Senin, 03 Oktober 2011

Realitas Magis Han Gagas

Beni Setia
http://www.suarakarya-online.com/

TERMIN realisme ini merujuk ke konteks sastra, secara naif diartikan sebagai narasi deskripsif yang mengungkap aspek kehidupan riil/nyata secara langsung, lugas dan cermat. Meski sesungguhnya kenyataan obyektif tidak bisa utuh ditampilkan dan dikenali lagi seperti apa adanya, karena yang ditampilkan di dalam teks itu kenyataan yang telah diseleksi serta digarisbawahi kepentingan subyektif pengarang. Karena itu lahir sastra bercorak realisme psikis, realisme subyektif (James Joyce, Frans Kafka), atau bahkan realisme magis (Edgar Allan Poe).


Sedang terma realisme magis merujuk ke narasi teks deskripsif yang nyata dan realistis tapi dengan logika yang magis non-riil atau surealis penuh keajaiban hantu atau alam jin siluman-dibedakan dengan keunikan teknologik dan alien yang bersipat sci-fic. Pada Han Gagas, cq Tembang Tolak Bala (Pustaka Sastra LKiS, Yogakarta, Mei 2011) itu bermakna alam gaib yang merasuki seseorang ketika ia kesambet sebab berani bermain di tempat angker. Dan karena yang angker itu ada di Ponorogo, maka nyaris seluruh sejarah serta masa lampau Ponorogo-mitos, cerita tutur sepihak, atau peristiwa aktual semacam pemberontakan PKI Madiun 1949 dan G30S/PKI 1965-bisa dialami si bersangkutan dalam hitungan 35 hari saja.

Semua dioplos dalam arus waktu mundur maju saat si tokoh kesambet, jiwanya melayang tubuhnya koma, sebab itu meskipun bercerita tentang pelarian Majapahit yang ingin mempertahankan Hindu dari dera dakwah Islam (Demak), tapi sebetulnya sedang mendadar misteri gemblak di balik kesaktian warok di tradisi Reog Ponorogo. Warok bukan lagi sekedar si pemimpin kelompok seni, tapi si jagoan yang mengamen mempertunjukkan kesaktiannya buat menghibur rakyat, yang memimpin ritual bersih desa, dan aktif menentang penjajah atau partisipasif berpihak pada ideologi tertentu,awal tragedi politisasi penyebab banyak awak Reog hilang di era G30S/PKI 1965.

Meski gineakologi Reog hanya dikaitkan ke: (1) ekspresi penghibur untuk Klana Sewandana, raja dari Bantar Angin, yang telah tujuh tahun menikah dan tak dikaruniai anak ditinggal istrinya, Putri Sangga Langit bertapa.Ketika Bujang Ganong, patihnya, merekonstruksi perkelahiannya dengan Singa Barong, si pejaga perbatasan Kediri dan Bantar Angin, di Wengker. Duel alot yang memaksa Klana Sewandana mengeluarkan pusaka Pecut Samandiman, membunuhnya, dan dengan menenteng kepala berujudkan singa itu melamar Putri Singa Langit, anak Erlangga, dengan diikuti merak peliharaan Singa Barong. Seperti disimbolkan dengan tarian si yang memakai topeng Barongan (kepala singa) dan burung merak (Dadhak Merak) bertengger di atas kepala singa Atau (2) merupakan protes alegoris pada Brawijaya, raja akhir Majapahit, yang mengabaikan ramalan: kehancuran Majapahit berawal dari kengototan menikahi Putri Campa, sehingga Islam masuk istana, dan terealisasi saat Raden Patah, murid Wali Sanga, menghancurkan Majapahit dari dalam. Semua telah diramalkan, hingga “bisa” ditolak dengan Brawijaya yang gagah perkasa itu tidak menikahi Putri Campa. Tetapi Brawijaya tak bisa diingatkan meski berulang disindir dengan protes alegoris: singa (Barongan) dikangkangi merak (Dhadhak Merak). Majapahit hancur, Brawijaya lari dan moksa di Gunung Lawu, sedangkan komunitas Hindu terakhir bertahan di bumi Wengker, antara Gunung Wilis dan Lawu.

Sementara pertentangan antar warok.Islami,punya kesaktian tanpa berpantang dengan wanita dan memilih alternatif homo seksual dengan gemblak-dan warok non-Islami,homoseks ber-gemblak dan beristri asesorik,bermula dari pelarian Majapahit membangun Prana Raga, dengan Ki Ageng Kutu di selatan, Ki Ageng Mirah di utara, Honggolono di barat, Ki Gentan di timur, dan Betara Katong di tengah. Pas komunitas terorganisasi terbentuk, Betara Katong imgim menjadikan Islam sebagai acuan nilai, sedang Ki Ageng Kutu tetap mengukuhi Hindu. Potensi perang terbuka ditengahi Ki Ageng Mirah dengan meminta Ki Ageng Kutu bersemedi menenangkan diri, pergi ke Gunung Lawu dan bersua Sunan Lawu (Brawijaya), lantas mendapat wangsit supaya berkonsultasi dengan Ki Ageng Mirah.

Pilihannya Ki Ageng Mirah ternyata Islam-secara faktual Islam dominan.Teks novel Han Gagas-wong Ponorogo asli-sebenarnya berkutetan pada ikon warok yang Islami dan usaha agar Reog menjadi Islami. Lewat prosesi si Hargo kehilangan adik yang mati tenggelam di sungai dan jadi guardian angel-nya, sampai ia kesambet dan hadir di masa Ki Ageng Mirah. Dari alam gaib itu ia kesambet lagi sehingga hadir di masa sang kakek, dijadikan anak temon dan sekaligus di-gemblak-ketika tersadar ia merasa sangat berdosa karena berzinah dengan kakeknya. Sekaligus jadi saksi ketika Teja Wulan melindung anak-anak dan istri para pelarian PKI dari Madiun tanpa mau membela kader PKI, dan pilihan humanistik itu jadi alasan musuhnya buat memfitnah sebagai PKI sehingga ditembak tentara di era 1965. Tapi mantra tembang Tolak Bala, lagu ana kidung rumeweksa ing wengi, warisan Ki Ageng Mirah, diturunkan padanya tanpa melalui ayahnya yang mati disantet.

Permusuhan sendiri berawal dari tarung gengsi berpapasan antara Wulung Geni dengan Honggo Dermo.Yang kalah mewariskan dendam ke Wiro Lodaya, anaknya, yang memfitnah Teja Wulan, anak Honggo Dermo sebagai antek PKI, sedang Marto Dirojo, anaknya Wiro Lodaya, menyantet ayah Hargo sampai mati, dan tidak sengaja mensodomi Hargo ketika bermalam usai belajar bersama. Hargo yang tidak berdaya menyenandungkan ilmu warisan Ki Ageng Mirah, dan Tembang Tolak itu membuat Marto Dirojo merasa bersalah dan di seumur hidup dihantui dosa. Anak tunggal Marto Dirojo, perempuan yang aktif bermain jathil reog malah kepincut Hargo. Merekapun menikah, punya anak kembar dan mengembang Reog Islami di sekitar Telaga Ngebel. Dan itu mungkin muara Reog Ponorogo: Islami, tanpa warok sakti dan gemblak,melulu satu ekspresi seni yang dikemas untuk jualan parawisata. ***

1 Oktober 2011
* BENI SETIA, pengarang

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae