(Disarikan dari wawancara editor Baca! Nanang Fahrudin dengan Mardi Luhung, 26 Februari 2011 di Jakarta)
Pada awalnya, Mardi Luhung adalah penyair. Ia lebih dikenal dengan puisi-puisinya yang panjang, yang bercakap-cakap. Puncaknya saat ia dinobatkan sebagai peraih Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2010, sebuah anugerah bergengsi di dunia kepenyairan nasional. Puisi-puisinya yang memenangkan KLA adalah antologi puisi berjudul Buwun. Buwun adalah kata lain dari Bawean, sebuah pulau kecil yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Gresik.
Dan beberapa waktu lalu, Baca! berbincang dengannya saat dia berada di Jakarta untuk persiapan launching buku kumpulan cerpennya berjudul “Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku”. Berikut perbincangan kami tentang proses kreatifnya dalam dunia sastra:
Bagaimana awal anda menjadi penulis sastra?
Bagi saya, menulis itu selalu dipengaruhi latar belakang. Dan latar belakang setiap orang menyimpan peristiwa yang selalu berbeda antara satu orang dengan orang lain. Dan saya kebetulan memiliki latar belakang yang cukup unik, karena sejak kecil saya selalu menyendiri dan suka membaca komik. Terutama komik Indonesia. Hitam putih yang ditulis komikus-komikus yang sampai kini masih tetap saya ingat. Seperti Yan Mintaraga, Teguh Santosa, Hans Jaladara dan lainnya.
Komik-komik itu bercerita tentang dunia persilatan. Orang yang bisa terbang, mengelak, dan bahkan sesekali berjumpalitan. Dari situlah saya suka menulis cerita dari imajinasi saya setelah membaca cerita-cerita silat itu. Akibatnya, karena begitu tertariknya, maka tak heran ketika saat dewasa sekarang, dalam tulisan saya selalu saja ada gerakan-gerakan tubuh atau percakapan yang masuk. Termasuk di dalam puisi.
Bagi saya, hal itu sangat membahagiakan. Sebab bisa mengingat kenangan dan juga mengekalkan imajinasi. Oh ya, ketika menulis cerita pendek (cerpen), apa yang saya uraikan itupun juga terlihat adanya, bahkan oleh beberapa teman cerpen-cerpen saya tampak muskil. Seperti cerpen berjudul “Sepedaku Menabrak Dinding” (dimuat di Jawa Pos 24 Februari 2009), atau “Pohon Jambu” (dimuat di Memorandum 24 Maret 1996).
Bagaimana anda menemukan ide yang selanjutnya anda tulis dalam puisi maupun cerpen?
Ide biasa berawal dari sebuah kata, atau peristiwa yang kecil di sekitar. Misalnya, ketika saya membeli bibit pohon jambu dan akan menanamnya, saya melihat akar pohon jambu begitu indah. Maka tiba-tiba saja saya menulis cerpen Pohon Jambu yang bercerita tentang bagaimana akar itu berubah menjadi sebatang akar logam yg bergerak-gerak. Atau ketika saya mendengar kata mati. Maka saya membayangkan orang malah tak bisa mati. Akhirnya jadilah cerpen “Lebih Kuat dari Mati” (dimuat di Jawa Pos). Dan itupun juga sama ketika menulis puisi.
Setelah ide anda temukan, lalu bagaimana anda menuangkan dalam karya-karya anda?
Saya secara teknis dalam menulis mengalir bebas saja. Baru setelah tulisan jadi, peristiwa yang tidak bersambung saya perhalus. Meskipun kadang-kadang hasilnya tetap tidak nyambung. Tapi hal itu tidak apa-apa, toh di dalam menulis tidak ada patokan harus begini atau begitu. Kita (saya) harus berani untuk menulis dengan cara kita sendiri.
Bagaimana ceritanya karya pertama anda bisa dimuat di media?
Ketika pertama kali cerpen saya pertama kali dimuat berjudul “Tembok Pabrik” (Surabaya Post, 27 Februari 1994), saya merasa tidak percaya. Padahal awalnya cerpen itu cuma sekedar ujicoba saja. Di mana di dalam ujicoba itu saya ingin berbagi pengalaman dengan yang lainnya. Tapi saya senang sekali.
Berbeda dengan saat saya mencipta puisi. Pengalaman saya lebih dipenuhi rasa kejengkelan. Puisi-puisi yang saya tulis hampir tidak pernah diterima media massa di Jatim. Jumlahnya lebih dari 30-an. Itu terjadi sekitar tahun 1993 an. Dari kejengkelan itu saya mencoba mengirimkan tiga puisi ke sebuah jurnal sastra di Jakarta yang saat itu cukup punya nama di Indonesia. Ternyata dimuat. Judulnya “Dari Jalanan dan Pengantin Pesisir”. Dan itu membuat saya berpikir, bahwa sebuah karya sastra itu kerap memiliki nasibnya sendiri-sendiri, dan mencari pembacanya sendiri-sendiri.
Oleh karenanya, saya berkeyakinan pemublikasian karya sastra terutama bagi penulis pemula itu sangat perlu. Itu bisa digunakan untuk mencari pembacanya.
Selama menulis sastra ada kendala yang anda rasakan?
Kendala saya menulis adalah ketika saya merasa karya yang saya tulis terasa gagal. Dan celakanya, tulisan itu telah terlanjur dikirimkan. Saya pernah mengedit lagi tulisan yang telah saya kirim, bahkan juga menarik kembali tulisan yang saya kirim ke media. Sebab benar-benar saya merasa karya itu sangat buruk. Itu artinya kendala dalam menulis yang paling utama adalah kendala ketika tulisan itu telah terbentuk (jadi), dan bukan ketika sedang ditulis.
Ada tips penulis pemula?
Kita harus berani untuk menuliskan apa saja yang ingin kita tulis. Masalah ini itu, teknik atau bukan, bukanlah hal penting. Misalnya, ketika tulisan kita berbentuk yang tak lazim (cerpen mendekati puisi) atau sebaliknya, marilah kita terima itu apa adanya. Dan kita harus yakin bahwa tulisan-tulisan itu bukanlah hal yang kebetulan. Melainkan sesuatu yang ingin mencari dunianya sendiri sekaligus orang-oang yang juga mencintainya.
Pesan apa sih yang hendak anda sampaikan lewat karya-karya anda?
Pesan yang ingin saya sampaikan dalam karya-karya saya adalah mencoba untuk berbagi bahwa setiap kemungkinan itu selalu terbentang. Termasuk kemungkinan untuk berimajinasi dan mengembangkan pikiran yang berbeda dengan apa yang ada di sekitar kita. Ibarat sebuah hutan, kehidupan kita adalah hutan yang penuh dengan pohon-pohon dan salah sayu dari pohon itu adalah pohon karya-karya kita. Pohon yang mandiri, yang saling meng-ada-kan bagi pohon-pohon yang lain.
*) Mengenal Mardi Luhung
Di sebelah barat Pasar Kota Gresik, tepatnya Jalan Sindujoyo ada sebuah warung kopi. Warung kopi itu tak pernah sepi, apalagi yang nongkrong di sana kebanyakan adalah para seniman. Mardi Luhung salah satunya, karena rumahnya tak jauh dari sana. Jika tidak ngopi di situ, maka tempat favorit lain adalah warung kopi pojok barat alun-alun milik Bung Jepri.
Di sanalah sekitar tahun 2005 an saya sering ngopi bareng dengan Mardi Luhung. Terutama tentang puisinya, kesenian di Gresik, hingga perbincangan tentang siapa sebenarnya yang pantas disebut seniman?. Mardi Luhung memang memiliki pikiran-pikiran “liar”, terutama dalam hal dunia kepengarangan.
Baginya, karya sastra harus mengusik pembacanya. Kalau tidak mengusik, maka karya itu tidak akan dianggap apa-apa oleh pembaca. Mengusik di sini bermakna luas. Artinya, karya harus selalu menunjukkan sesuatu yang selalu baru. Katanya: Bukankah di dunia ini selalu dihadirkan oleh Allah sesuatu yang selalu baru?.
Mardi Luhung lahir di Gresik pada 5 Maret 1965. Dia lulusan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Jember. Kini ia mengajar di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. Puisinya tersebar di berbagai media massa, di antaranya Kalam, Surabaya Post, Media Indonesia, Koran Tempo, HAI, dan lainnya. Buku puisi tunggalnya Terbelah Sudah Jantungku (1996), Wanita yang Kencing di Semak (2002), Ciuman Bibirku yang Kelabu (2007), Buwun (2010). Lewat antologi puisinya yang berjudul Buwun itulah ia mendapat penghargaan augerah Khatulistiwa Literaty Award tahun 2010.
Pada Februari 2011 ini, ia menerbitkan kumpulan cerpennya yang berjudul Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku. Kumpulan cerpen ini baru dilaunching Maret 2011, berisi 12 cerpen yang semuanya sudah pernah dipublikasikan di media massa. Dalam halaman awal buku itu tertulis “untuk istriku Mas Indasah si pendamping yang tabah”. Sebuah ungkapan cinta seseorang kepada orang yang ketika hidup bersamanya telah diamanati tiga anak.
Mardi Luhung berpikir kehidupan selalu bergerak maju. Tapi Tuhan tak pernah memutus rantai gerak itu barang sedetikpun, sehingga gerak itu saling berhubungan. Demikian juga gerak maju manusia. Sehingga, ia sejak dulu menyukai berdoa bagi anak cucunya agar diberikan kebaikan dunia-akherat, meski waktu berdoa ia belum memiliki anak ataupun cucu. Salam!.
Dimuat di buletin Baca! terbitan Sindikat Baca Bojonegoro 2011
Dijumput dari: http://nanangfahrudin.blogspot.com/2012/03/karya-sastra-selalu-menemukan.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar