Senin, 31 Desember 2012

Karya Sastra Selalu Menemukan Pembacanya Sendiri

(Disarikan dari wawancara editor Baca! Nanang Fahrudin dengan Mardi Luhung, 26 Februari 2011 di Jakarta)

Pada awalnya, Mardi Luhung adalah penyair. Ia lebih dikenal dengan puisi-puisinya yang panjang, yang bercakap-cakap. Puncaknya saat ia dinobatkan sebagai peraih Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2010, sebuah anugerah bergengsi di dunia kepenyairan nasional. Puisi-puisinya yang memenangkan KLA adalah antologi puisi berjudul Buwun. Buwun adalah kata lain dari Bawean, sebuah pulau kecil yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Gresik.
Dan beberapa waktu lalu, Baca! berbincang dengannya saat dia berada di Jakarta untuk persiapan launching buku kumpulan cerpennya berjudul “Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku”. Berikut perbincangan kami tentang proses kreatifnya dalam dunia sastra:

Bagaimana awal anda menjadi penulis sastra?

Bagi saya, menulis itu selalu dipengaruhi latar belakang. Dan latar belakang setiap orang menyimpan peristiwa yang selalu berbeda antara satu orang dengan orang lain. Dan saya kebetulan memiliki latar belakang yang cukup unik, karena sejak kecil saya selalu menyendiri dan suka membaca komik. Terutama komik Indonesia. Hitam putih yang ditulis komikus-komikus yang sampai kini masih tetap saya ingat. Seperti Yan Mintaraga, Teguh Santosa, Hans Jaladara dan lainnya.

Komik-komik itu bercerita tentang dunia persilatan. Orang yang bisa terbang, mengelak, dan bahkan sesekali berjumpalitan. Dari situlah saya suka menulis cerita dari imajinasi saya setelah membaca cerita-cerita silat itu. Akibatnya, karena begitu tertariknya, maka tak heran ketika saat dewasa sekarang, dalam tulisan saya selalu saja ada gerakan-gerakan tubuh atau percakapan yang masuk. Termasuk di dalam puisi.

Bagi saya, hal itu sangat membahagiakan. Sebab bisa mengingat kenangan dan juga mengekalkan imajinasi. Oh ya, ketika menulis cerita pendek (cerpen), apa yang saya uraikan itupun juga terlihat adanya, bahkan oleh beberapa teman cerpen-cerpen saya tampak muskil. Seperti cerpen berjudul “Sepedaku Menabrak Dinding” (dimuat di Jawa Pos 24 Februari 2009), atau “Pohon Jambu” (dimuat di Memorandum 24 Maret 1996).

Bagaimana anda menemukan ide yang selanjutnya anda tulis dalam puisi maupun cerpen?

Ide biasa berawal dari sebuah kata, atau peristiwa yang kecil di sekitar. Misalnya, ketika saya membeli bibit pohon jambu dan akan menanamnya, saya melihat akar pohon jambu begitu indah. Maka tiba-tiba saja saya menulis cerpen Pohon Jambu yang bercerita tentang bagaimana akar itu berubah menjadi sebatang akar logam yg bergerak-gerak. Atau ketika saya mendengar kata mati. Maka saya membayangkan orang malah tak bisa mati. Akhirnya jadilah cerpen “Lebih Kuat dari Mati” (dimuat di Jawa Pos). Dan itupun juga sama ketika menulis puisi.

Setelah ide anda temukan, lalu bagaimana anda menuangkan dalam karya-karya anda?

Saya secara teknis dalam menulis mengalir bebas saja. Baru setelah tulisan jadi, peristiwa yang tidak bersambung saya perhalus. Meskipun kadang-kadang hasilnya tetap tidak nyambung. Tapi hal itu tidak apa-apa, toh di dalam menulis tidak ada patokan harus begini atau begitu. Kita (saya) harus berani untuk menulis dengan cara kita sendiri.

Bagaimana ceritanya karya pertama anda bisa dimuat di media?

Ketika pertama kali cerpen saya pertama kali dimuat berjudul “Tembok Pabrik” (Surabaya Post, 27 Februari 1994), saya merasa tidak percaya. Padahal awalnya cerpen itu cuma sekedar ujicoba saja. Di mana di dalam ujicoba itu saya ingin berbagi pengalaman dengan yang lainnya. Tapi saya senang sekali.

Berbeda dengan saat saya mencipta puisi. Pengalaman saya lebih dipenuhi rasa kejengkelan. Puisi-puisi yang saya tulis hampir tidak pernah diterima media massa di Jatim. Jumlahnya lebih dari 30-an. Itu terjadi sekitar tahun 1993 an. Dari kejengkelan itu saya mencoba mengirimkan tiga puisi ke sebuah jurnal sastra di Jakarta yang saat itu cukup punya nama di Indonesia. Ternyata dimuat. Judulnya “Dari Jalanan dan Pengantin Pesisir”. Dan itu membuat saya berpikir, bahwa sebuah karya sastra itu kerap memiliki nasibnya sendiri-sendiri, dan mencari pembacanya sendiri-sendiri.

Oleh karenanya, saya berkeyakinan pemublikasian karya sastra terutama bagi penulis pemula itu sangat perlu. Itu bisa digunakan untuk mencari pembacanya.

Selama menulis sastra ada kendala yang anda rasakan?

Kendala saya menulis adalah ketika saya merasa karya yang saya tulis terasa gagal. Dan celakanya, tulisan itu telah terlanjur dikirimkan. Saya pernah mengedit lagi tulisan yang telah saya kirim, bahkan juga menarik kembali tulisan yang saya kirim ke media. Sebab benar-benar saya merasa karya itu sangat buruk. Itu artinya kendala dalam menulis yang paling utama adalah kendala ketika tulisan itu telah terbentuk (jadi), dan bukan ketika sedang ditulis.

Ada tips penulis pemula?

Kita harus berani untuk menuliskan apa saja yang ingin kita tulis. Masalah ini itu, teknik atau bukan, bukanlah hal penting. Misalnya, ketika tulisan kita berbentuk yang tak lazim (cerpen mendekati puisi) atau sebaliknya, marilah kita terima itu apa adanya. Dan kita harus yakin bahwa tulisan-tulisan itu bukanlah hal yang kebetulan. Melainkan sesuatu yang ingin mencari dunianya sendiri sekaligus orang-oang yang juga mencintainya.

Pesan apa sih yang hendak anda sampaikan lewat karya-karya anda?

Pesan yang ingin saya sampaikan dalam karya-karya saya adalah mencoba untuk berbagi bahwa setiap kemungkinan itu selalu terbentang. Termasuk kemungkinan untuk berimajinasi dan mengembangkan pikiran yang berbeda dengan apa yang ada di sekitar kita. Ibarat sebuah hutan, kehidupan kita adalah hutan yang penuh dengan pohon-pohon dan salah sayu dari pohon itu adalah pohon karya-karya kita. Pohon yang mandiri, yang saling meng-ada-kan bagi pohon-pohon yang lain.

*) Mengenal Mardi Luhung

Di sebelah barat Pasar Kota Gresik, tepatnya Jalan Sindujoyo ada sebuah warung kopi. Warung kopi itu tak pernah sepi, apalagi yang nongkrong di sana kebanyakan adalah para seniman. Mardi Luhung salah satunya, karena rumahnya tak jauh dari sana. Jika tidak ngopi di situ, maka tempat favorit lain adalah warung kopi pojok barat alun-alun milik Bung Jepri.

Di sanalah sekitar tahun 2005 an saya sering ngopi bareng dengan Mardi Luhung. Terutama tentang puisinya, kesenian di Gresik, hingga perbincangan tentang siapa sebenarnya yang pantas disebut seniman?. Mardi Luhung memang memiliki pikiran-pikiran “liar”, terutama dalam hal dunia kepengarangan.

Baginya, karya sastra harus mengusik pembacanya. Kalau tidak mengusik, maka karya itu tidak akan dianggap apa-apa oleh pembaca. Mengusik di sini bermakna luas. Artinya, karya harus selalu menunjukkan sesuatu yang selalu baru. Katanya: Bukankah di dunia ini selalu dihadirkan oleh Allah sesuatu yang selalu baru?.

Mardi Luhung lahir di Gresik pada 5 Maret 1965. Dia lulusan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Jember. Kini ia mengajar di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. Puisinya tersebar di berbagai media massa, di antaranya Kalam, Surabaya Post, Media Indonesia, Koran Tempo, HAI, dan lainnya. Buku puisi tunggalnya Terbelah Sudah Jantungku (1996), Wanita yang Kencing di Semak (2002), Ciuman Bibirku yang Kelabu (2007), Buwun (2010). Lewat antologi puisinya yang berjudul Buwun itulah ia mendapat penghargaan augerah Khatulistiwa Literaty Award tahun 2010.

Pada Februari 2011 ini, ia menerbitkan kumpulan cerpennya yang berjudul Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku. Kumpulan cerpen ini baru dilaunching Maret 2011, berisi 12 cerpen yang semuanya sudah pernah dipublikasikan di media massa. Dalam halaman awal buku itu tertulis “untuk istriku Mas Indasah si pendamping yang tabah”. Sebuah ungkapan cinta seseorang kepada orang yang ketika hidup bersamanya telah diamanati tiga anak.

Mardi Luhung berpikir kehidupan selalu bergerak maju. Tapi Tuhan tak pernah memutus rantai gerak itu barang sedetikpun, sehingga gerak itu saling berhubungan. Demikian juga gerak maju manusia. Sehingga, ia sejak dulu menyukai berdoa bagi anak cucunya agar diberikan kebaikan dunia-akherat, meski waktu berdoa ia belum memiliki anak ataupun cucu. Salam!.

Dimuat di buletin Baca! terbitan Sindikat Baca Bojonegoro 2011
Dijumput dari: http://nanangfahrudin.blogspot.com/2012/03/karya-sastra-selalu-menemukan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae