Sabtu, 19 November 2011

Rintih Gadis dari Balik Tirai

Ahmad Zaini *
http://sastra-indonesia.com/

Sayup terdengar hembusan angin malam. Gemerisiknya menimbulkan bunyi irama mendesah di tengah keheningan malam. Aku tersadar dari kantuk di malam itu. Mata penat kubuka perlahan menatap sekeliling yang hanya terlihat temaram lampu yang menyala tak sempurna. Tanganku merayap menggapai dinding yang catnya mulai mengelupas. Kasap pasir yang tak berselimut semen membuat telapak tangan sedikit tergores.

Ah, malam. Engkau telah menggelapkan pandangan. Mataku tak mampu menerobos tebal gelapmu yang pekat. Namun mata hatiku masih berusaha menembus kegelapan dengan ketajaman insting. Pendengaranku merajut suara yang timbul tenggelam di tengah gemerisik gesekan dedaun pohon. Hatiku tergugah. Kaki yang semula terbujur, bergerak menyangga tubuh yang lemas. Suara rintihan. Ya, suara rintihan di balik tirai malam.

Hatiku semakin penasaran. Aku mencari tahu suara-suara rintihan yang selalu hadir di tengah malam itu. Jika diperhatikan suara itu, seperti seorang gadis yang merintih kesakitan. Tapi kalau diperhatikan lagi terkadang menyerupai gadis yang sedang mendesah menikmati kehangatan malam. Dengan pandangan mata hati, kucoba menelusuri suara rintihan yang terkadang menyayat juga terkadang menggairahkan.

“Wih, merinding!” ucapku.

“Aku harus berani menyibak rintihan misteri di tengah malam. Aku akan mencari tahu sendiri tentang arah suara itu,” kataku meyakinkan diriku sendiri.

Pada pertengahan malam, saat sinar purnama mengguyur bumi. Aku sengaja tak memejamkan mata. Aku begadang hingga aku berhasil mengetahui suara rintihan itu. Tepat di tengah suasana hening, aku mengarahkan pendengaran ke suara di sekeliling rumahku. Tiba-tiba muncullah suara rintihan dari gedis yang tersembunyi di balik tirai malam. Kupertajam pendengaranku dengan menghentikan napas yang sempat terengah karena tegang. Kuperhatikan ternyata suara rintihan itu tak jauh dari tempat aku berdiri.

Suara itu mendayu-dayu seakan meminta pertolongan. Aku berhasrat ingin menolongnya, tapi wujud dari suara itu tak tampak. Aku belum berhasil menyibak kegelapan yang menyembunyikan suara tersebut. Jemari tanganku kucakarkan pada pekat malam namun tetap saja tak mampu membongkar mesteri yang membuatku penasaran dalam seminggu ini.

”Ayolah…, tampakkan wujudmu! Aku akan menolongmu,” bisikku pelan.

Mata hatiku sejenak kehilangan rintihan tatkala kucing jantan melompati pagar di depanku. Sontak saja bulu kudukku berdiri. Tubuhku merinding disertai rasa gemetar oleh seramnya malam.

”Tolong, aku! Tolong, aku!” rintih suara dari balik gelap malam.
Rintihan itu sekejap hilang lantas muncul suara dua lelaki yang saling mengumpat. Mereka rupanya dua lelaki yang sedang memperebutkan cinta dari gadis yang selalu merintih.

“Tapi di manakah mereka?” tanyaku penasaran.

Kuberjalan menyelinapi rerimbunan bunga taman. Batang-batangya kuterjang hingga bunga indahnya terkoyak oleh sapuan kakiku.

“Masak di dunia ini hanya ada satu wanita saja. Setiap malam mereka berkelahi memperebutkan cinta gadis yang aku sendiri belum tahu wajahnya,” gumamku dalam hati.

Dari suara rintihan yang kudengar, pastilah gadis itu cantik jelita. Aku mendengar dari desah napasnya yang memancarkan aroma kecantikan dan menebar birahi yang luar biasa. Aku sendiri sempat terangsang oleh rintih kesakitan yang mencuat dari balik tirai malam. Akan tetapi, rasa itu segera kuusir dengan rasa iba dan bersegera ingin menolongnya.

“Mas, tolonglah aku!” suara mendayu merembeti gelombang alam.

Aku tersentak mendengar suara itu. Langkah kakiku mendadak berhenti lantas kujulurkan tanganku menembus batas antara diriku dan dirinya. Aku melihat bayang-bayang semu yang menggeliat membutuhkan pertolonganku. Rambut panjangnya teracak-acak oleh cakaran-cakaran jemari dua lelaki yang memperebutkannya. Aku tatap setiap gerik dari mereka. Bayangan gadis itu semakin kabur dan dalam waktu sekejap bayangannya menghilang bersama kabut pagi.

“Aduh, gagal lagi!” kataku kesal.

Matahari pagi muncul kemudian mengusir embun-embun yang merangkul rerumputan semalam suntuk. Embun-embun itu juga merasa ketakutan seperti yang kualami pertama kali. Sinarnya menerpa mataku yang sayu. Pedih rasanya sinar matahari di siang itu. Kedua telapak tanganku mengayomi kedua mataku yang tampak memerah. Perlahan-lahan mataku menyipit lalu aku terbuai dalam tidur siang.

Badanku terasa pegal-pegal semua. Seluruh tubuhku terasa remuk dihantam angin malam. Tanganku kesemutan tak mampu menyangga secangkir teh hangat sisa semalam. Lantas aku biarkan secangkir teh itu duduk sendiri di atas meja marmerku.

Di siang bolong rintihan gadis itu muncul mengundangku. Ia seakan membutuhkan pertolonganku. Di tengah rintihan, terdengar pula suara bak-buk, bak-buk, bak-buk. Rupa-rupanya kedua lelaki itu berhantam berebut cinta yang bersemayam di balik rintihan gadis itu.

”Di mana kau?” teriakku padanya. Namun suara itu menghilang lagi ditelan angin siang.

Gelisah hatiku memikirkannya. Aku ingin menolongnya tapi tak tahu bagaimana caranya? Aku hingga saat ini hanya mendengar suara rintihnya yang terbang bersama angin yang melintasi telingaku. Aku tak tahu rupanya, juga tak tahu namanya. Mana mungkin aku bisa menolongnya?

“Tolong, Mas! Aku haus…!” rintihan itu muncul lagi.

“Iya, di mana kau? Aku akan membawakan secangkir teh yang sudah kupersiapkan sejak semalam. Maukah kau datang lalu memperkenalkan dirimu ke kepadaku? Jika kau mau datang aku akan mengentaskanmu dari penderitaan yang kau alami. Ulurkan tanganmu….!” teriakku sendirian.

”Ini kujulurkan tanganku. Sambut dan dekaplah diriku!” katanya mendesah. Kedua tangan kujulurkan lewat celah-celah rerimbunan semak. Namun itu hanya fatamorgana. Aku tak pernah bisa menyentuh tangannya. Tak pernah aku membelai rambutnya. Tak pernah aku memeluk tubuhnya. Semua yang kulakukan seakan hanya menyentuh, membelai, dan memeluk udara hampa.

Aku terkesima saat melihat kanan-kiriku sepi tak ada orang yang bersimpati. Aku semakin menderita oleh sayatan rintih gadis yang bersembunyi di balik tirai. Mataku memerah karena hampir seminggu aku tak tidur malam. Suara-suara itu yang selalu membangunkan aku dari tidurku.

Pada lembaran koran terdapat sebuah berita. Dalam halaman utama tertulis, ”Suami Cemburu, Cakar Sang Maru”. Aku teringat oleh peristiwa yang selama ini membayangi hidupku. Apakah yang mereka alami seperti kejadian yang tertulis dalam koran ini? Dari setiap bayangan yang kulihat, ada dua lelaki yang sedang berkelahi. Mereka semakin garang jika mendengar rintihan gadis yang menggeliat di sampingnya. Bau anyir darah selalu menusuk hidung bercampur dengan aroma wangi gadis itu. Rasa mual membuncah ingin keluar muntah. Pening kepalaku samakin menjepit seakan mau menghancurkan kepala yang keras ini.

Lambat laun rintihan itu memenuhi otakku. Setiap malam aku teringat rintihan yang mengharu biru kalbu. Ketika siang datang bersama sang raja, dalam lamunanku hanya liukan gadis itu yang bermain di kelopak mataku. Aku semakin heran pada diriku sendiri. Aku belum mengenalnya. Aku belum pernah berjumpa dengannya, namun getaran dalam hatiku terukir oleh bayang-bayang wajahnya.

”Apakah aku sudah gila? Tidak. Tidak! Aku tidak gila,” tanyaku lantas kujawab sendiri.

Rentihan itu muncul yang kesekian kalinya. Aku dibuat sibuk olehnya hingga pekerjaan rutinku terbengkalai oleh bayangannya. Aku ingin mengusir rasa ini dari otakku, namun semakin kupaksa pergi, dia semakin menggila bermain dalam ingatanku.

”Aku menyerah. Aku pasrah. Tak kuasa pikiranku menjangkau sesuatu yang sangat mustahil menurut ukuran akal sehat. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta kepadanya? Itu kan hanya bayangan!” kataku pasrah bercampur penasaran.

Sejengkal demi jengkal langkah, aku merambat meninggalkan tempat yang penuh dengan onak. Aku akan pergi mencari realita. Aku ingin yang nyata. Dalam hati yang suci, aku dituntun menelusuri jalan hari dengan harapan semoga Tuhan membuka mata hati yang terbelenggu oleh tirai selama ini. Bayang-bayang gadis yang selama ini mengusik hariku, siapa tahu akan muncul kemudian menyambut diriku dengan uluran tangannya yang lembut dan putih berseri.

Bau anyir darah menyeruak memenuhi udara di tengah perjalananku. Tetes-tetes merah memenuhi jalan setapak yang kulalui. Kedua lelaki itu tersungkur bersimbah darah cemburu. Seorang gadis berderai air mata berlari meninggalkan kedua lelaki yang telah menjemput ajalnya sendiri. Ia berlari menuju ke arahku kini. Ia menjulurkan tangannya lalu kusambut dengan mesra.
__________________________
*Dilahirkan di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karyanya pernah dimuat di Tabloid Telunjuk, majalah sastra Indupati (Kostela), majalah MPA (Depag Jatim) dan Radar Bojonegoro. Beberapa puisinya terkumpul dalam Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (DKL,2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006), Absurditas Rindu (Sastra Nesia Lamongan, 2006). Selain menulis, juga sebagai pembina di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat. Penulis beralamt di Wanar Pucuk Lamongan. Email: ilazen@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae