Jumat, 10 Februari 2012

DEWAN KESENIAN DALAM BADAI SOROTAN

Jamrin Abubakar *
http://www.kompasiana.com/jamrin_abubakar

PENGURUS Dewan Kesenian Palu (DKP) periode 2010-2013 akhirnya terbentuk dan melaksanakan rapat kerja, Minggu 31 Januari 2010. Selain perkenalan antarpengurus, juga mengagendakan persiapan pelantikan. Dua minggu sebelumnya berlangsung workshop untuk menampung sejumlah gagasan yang dilontarkan sejumlah seniman, aktivis? dan peminat seni. Termasuk masih diungkapnya kecaman dan kritik terhadap kebijakan Revi Arifin Passau selaku Ketua DKP lalu yang dianggap kurang akomodatif.

Tapi begitulah, kadang memang ada orang selalu “merasa pintar” mengkritik dan bicara hebat dan membanggakan dirinya sebagai seniman dan melihat orang lain gagal memimpin suatu lembaga. Menganggap kepengurusan DKP masa lalu gagal, yang ironisnya mereka para pengritik itu pun patut dipertanyakan mana karya-karya monumentalnya? Apakah bisa lebih hebat ketimbang yang dikritik?

Harusnya kepengurusan DKP lalu dijadikan pelajaran bersama sekaligus pijakan ke depan yang harus lebih baik, karena ada setumpuk program dan harapan seniman menunggu untuk dilaksanakan sebagaimana yang dibeberkan sejumlah aktivis seni saat workshop lalu. Kita berharap lebih baik ke depan, terutama mereka yang selalu piawai dalam menilai, jangan sampai cuma melihat semut di seberang sungai, tapi gajah di pelupuk mata tidak dirasakan.

Mungkin periode inilah menjadi momen yang tepat bagi Nirwan Sahiri seorang akademis yang bergelar doktor untuk membuktikan janji-janjinya saat musyawarah DKP pada 9 Januari lalu. Di antara janjinya akan menjadikan dewan kesenian sebagai wadah untuk semua (seniman) tanpa ada perbedaan, memposisikan dewan kesenian sebagai lembaga yang kuat sebagai mitra sejajar pemerintah, menciptakan kemajuan kesenian di Kota Palu sejajar dengan kota-kota lainnya.

Urusan dewan kesenian terlihat kecil dari luar, namun jadi urusan besar kalau orang masuk di dalamnya yang selalu ada badai sorotan secara internal dan eksternal. Entahlah kalau nahkoda Nirwan Sahir yang mengarungi samudra mendatang tidak menemui badai dalam pelayaran. Semoga tidak, menyusul dirangkulnya orang-orang yang selama ini “hebat” dalam berteriak di luar memprotes kebijakan-kebijakan pengurus dewan kesenian yang lalu, namun belum teruji integritas dan kredibilitasnya.

Di snilah kita mau lihat kinerjanya lebih baik ketimbang yang lalu, sebab saat ini ada setumpuk tugas harus dibuktikan bahwa bekerja tidak mesti dengan cara “ribut-ribut” mengritik. Tidak perlu pula memuji-muji diri sendiri sebagai seniman yang berjasa melakukan pembinaan seniman lain yang “termarjinalkan.” Biarlah masyarakat yang mengetahui. Waktulah yang akan mengujinya, seorang seniman sejati tidak perlu pamrih dengan menyatakan telah tampil di berbagai komunitas masyarakat dengan melakukan pemibinaan ini dan itu.

SETELAH DKP, GILIRAN DKST

Sebetulnya DKP sejak lama menjadi salah satu pusat sorotan banyak kalangan. Bukan saja kalangan seniman, tetapi juga mereka yang tiba-tiba merasa menjadi seniman, atau hanya ikut-ikutan dengan aktivitas seni. Apalagi saat DKP diketuai politisi yang sangat riskan dengan persoalan publik, maka masalah pribadi selalu dilihat dari kacamata politik walau berada dalam urusan kesenian.

Harapan seniman pada DKP sebetulnya juga menjadi harapan buat DKST, cuma saja di antara pengurus DKST dua periode terakhir bukanlah orang-orang yang berkutat atau bersentuhan dengan urusan politik, sehingga sepi dari badai sorotan. Namun demikian bukan berati DKST tidak menjadi “bidikan” sasaran kritik, beberapa waktu lalu sudah tersiar kabar setelah DKP melaksanakan musyawarah, maka muncul lagi pertanyaan, kapan giliran DKST? Sebab berdasarkan Musyawarah Daerah (Musda) III tahun 2005 lalu, periode DKST tersebut pada kurun waktu 2005-2008. Itu berati sudah lewat setahun lalu, sama lambatnya dengan DKP yang menggelar musyawarah setelah molor.

Secara historis membicarakan DKST tidak lepas dari eksistensi DKP. Begitu pula sebaliknya, keduanya bagai “anak” dan “induk,” walau secara administrasi tidak struktural, namun perlu komunikasi dan berkoordinasi. Apalagi forum Musyawarah pertama DKP yang dilaksanakan pada 20 April 1997 itulah yang kemudian melahirkan DKST sebagai tindaklanjut Juklak Inmendagri tahun 1995 (dalam perkembangannya Imendagri tidak lagi jadi acuan). Musyawara tersebut memberikan rekomendasi kepada pengurus DKST periode 1997-2002 untuk memprakarsai, mempersiapkan dan membentuk dewan kesenian kabupaten/kota di Sulteng.

Dengan sendirinya keberadaan DKP sebagai emrio melahirkan DKST akan dibentuk tersendiri bersama Dewan Kesenian di setiap kabupaten. Penugasan ini menjadi bagian kerja pengurus baru untuk kehadiran Dewan Kesenian Poso, Dewan Kesenian Donggala, Dewan Kesenian Tolitoli, Dewan Kesenian Banggai dan Dewan Kesenian Palu dan lainnya.

Musyawara pertama DKP waktu itu ada banyak harapan dan semangat baru dengan impian ada peluang pengembangan kesenian di daearah ini makin terbuka, terutama adanya kebijakan dari Pemda Sulteng. Apalagi pembangunan seni budaya sebagai bagian ketahanan nasional dewasa ini Sulteng telah memasuki fase dinamika, terjadi percepatan yang cukup mengembirakan. Berupa itensitas pertunjukan dan maraknya pertumbuhan organisasi seni, khususnya di Kota Palu.

Ketika itu Musyawarah pertama DKP dibuka Wakil Gubernur Sulteng, Haryono. Dalam sambutannnya menyatakan khazanah budaya Sulteng sampai saat ini (maksudnya ketika itu) belum terkelola maksimal, disebabkan minimnya sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki terbatas. Karena itu proses pengembangan seni budaya tersebut antara lain dengan dibentuknya dewan kesenian berdasarkan SK Gubernur dan diperkuat Inmendagri, memberikan format institusional. Harapan Haryono, pengembangan kesenian harus diarahkan kepada yang berwawasan nasional, membina ketahanan budaya, menyebarkan dan menghidupkan kebudayaan nasional.

Nah bagaimana setelah sepuluh tahun lewat, apakah khazanah budaya kita belum terkelola? Dan apakah sumber daya manusia (seniman) yang minim? Ini merupakan pertanyaan lama sekaligus pertanyaan baru bagi pendatang baru saat ini yang akan dijawab bersama. Termasuk bagi mereka yang kini sudah menjadi pengurus Dewan Kesenian Palu harus membuktikan kerjanya yang hebat. Kalau dulunya hanya kecaman-kecaman karena berada di luar struktur dapat dimaklumi. Padahal kalau dipikir seorang seniman sejati harusnya waktu tidak menjadi pengurus lembaga itulah dapat melahirkan karya-karya besar yang bisa abadi.

Ke depan sebaiknya jangan lagi ada yang hanya mengaku seniman ketika menjelang dan saat ada acara musyawarah dewan kesenian baru ramai-ramai bermunculan. Tapi setelah itu, entah kemana mereka tidak terlihat? Baguslah kalau sedang berproses untuk melahirkan karya-karya besar. Atau memang tidak lagi menjadi seniman, menunggu kalau ada acara musyawarah baru kembali lagi jadi seniman?

__________20 March 2010
*) Penulis adalah mantan Pengurus Dewan Kesenian Palu. Berprofesi sebagai wartawan sejak 1991 dan peminat masalah seni dan budaya. Tulisan pernah dipublikasikan Majalah PANJI MASYARAKAT, majalah INTISARI, Mingguan SULUH NASIONAL, PELOPOR KARYA (keduanya sudah tidak terbit)Harian Radar Sulteng, Harian Mercusuar, Harian MEDIA ALKHAIRAAT. Pernah menulis buku WAJAH KESUSASTRAAN INDONESIA DI PALU (1995) (fotokopy), MENGENAL KHAZANAH BUDAYA DAN MASYARAKAT LEMBAH PALU (1999)keduanya diterbitkan Yayasan Kebudayaan Sulawesi Tengah. Saat ini sedang menulis buku; ALIMIN LASASI DEMI PANGGUNG TEATER,HASAN M. BAHASYUAN KOMPONIS LEGENDARIS TANAH KAILI, MASYHUDDI...

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae