Senin, 31 Desember 2012

Ikhtiar Puisi dan Prosa Mardi Luhung

Judul: Belajar Bersepeda (kumpulan puisi)
Penulis: Mardi Luhung
Tebal: viii + 68 hlm
Penerbit: buku bianglala, Gresik
ISBN: 978-602-8671-74-3
Harga: Rp 25.000,- (POD)
Peresensi: Umar Fauzi Ballah
Kompas, 24 Juni 2012
Lima tahun belakangan ini, jika kita merunut proses kreatif Mardi Luhung kita akan mendapatkan fakta: pertama, “keinsyafan” Mardi Luhung (ML) meninggalkan binalitas dalam diksi puisinya sebagaimana terangkum dalam Ciuman Bibirmu yang Kelabu (CByK) (2007) maupun yang lahir sebelumnya yang takterangkum dalam antologi tersebut.

Hal ini pernah dilontarkan ML sendiri. Dua tahun lalu, ketika ML menerbitkan Buwun dan keliling kota, salah satunya di Madura, dia mengungkapan bahwa dia malu ketika mengetahui bahwa CByK dibaca juga oleh siswa-siswanya. Barangkali itulah yang membuat puisi-puisi ML menjadi berbeda. Meskipun demikian, karakteristik pola ungkap dan penyusunan bahasa puisinya yang liar, imajinatif, dan berlompatan, tetap terasa.

Kedua, Mardi Luhung semakin menunjukkan kecemerlangan produktivitasnya. Selain puisi, sejak tahun 2009, cerpenya sering menghiasi media cetak bahkan menjadi salah satu cerpen terbaik pilihan Kompas 2010 dan 2011.

Ketiga, Buwun (2010) memperoleh anugerah buku puisi terbaik Katulistiwa Literary Award 2010. Itulah titik tolak kecemerlangan dan buah kerja kerasnya. Bahkan, setahun setelah buku itu terbit, Mardi Luhung menerbitkan kumpulan cerpen tunggal pertamanya Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku (2011) dan yang paling baru adalah kumpulan puisi Belajar Bersepeda (Oktober 2011)

Puisi itu dibagi menjadi tujuh subjudul yang jika kita cermati setiap puisinya, masing-masing subjudul membentuk sebuah kesatuan tema dan bentuk. Alhasil, posisinya menjadi ambigu bagi kehadiran prosa dalam puisi. Dalam subjudul “Fantasi”, misalnya, semuanya berkisah tentang gajah. Pun begitu dalam subjudul “Bersepeda” yang ditutup dengan puisi berjudul ‘Seperti Adam yang Bersepeda’ bercerita tentang sepeda.

Membaca BB saya seperti sedang berhadapan dengan sebuah prosa Mardi Luhung, tetapi dalam bentuk yang unik. Untuk dikatakan prosa, apa yang disajikan di dalamnya penuh dengan lapis makna, sedangkan unsur tokoh dan alurnya remang-remang. Begitu juga, jika dikatakan sebagai puisi, saya berhadapan dengan cerita berangkai. BB menjadi sintesis pencapain Mardi Luhung ketika pada saat yang sama puisi dan prosanya semakin cemerlang.

Tidak mudah berhadapan dengan kumpulan puisi BB. Banyak kode subjetif penyair yang sulit dipahami pembaca. Ini lebih sulit ketimbang Buwun. Dan soal ini sudah menjadi salah satu karakter ML. misalnya, Mardi sering memakai majas antonomasia untuk menyebut tokoh yang hendak diwartakan dalam puisinya. Misalnya, si wanita yang telah menjadi taruhan di meja dadu, si cacing tanah, si babon, yang asing, si ganji, si cantik, si sunan, si jenggot lebat, dan sebagainya.

Diperlukan kekayaan literatur bagi pembaca untuk menembus kode-kode dalam puisinya tersebut. Atau paling tidak menganggapnya sebagai jumpalitan imajinasi Mardi yang liar yang cukup dibaca secara harfiah.

Religiositas dalam Intertekstual

Sebagaimana telah saya kemukakan di atas, ada variasi tema dan diksi yang dihadirkan dalam puisi-puisi Mardi Luhung pasca-CByK. Dalam Buwun maupun BB, binalitas, sarkasme, keseronokan, dan sebagainya tidak dihadirkan kembali. Beberapa puisinya bahkan mengusung religiositas.

Puisi-puisi ML, pun dalam BB, tidak hanya mengalihkan realitas dunia, mitos, atau sosio-geografis, akan tetapi beberapa sumber penciptaan puisi ML sesungguhnya berasal dari teks yang ia alihkan dalam teks puisi. Karena itu, perlu pembacaan intertekstualitas guna memahami rimba pemaknaan puisinya.

Puisi ML yang berkecendrungan sulit dipahami itu membuat religiositas dalam puisinya pun sulit untuk diungkap. Yang terjadi adalah hal itu hanya dapat diraba-raba melalui kode yang secara harfiah tersurat dalam teks.

Simaklah puisi ‘Sinai’ yang dengan mudah dapat dipahami tentang Nabi Musa ketika mengalami pengalaman spiritual “bertemu” dengan Tuhan. Kau berkata api. Dan perkataanmu itu jadi api… Kau yang di gunung itu pun Cuma melambai. Tanganmu yang putih tampak berkilat. Dan dari kilat itu, aku mendengar: “Api dalam kitabku, bukan untuk dibaca.”

ML juga sering mengambil banyak khasanah hanya dalam satu puisi sehingga puisinya terlihat seperti sebuah mozaik. Puisi ‘Cacing Tanah’, misalnya, secara umum melukiskan tentang Syaikh Siti Jenar—lalu si cacing tanah yang lain, yang telah dimanusiakan lewat gelap malan itu pun segera membuka rahasia-kulit-coklatnya—dengan Sunan Kalijaga yang digambarkan sebagai—Kau menjaga tongatnya. Bersila di pinggir sungai. Namun, pada saat yang sama penyair menghadirkan sosok Drupadi melalui bait: Dan si wanita keramas dari darah si penjudi. Si wanita yang telah dijadikan taruhan di meja dadu.

Melalui puisi ‘Tali Kekang’, ML menggambarkan tentang nafsu: Berpergianlah sejauh mungkin. Tapi kembalilah sebelum tersesat. Pada bagian akhir puisi ini, ML mengalihan perumpamaan Imam Ghazali tentang nafsu yang laiknya kuda liar, nakal, dan binal. Karena itu, dikatakan ML: Yang jelas, ada seekor kuda dalam diri. Yang tali kekangnya perlu untuk diam-diam dipotong atau disambung.

Hal itu terjadi juga dalam puisi ‘Pesan’. ML pun berpesan: kita begitu tak leluasa menyebut si yang liyan dengan satu tarikan napas? Ternyata, Adik, jawabnya cuma satu: “Terlalu banyak ular merah. Yang merayap di batu merah. Pada magrib yang merah!” Yah, ML memodifikasi idiom dalam Islam. Bait terakhir itu tidak lain adalah perumpamaan yang pernah dilontarkan oleh nabi tentang orang riya (senang dipuji) itu seperti semut hitam yang merayap di atas batu hitam pada malam yang gelap gulita.

Lebih dari itu, semua yang ditampilkan dalam BB, baik kemasan maupun isi, dikerjakan dalam totalitas dan eksperimentasi. Misalnya adanya index di halaman terakhir buku tersebut. Selain itu, dalam subjudul “Bersepeda”, puisi ditampilkan dengan warna dasar kertas hitam. Puisinya pun cendrung lebih panjang dan ditulis dengan rata kanan kiri sehingga membentuk sebuah tipografi kotak yang rapi.

*) Umar Fauzi Ballah penyair dan esais kelahiran Sampang
Dijumput dari: http://sarbikita.blogspot.com/2012/07/resensi-umar-fauzi-ballah-kompas-24.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae