Rabu, 21 September 2011

Perjamuan Magrib: Metafor Rambut yang Ranum

Adhy Rical
http://sastra-indonesia.com/

Membaca sajak penyair Syaifuddin Gani (SG) maka kita akan terbawa pada sebuah tempat. Rumah. Itu saja? Iya. Sederhana sekali. Sajak ini tak banyak bermain dalam wilayah makna seperti penyair lain. Prosais sekali jika sepintas membaca “Perjamuan Magrib” yang ditulis dua tahun lalu itu. Saya menyukai sajak ini karena sederhana.

1
istriku, azan magrib mengulum matamu
alismu rebah terbangun
rambutmu yang magrib lelap di leherku
kunikmati ranumnya seperti menyuntuki batubatu tasbih

merah di luar kamar bercengkrama di keningmu
matamu terbuka seumpama fajar terluka
bilal mengundang ke perjamuan magrib
menyantap sumsum alfatiha dan anggur arrahman

suamiku, bangunlah dari bebetan istirah
syair bilal mengelana di dadamu
penyetia yang tak lekang mengirim hubbu
matamu berkabut surau menyambut

temaram isya segera datang, satusatu bintang bertandang
di luar, jamaah melenggang ke taman sembahyang
sebelum iqamah datang
sebelum kiamat datang

2
sepasang suami istri membuka pagar
kakikakinya lariklarik puisi
hikmat dan nikmat ke terowongan magrib

jamaah bersorban berkerudung langit
mengerubung kiblat, lalu imam berkidung
oi, alangkah mawar allahu akbar
penawar jiwajiwa memar
rubuh dan rukuk dalam geluruh sembahyang

kendari, 12 agustus 2008

1/
Larik sajak ini sangat menarik perhatian. Ada beberapa diksi yang sering berulang diucapkan tapi pemaknaannya tak sama. Magrib. Saya memulainya dari kata “magrib” ini dulu sebagaimana penyair memulai dengan judul sajaknya. Mungkin dari situ kita temukan pemaknaan yang lebih jurus dan likat.

“istriku, azan magrib mengulum matamu
alismu rebah terbangun
rambutmu yang magrib lelap di leherku”

Pada bait di atas akan kita temukan dua kata “magrib”. Magrib pertama akan mudah ditebak karena pengertian denotatif sajak itu pun jelas. Azan Magrib adalah pintu awal memasuki sajak ini. Latar waktu pada magrib saat azan tiba. Lalu menyusul dua bulu (saya menggunakan kata biologik saja) biar lebih mudah pendefinisiannya. Personifikasi magrib pada larik berikutnya memukau. “rambutmu yang magrib lelap di leherku”. Magrib bisa dikatakan hitam. Rambut hitammu itu (sudah) lelap di leherku sejak lama. Ini diperkuat dengan larik pertama, si “aku” memanggil seseorang itu dengan “istriku”.

Setelah basmalah maka ada tiga ayat yang kita ucapkan dalam batubatu tasbih. Rambut telah menjadi buah yang ranum. Mungkin seperti rambutan Kendari yang sangat ranum. Rambut perempuan (istrinya) itu diandaikan buah yang ranum. Ia tiduri kekasihnya itu seperti tetap berzikir kepada Allah. Subhanallah. Lebih jauh sajak ini membuka cakrawala berpikir yang sangat menawan. Gaulilah istrimu sebagai ladang yang subur. Bukan main. Sajak ini memberikan mukaddimah langit dalam hubungan suami istri. Maka bahasa tuhan telah turun padanya sebelum sajak ini hadir secara lengkap.

“Merah di luar kamar itu bercengkrama dengan keningmu”. Bukankah ini gambaran senja? Magrib dianggap sebagai waktu yang paling romantis mengalahkan waktu-waktu yang lain. Bisa jadi penyair memilih magrib karena ia menyukai senja, menyukai warna-warna cakrawala yang menguatkan daya pukau cintanya pada istri. Atau magrib menandakan waktu ia kembali bersama istri setelah bekerja di luar rumah. Bisa jadi. Bisa juga magrib adalah waktu singkat sebagaimana waktu subuh. Ia yang takwa tak ingin lepas begitu saja. Seperti sesorang yang menunggu film kegemarannya di bioskop. Magrib menembus dimensi makna dan rupa bahasa. Anda boleh mencari lebih jauh pemaknaan itu. Masih terbuka kemungkinan ada pemaknaan lain dari magrib. Sampai di situ penyair belum berhenti memuji istrinya itu.

Lalu “matamu terbuka seumpama fajar terluka”. Ada kontradiksi di sini tetapi justru menjadi lebih indah. Kontradiksi yang tepat. “Luka” pada umumnya sesuatu yang sakit tapi “fajar terluka” di sini adalah terbuka. Sebuah metafor yang indah membawa kita pada ruang makna yang dalam. Magrib pun bisa terluka ketika matamu terbuka duhai istriku. Ya Allah, ini yang paling sulit dilakukan suami-istri: salat berjamaah. Penyair menggambarkan berjamaah itu sangat cantik di larik ini.

Kegairahan itu ternyata tak berhenti dengan pukau sang suami (aku) karena istri pun memiliki cara ucap yang berbeda tetapi rasa cinta yang sama.

“suamiku, bangunlah dari bebetan istirah
syair bilal mengelana di dadamu
penyetia yang tak lekang mengirim hubbu
matamu berkabut surau menyambut”

Istri yang baik adalah istri yang membangunkan suaminya salat jika waktunya telah tiba. Sajak ini bukan hanya bermakna sederhana seperti itu. Tapi ia lebih jauh menjangkau pemaknaan yang lain. Bangun tak sekadar lepas dari lelap/tidur tetapi dari riang yang mungkin saja dilipakan si “aku” itu.

SG sangat piawai mengajak romantisasi terjadi di rumah sendiri bahkan dalam jelang salat pun ia cerdas mengolahnya menjadi bahasa yang indah.

Saya hanya tak menemukan pengertian lain dari kata “bilal” dalam sajak ini. Ia tetap bilal tak seperti magrib yang benar-benar magrib dan sesuatu yang lain, mungkin bermakna rambut yang hitam seperti di awal esai ini kutuliskan. Selebihnya, kita patut bersyukur masih diingatkan dengan manis cara menemui kekasih ranjang dan kekasih sajadah secara bersamaan dengan cara yang paling romantis. Di luar itu, kita patut mengikuti jejaknya, bermain bahasa sang penyair ini tak pernah redup. Sepertinya ia selalu hadir di tempat yang tidak terduga. SG adalah penyair paling produktif di Sulawesi Tenggara. Pun kita tetap berharap akan hadir sajak-sajak lain yang lebih jauh pemaknaannya melebihi yang pernah ia tulis sebelumnya.

Salut penyairku. Aku ingin hadir di perjamuanmu! Mengajariku bercinta dengan tuhan sambil bercinta dengan kekasih yang lain setelah magrib selesai. Bukankah kita bisa bermain lebih lama di waktu Isya?
***

Kendari, 2010
Dijumput dari: http://kendarisyaifuddingani.blogspot.com/2010/07/perjamuan-magrib-metafor-rambut-yang.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae