Selasa, 06 September 2011

Budaya Tafsir Teks (Sastra) Kita

Budi P. Hatees*
Seputar Indonesia, 2 Sep 2007

MENAFSIRKAN teks (sastra)? Tentu ini pekerjaan sangat serius. Tapi di tengah-tengah realitas kehidupan yang makin instan saat ini,kerja serius bukan lagi pilihan banyak orang.

Setiap orang ingin cepat-cepat mendapat hasil dari apa yang dilakukannya.Hasil yang sudah final, tak dapat diganggu gugat lagi. Bahkan, tidak sedikit orang yang ngotot bahwa tafsirnya sebagai “paling dekat dengan kebenaran yang diusung teks (sastra) bersangkutan”. Di negeri ini, globalisasi menampakkan wujudnya yang sangat akomodatif. Masa transisi pascakrisis moneter yang terlalu panjang dengan spirit perubahan yang terlalu lamban, menimbulkan ketaksabaran, keputusasaan,dan frustrasi bagi semua lapisan masyarakat.

Globalisasi datang dan membangkitkan spirit perubahan, sekalipun mengusung nilainilai yang tidak dikenal sebelumnya dalam pergaulan sosial masyarakat kita. Dengan globalisasi, masyarakat melaju begitu cepat dan dapat mencapai impian yang kadang terasa mustahil. Budaya instanakhirnya melekat dalam diri masyarakat kita, menjadi bagian keseharian yang tak terpisahkan. Segala sesuatu yang dikerjakan, hanya lebih berorientasi pada hasil yang cepat diperoleh.

Sementara filosofi dari pekerjaan itu, bukan lagi menjadi tujuan. Segala yang diperoleh akhirnya hanya terkait artifisial,bukan hal-hal substansial. Semua dinamika kehidupan kita tidak dapat mengabaikan spirit globalisasi itu.Memang,dalam banyak hal,spirit globalisasi akan melahirkan hal-hal positif.Namun,globalisasi juga menghasilkan kontradiksi-kontradiksi. Di satu sisi, terjadi detradisionalisasi dan berkembangnya kosmopolitanisme. Di sisi lain, menguatkan konservatisme dan memicu identitas baru yang memproduksi berbagai kemungkinan.

Namun,realitas menunjukkan setiap orang terseret untuk berlomba-lomba menjadi bagian dari globalisasi itu,tidak mau tertinggal zaman. Perlombaan ini justru membangkitkan spirit negativitas berupa sikap-sikap sinis, apatis bahkan fatalistik terhadap segala sesuatu yang berbau ideal. Dalam hal melakukan menafsirkan atas teks (sastra), kita menangkap gerombolan manusia dengan citraan-citraan instan tersebut.Tafsir teks (sastra) mereka pandang sebagai pekerjaan yang tidak berbeda dengan mengapresiasikan sebuah teks (sastra).

Tapi, hasil apresiasi atas teks (sastra) itu mendapat perlakuan dari apresiatornya sebagai hasil tafsir, sehingga si apresiator menganggap dirinya telah melakukan kerja berat dan melelahkan.Kelelahan yang mesti dibayar mahal di mana identitasnya menjadi melekat dalam hasil karya itu menjadi identik dengan dirinya. Situasi ini, mengutip Stuart Hall (dalam Kate Nash, 2000), mengakibatkan identitas apresiator menjadi lebih politis, terjadi penguatan identitas yang berlindung pada identitas ahli tafsir (kritikus).

Ragam klaim tentang kritikus yang tak ada kaitannya dengan fenomena teks dimunculkan hanya untuk memperkuat eksistensi teks hasil apresiasi tersebut. Hasilnya, apa yang kita temukan dalam tradisi kritik sastra di negeri ini,redup dengan sendirinya karena karya apresiasi dinobatkan sebagai karya kritik. Menafsir teks (sastra) membutuhkan pengetahuan yang beragam terkait halhal yang mungkin dan sangat mungkin dikandung sepotong teks (sastra). Kita tahu teks (sastra) tidak akan pernah lepas dari realitas yang membentuknya, yang berasal dari hal-hal yang terjadi di luar persoalan teks (sastra) maupun yang berlangsung di tubuh teks bersangkutan.

Dalam teks (sastra) dengan bahasa sebagai perangkatnya,segala jenis dunia diorganisasi, dikonstruksikan, sekaligus didekonstruksi.Ini menandakan bahwa teks (sastra) memiliki banyak pintu untuk dimasuki seorang penafsir. Tentu, mustahil seorang penafsir akan masuk sekaligus ke dalam tubuh teks (sastra) lewat semua pintu. Ibarat masuk sebuah gedung yang memiliki banyak pintu, sangat tak mungkin bagi siapa saja untuk masuk ke pintu lewat semua pintu saat yang bersamaan.Apabila dipaksakan,bisa dibayangkan akan seperti apa jadinya; orang bersangkutan tetap berada di luar gedung,tetapi pikirannya menjelajah ke dalam gedung. Tidak persentuhan-persetuhan indrawi dengan elemen-elemen yang ada di dalam gedung, sehingga sulit bagi orang tersebut untuk mendekati secara fisik. Analogi seperti itu mengharuskan seorang penafsirteks(sastra)mestimemilih satu pintu masuk.

Pilihan ini sangat tergantung pada ranah kognitif yang dimilikinya, juga minat yang ditekuninya.Penafsir yang menekuni bidang sosial, bisa masuk dari pintu serupa, sehingga keandalannya dapat bermanfaat guna mengenali, mengungkap, dan membeberkan elemen-elemen sosial yang dikandung oleh teks (sastra) bersangkutan. Begitu juga halnya dengan penafsir yang menekuni bidang politik,ekonomi, budaya,dan sebagainya.Setiap penafsir mesti mengkhususkan diri pada bidang yang sangat dikuasainya, sehingga teks (sastra) yang ditafsirkannya memiliki kekayaan makna.Teks (sastra) akhirnya akan mendapat perlakuan sebagai teks sastra.

Pengetahuan Ignas Kleden di bidang filsafat kebudayaan, dimanfaatkannya untuk menafsirkan teks-teks (sastra) para sastrawan kita. Tafsir yang dibuatnya atas teks-teks (sastra) Sutardji Calzoum Bachri yang terkumpul dalam antologi O Amuk Kapak,telah menempatkan seorang Sutardji Calzoum Bachri bukan saja sebagai penyair paling kuat di negeri ini, melainkan juga sebagai pemikir kebudayaan yang mampu memperkaya khazanah sastra Melayu (mantra). Dengan ragam pintu tersebut,berarti bahwa tak ada tafsir yang final terhadap teks (sastra).

Tak ada nilai konstan dalam menafsirkan teks (sastra) sebagaimana ada nilai konstan dalam dunia eksakta. Karena itu, tidak ada seorang penafsir pun yang dapat mengklaim bahwa tafsir yang dilakukannya paling sesuai dengan realitas yang diacu oleh teks (sastra) tersebut. Yang ada, justru merupakan keanekaragaman tafsir atas teks (sastra) yang membuat teks (sastra) tersebut menjadi begitu kaya. Sayang sekali, dalam rumah tangga sastra kita, kesadaran para intelektual akan banyak pintu dalam menafsir teks (sastra) tidak menghasilkan cara pandang yang beragam pula.

Yang justru terlihat dominan, para intelektual sangat setia pada perspektif biografis dalam menafsirkan teks (sastra).Mereka hanya membicarakan teks (sastra) yang ditulis sastrawan yang mereka kenal saja. Dengan begitu, mereka tidak akan mengalami kesulitan yang biasa dihadapi para penafsir teks. Masuk dalam teks (sastra) melalui biografi pengarangnya, bukan hal yang sulit dilakukan. Pendekatan dalam penafsiran teks (sastra) semacam ini sangat kuat dipengaruhi subjektivitas penafsir, sehingga pokok perhatian lebih banyak ditujukan kepada sosok pengarangnya.

Sementara teks (sastra) menjadi hal ke sekian, baru akan ditafsirkan secara serius bila biografi pengarang sudah habis dibahas. Mestinya, objek kajian tetaplah teks (sastra). Orientasi setiap penafsir adalah substansi yang dikandung teks (sastra) bersangkutan. Substansi yang ada dalam teks (sastra),yang mengkristal di dalam apa yang disebut metafora dan simbol, juga bisa diikuti jejaknya pada tipologi,mesti dibongkar dan diungkapkan seorang penafsir. Dengan begitu, sebuah teks (sastra) akan dengan mudah dipahami,bahkan oleh masyarakat yang selama ini kurang tertarik membaca hasil kreasi manusia ini. Pemahaman atas teks (sastra) seperti di atas akan membuat karya sastra berjalan di rel yang sesungguhnya. Kita tak membutuhkan kehadiran penafsir-penafsir teks (sastra) yang egois, yang memiliki pandangan picik bahwa tafsirnya paling mewakili substansi teks(sastra) yang ditafsirkannya. Kalau itu yang terjadi, teks-teks sastra kita tetap akan redup seperti saat ini.

* Budi P Hatees, Esais, Pengajar Penulisan Kreatif di FISIP Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (USBRJ) Bandar Lampung
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/09/budaya-tafsir-teks-sastra-kita.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae