masuk dunia sastra ini menyebut dua nama, Yasunari Kawabata dan Sapardi Djoko Damono. Rasa penasaran saya tersulut. Siapa itu Yasunari Kawabata? Berceritalah Sungging Raga tentang siapa dan apa karya Yasunari Kawabata itu. Saya juga bercerita jika saya punya ‘pengalaman buruk’ dengan novel terjemahan. Akan tetapi, ia meyakinkan jika membaca Kawabata tidak mengecewakan. Terjemahannya bagus.
Nah, lagi-lagi saya terprovokasi. Saya bernafsu untuk membaca novel-novel Kawabata. Maka dimulailah perburuan itu. Pertama-tama saya diberi tahu Sungging Raga kalau di Togamas Jogja, novel Kawabata masih tersedia: Snow Country (Gagasmedia) dan Beauty and Sadness (Jalasutra). Harganya didiskon pula. Saya buru-buru SMS Anggit, teman saya dari UGM yang juga aktif di Komunitas Ketik, memintanya untuk ‘mengamankan’ dua novel Kawabata itu. Nanti ketika liburan saya akan main ke Jogja dan mengganti uangnya. Tapi ternyata dia belum punya waktu ke Togamas, kegiatan kampusnya berjubel. Dan sayangnya lagi, ketika teman dari Komunitas Ketik yang lain, Tiara, menyambangi Togamas Jogja ia sudah tidak mendapati buku itu. Padahal ia juga sudah terprovokasi, kepingin baca novel Kawabata.
Sebelum pertandingan Indonesia lawan Thailand leg pertama saya dari siang hingga sore berputar-putar di Pasar Buku Murah Blok M Square bersama Romzul (LIPIA, Komunitas Ketik) dan Syafaah. Berharap mendapat buku bagus dan miring harganya. Saya dapat buku Jantung Lebah Ratu (kumsi Nirwan Dewanto) dan Klop (kumcer Putu Wijaya). Dua buku itu saya beli dengan harga Rp 30.000. Sekitar pukul 17.00 saya hendak keluar dari Blok M Square menuju Senayan, menyaksikan pertandingan pertandingan Indonesia vs Thailand. Sebelum meninggalkan Blok M Square saya tertarik dengan satu kios buku yang dijaga seorang ibu. Seperti ada kekuatan aneh yang menuntun saya ke kios buku itu. Saya melihat rak-rak buku dari kayu yang ditata berputar mengitari kios, lekat di tembok, menyisakan ruang yang tak terlalu luas di tengah.
Di kios itu saya seperti menemu surga kecil. Girang sekali rasanya melihat novel-novel klasik masih bisa dijumpai di sana seperti: Burung-Burung Manyar, Para Priyayi, Tetralogi Pulau Buru Pram yang menurut penjualnya adalah cetakan pertama terbitan Hasta Mitra (harganya Rp 1.500.000!), ada juga Tertralogi Pram yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, harganya Rp 300.000. Tanpa sengaja, tanpa diduga, mata saya bersitatap dengan novel bertuliskan YASUNARI KAWABATA warna putih (tampaknya desainer menggunakan font Arial Black untuk tulisan nama penulis ini). Adapun judul buku lebih kecil dan agak tersamar berwarna oranye. Itulah novel Beauty and Sadness yang saya idam-idamkan selama ini. Akhirnya saya mendapatkannya. Tertulis di buku itu harga Rp 35.000. Saya menawarnya. Kata penjual, 30.000 sudah tidak bisa kurang. Saya tawar lagi 25.000. Ibu penjual tidak mengizinkan. Lantas saya (pura-pura) pergi seolah ingin mencari di tempat lain. Sekitar lima langkah saya meninggalkan kios itu, ibu penjual segera mengejar saya. Ia melepas novel itu dengan harga 25.000 (adegan ini sebenarnya cara klasik dalam tawar menawar barang di pasar). Saya puas sekali waktu itu. Seperti mendapat harta karun.
Cerita berlanjut. Ketika berkunjung ke Gramedia Bintaro dengan Syafaah saya melihat novel Snow Country di rak buku yang didominasi novel terbitan Gagasmedia. Harganya 30.000. Saya gembira mendapati novel itu di sana. Tapi tidak segembira saat berburu di Blok M Square. Saya sedang merencanakan untuk membeli langsung novel itu di kantor Gagasmedia di Ciganjur, sekalian saya mau membeli novel A Cat In My Eyes dan Curhat Setan karya Fahd Djibran.
Baiklah, di sini saya ceritakan sedikit siapa Kawabata. Profil Kawabata ini saya ambil dari novel Beauty and Sadness.
Yasunari Kawabata (1899-1972) adalah peraih Hadiah Nobel Sastra tahun 1968. Ia merupakan salah seorang novelis Jepang paling istimewa. Kawabata terkenal karena sentuhan-sentuhan naturalisme dalam novel-novelnya yang diadaptasi dari para pengarang terkemuka Perancis. Teknik itu menghasilkan nuansa sensual yang disebut-sebut sebagai impresionisme ala Jepang.
Ia lahir di Osaka pada 1899. Sewaktu masih kanak-kanak, ia bercita-cita menjadi seorang pelukis. Minatnya pada seni lukis itu tercermin dalam karya-karya sastranya kelak. Namun, ia juga berminat pada sastra. Saat masih duduk di bangku SMU, dia berhasil menerbitkan buku pertamanya. Sejak itu ia`memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Kawabata yang yatim piatu sejak usia muda lulus dari Universitas Kerajaan Tokyo pada 1924. Karyanya yang berjudul Penari Izu pertama kali terbit tahun 1925. Dan dipublikasikan oleh majalah terkemuka internasional The Atlantic Monthly tahun 1955 sebagai The Izu Dancer. Buku itu melukiskan erotisme masa remaja nan apik dan sejak itu Kawabata lebih banyak menggali tema-tema percintaan secara lebih luas. Tiga di antara karya utamnya telah diterbitkan di Amerika Serikat, yakni Snow Country (1956) Thousand Cranes (1959) dan The Sound of the Mountain (1970). The Master of Go (1972) merupakan sebuah elegi simbolis yang mengisahkan kekalahan pencatur tradisional Jepang bergelar Grand Master oleh seorang penantang muda yang berpikiran maju dan terbuka.
Kawabata ditemukan tewas bunuh diri pada suatu malam di bulan April tahun 1972. Ia tidak meninggalkan pesan terakhir dan tak pernah ada penjelasan memuaskan mengenai penyebab tindakan itu.
Itulah selintas tentang Kawabata. Lalu, seperti apa novel Beauty and Sadness? Tidak tahu bagaimana, rasanya nama-nama tokoh novel seperti masih hidup di pikiran kita: Oki, Otoko, Keiko, Taichiro, Fumiko. Kawabata begitu intens dan fokus menggeluti dunia batin mereka. Kebersihan bahasa Kawabata juga membekas. Ia penulis yang pandai meninggalkan kesan. Coba simak judul-judul bab pada novel Beauty and Sadness berikut ini: Lonceng Kuil, Musim Semi yang Terlalu Dini, Pesta Bulan Purnama, Langit yang Gerimis, Taman Batu, Teratai dalam Nyala Api, Jalinan Rambut Hitam, Musim Panas yang Hilang, Danau Kelabu.
Supaya sedikit penasaran dengan novel tersebut saya kutipkan sinopsis di cover belakang:
Dibalik permukaan yang setenang kolam di sebuah kuil, Keindahan dan Kesedihan adalah sebuah ekplorasi erotis yang intens akan akibat perselingkuhan seorang lelaki yang sudah menikah dengan seorang gadis remaja. Cerita tersebut dibuka, dua puluh empat tahun setelah perselingkuhan tersebut berakhir dengan reuni sentimentildari Oki Toshio, seorang novelis sukses yang benar-benar bersembunyi di balik sastra dan kemapanan sosial, dengan kekasih gelapnya di masa lalu, Otoko, yang masih cantik dan kini menjadi seorang pelukis. Kegetiran yang tak kunjung hilang dari hubungan gelap mereka, yang telah menghantui mereka selama ini, meracuni segala yang di sekeliling mereka yang menarik masuk anak didik Otoko, Keiko, menjadi agen dari suatu drama balas dendam yang aneh.
Saya bersyukur mampu berkenalan dengan penulis-penulis besar dunia. Saya rasa, ini berkat perkawanan. Saya tak akan mengenal Tariq Ali dan Orhan Pamuk jika tidak berkawan dan diprovokasi Bandung Mawardi. Begitu juga peran Sungging Raga cukup besar dalam mengenalkan saya dengan Kawabata. Belakangan ini teman-teman Tongkrongan Sastra Senjakala ikut memrovokasi saya membaca novel Luis Sepulveda: Orang Tua yang Membaca Cerita Cinta. Untuk ini saya berterima kasih kepada Maharini dan Asep Sofyan, kawan akrab saya di Tongkrongan Sastra Senjakala.
Maka, mari berkomunitas dan bertukar bahan bacaan biar makin banyak ‘bahan bakar’ kita dalam menulis. Tabik. [AZZ]
______________23 March 2011
*) Lahir di Ponorogo, 20 Maret 1990. Aktif di Tongkrongan Sastra Senjakala dan Komunitas Ketik, dan Forum Studi Media Karpet Merah. Saat ini menempuh studi di UIN Jakarta.
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/03/23/perkawanan-kawabata-dan-novel-terjemahan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar