Minggu, 18 Maret 2012

Dari Alif ke Amsal Mencari Tuhan?

Mihar Harahap
http://www.analisadaily.com/

AWAL bulan dan tahun 2012 ini, kebetulan atau kesengajaan, rasanya tepat sekali Redaktur menurunkan 3 cerpen yang berhasil menarik perhatian. Ada Eka Handayani Ginting, kali ini bercerita ‘Aku Ingin Melihat Kau Menangis, Ibu’. Disusul Sugeng Satya Dharma dengan judul singkat, ’Alif’. Kemudian, Ester Pandiangan yang diilhami ‘Amsal 30:17’. Menariknya, karena mengungkapakan bentuk kehidupan personal seseorang yang enak untuk disimak.

Kalau Eka, sesuai judul cerpennya, ‘aku’ (Gemala) ingin melihat ibunya menangis lantaran tak pernah dilihatnya menangis. Belakangan, baru dia tahu, jika ibunya memang tak bisa menangis akibat efek samping pengobatan suatu penyakit. Sugeng pula, ketika hendak membaca hidup, baru menyadari kalau dia kehilangan alif. Diapun mencari ke mana- mana. Sementara itu, Ester mengisahkan bagaimana seorang anak (Lasma) melayani ibu kandungnya, Tiur, yang rentan hipertensi, stroke dan amnesia.

Menurut hemat saya, ketiga cerpen ini bermuara ke pelabuhan Tuhan. Manusia itu selain makhluk individu/sosial, juga makhluk Tuhan. Terbukti, cerpen Sugeng sarat dengan pencarian nilai-nilai ketuhanan. Cerpen Eka dan Ester merupakan lukisan dampak negatif bila jauh dari kehidupan bertuhan. Hanya bedanya, kalau Ester langsung mendera Marningot melanggar Amsal 30:17, sedang Eka mengekspresikan Gemala dan ayahnya cenderung melupakan kehadiran Tuhan.

Pencarian Alif Tak Sudah

Tokoh cerpen Sugeng ini bernama Sugeng. Kuat dugaan Sugeng mendeskripsikan pergulatan batinnya sendiri dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Terbukti ada ucapan: “Jika di hutan rambung nan sepi ini saja dia khawatir tersesat, bagaimana mungkin dia bisa leluasa menapaki hidup di tengah keramaian sebuah kota?”

Setahu saya, Sugeng pernah mandah ke Jakarta. Jadi, cerpen ini menjadi bagian pengakuan, gagal mencari alif di Jakarta kembali ke Medan, nun di Tanjung Morawa yang ramah lingkungan.

Di Afdeling III, perkebunan hutan rambung, mula-mula dia cari alif di dalam rumah di tumpukan buku, bawah kasur, kolong meja, balik karpet, lipatan baju, di kamar mandi, lubang sampah di depan rumah, bahkan ke balik sajadah musholla, tetap tak ada. Akan tetapi di mushola itu, ia bertemu dengan seseorang, 80 tahun, menurut saya adalah dirinya sendiri yang menguatkan pencarian itu.Kata orangtua itu:”Ingat anak muda, jika tak ada alif maka tak akan ada artinya hidup. Sia-sia.” Ia pun terus mencari alifnya yang hilang.

Kali ini Sugeng menapaki jalan kecil, licin, bebatuan, mentari menyengat. Setiba di simpang pertigaan, dia berhenti. Penat. Tak tahu ke arah mana lagi. Ah, dia benar-benar terpuruk, gamang, nol.

“Mungkinkah Tuhan memang sedang mempermainkanku. Atau Setan justru sedang menyusun siasat untuk semakin menyesatkanku,” pikirnya. Sayang, sohibnya Idris Pasaribu, Mihar Harahap, Jaya Arjuna tak di situ. Mungkin mereka lebih rasional merasakan yang mana permainan Tuhan dan yang mana siasat Setan. Dia hanya merasakan burung Jalak tiba-tiba berak tepat di kepala botaknya.

Mengingat matahari sudah mulai condong ke barat, alhasil dia bersikap melangkah lurus ke depan dengan mengundi nasib.

“Jika alifku ada di sana pastilah aku menemuinya. Jika tidak, mungkin itulah sudah peruntunganku,” pikirnya. Ternyata, dia kalah nasib. Dia berzikir panjang, pun tak menemukan alifnya.Dia temukan malah, seorang bocah lelaki, 10 tahun, menendang pantatnya. Dia terkejut, marah dan ingin menghajar bocah itu.Apa daya, seorang perempuan melindunginya.

“Apakah kalau alif-mu sudah kau temui maka anak-anakmu tak perlu makan nasi lagi? Apakah kalau alif-mu sudah ada di tanganmu, maka istri dan anak-anakmu tak perlu hidup di gubuk reyot ini? Omong kosong macam apa itu,” kata istrinya.

Menurut hemat saya, pencarian alif tak berkesudahan. Semestinya, pencarian dilakukan dengan jiwa yang bersih dan keyakinan yang dalam, bukan dengan keraguan dan kekosongan. Soal tuntutan hidup, seperti yang dituntut istri/anak, itu soal lain, meski merupakan kewajiban. Jadi, tak baik kalau dibenturkan, kecuali dihubungkan. Artinya, pencarian alif terus dilakukan, namun pencarian tuntutan hidup jangan ditinggalkan.

Alif itu adalah aksara arab pertama. Bentuknya tegak lurus ke atas menuju Sang Khalik. Saya teringat para wali, juga menafsirkan sama dan mensosialisasikannya melalui permainan anak, ‘main alif/p’. Seorang anak mengejar temannya. Bila berlindung pada alif (sebagai cendong) maka anak yang mengejar tak dapat menangkapnya.

Begitulah, kita sudah kehilangan alif/cendong/tempat berlindung. Anehnya, kita yang berasal dari-Nya, pasti kembali pada-Nya, tetapi berusaha untuk melupakan-Nya.

Pelanggaran Amsal Berakibat Fatal

Terus terang, saya suka cerpen Eka, karena sering mengejutkan. Ada hal-hal tak terduga, disampaikan menyentakkan. Contoh, ketika dia membuka cerpennya, mengakui Gemala, pelajar (entah sekolah apa) telah melakukan aborsi 3 kali serta dimutasikan dari sekolah (entah alasan apa). Anehnya, hal itu dilakukan Gemala hanya untuk melihat sang ibu menangis dan mengeluarkan air mata. Tentu sang ibu gemas dan marah, tetapi tetap tak menangis apalagi mencurahkan air mata.

Suatu kali, Gemala bermaksud menemui ayah yang lama berpisah. Dugaannya, ibu melarang, marah lalu menangis. Ternyata tidak, ibu malah mengizinkan. Bertemulah dia dengan ayahnya. Dari pengakuan ayah, baru diketahui kalau ibunya memang tidak bisa menangis dan menitiskan air mata. Sebabnya, ayah memukuli ibu (entah latar apa), hingga sakit bahkan pernah ingin membunuh Gemala (entah mengapa). Rupanya, ulah ayah, entah lebih/kurang/sama dengan anaknya. Sejak itulah, Gemala tahu diri, minta maaf pada ibu dan menyayangi sepenuh hati.

Cerpen ini begitu lancar, mengalir deras tanpa hambatan. Bila disisir secara cermat, ternyata fokus cerita terbelah dua. Satu, menyingkap kemisterian ibu yang tak bisa menangis, apalagi mengeluarkan air mata. Dua, membenarkan sikap dan kelakuan anarkhis anak (perbuatan dosa) untuk mengungkap kemisterian sang ibu. Akibatnya, timbul berbagai pertanyaan yang menuntut penjelasan/penegasan dari perbuatan dosa tersebut. Terlebih-lebih tidak terdapatnya hubungan signifikan antara ke dua belahan fokus cerita itu.

Ester berhasil mesdeskripsikan Tiur dan Lasma. Tiur, seorang janda tua, terkena amnesia,stroke, hipertensi. Terkadang menangis, tertawa, marah, pengingat, pelupa. Hidup butuh pertolongan. Lasma, seorang istri, beranak 1, hamil 5 bulan. Setia, sabar, penuh pengabdian mengurus keperluan hidup Tiur, emaknya. Tak terbayangkan, betapa lelah dan serba salah mengurus emak seperti ini. Emak, yang keras kepala itu hanya merindukan Marningot, anaknya yang jauh.

Marningot, tokoh bayangan, tampan, cerdas, namun berkelakuan buruk sejak kuliah. Tawuran, mencuri, berhutang (rumah terjual untuk membayar hutang), selingkuh dengan istri orang dan ayahnya meninggal terkena serangan jantung akibat kelakuan buruknya. Adik-adik dan keluarga memarahinya tetapi Tiur membela anak pertama lelakinya itu. Marningot mengaku salah, bertobat dan berdoa, namun begitu hidup mapan, dia lupa pada Tiur apalagi keluarga. Begitulah berulang kali. Terakhir dia bekerja ke Halmahera dan tak pernah pulang menjenguk Tiur yang merindukannya.

Cerpen ini selesai dengan membawa beban psikologis bagi Tiur dan Lasma hanya karena Ester tak berani terus terang. Sampai kapan Tiur harus memendam rindu? Sampai kapan Lasma memberitahu kalau Marningot/keluarga telah meninggal akibat flu burung? Padahal saya percaya, cerpen akan lebih merasuk bila kegelisahan psikologis itu dapat diungkap secara baik. Pemaknaan Amsal 30 : 17 makin menusuk ke jantung hati pembaca. Itulah hukuman anak yang menyia-nyiakan orangtua.

Penulis; Kritikus Sastra dan Dekan FKIP-UISU Medan /11 Mar 2012

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae