Minggu, 01 Mei 2011

Surat Dunia Maya Untuk Ajip Rosidi

Martin Aleida
http://boemipoetra.wordpress.com/

Bung Ajip yang baik,

Tiga bulan setelah menerima surat Bung dari Pabelan, tertanggal 5 Januari 2011, dengan tanda tangan dan tera sketsa mungil berwarna merah yang menggambarkan wajah Ajip Rosidi yang sedang senyum, saya belum juga menemukan ajakan yang pas untuk membalas.

“Tak menyangka samasekali Amak Baldjun mendahului hari ini.” Begitulah surat itu dibuka dengan sebuah kabar duka tentang aktor yang penampilannya di panggung teater mempesona saya. Semasa hidup, Amak gemar berolahraga jalan kaki. Beberapa kali kami bertemu di Senayan, sama-sama menikmati jalan dan lari-lari kecil menjelang tenggelamnya matahari. Kabar kemalangan mengenai Amak saya terima dari Bambang Bujono melalui pesan singkat (SMS), yang kemudian saya teruskan ke Ibu Empat di Pabelan dengan harapan disampaikan kepada sang suami.

Surat Bung dari Pabelan itu bercerita pula tentang rencana Bung untuk membangun Pusat Studi Sunda yang akan diberi nama “Perpustakaan H. Ali Sadikin.” Nama itu dipilih untuk menghormati Bang Ali “yang telah banyak berbuat untuk kemajuan kebudayaan kita.” Sebagai penutup, Bung menyiratkan keadaan fisik Bung sendiri yang sudah tidak prima lagi untuk mondar-mandir Pabelan-Bandung. Rapat Akademi Jakarta 21 Januari akan Bung loncati, karena harus berada di Bandung untuk menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Padjadjaran, persis di hari ulangtahun Ajip Rosidi yang ke-73, tanggal 31 Januari 2011. Bung bilang, akan terlalu lelah buat badan yang mulai rapuh kalau sepulang dari Jakarta harus segera pula berangkat ke Bandung. Sekarang pun, kata Bung lagi seraya mengeluh, masih batuk-batuk sepulang menjadi saksi pernikahan anak almarhum Edi Ekadjati. “Mulai tahu dirilah,” begitu Bung menutup surat itu.

Ya, mulai tahu dirilah…! Sungguh sebuah ajakan yang arif untuk diri sendiri. Dan, marilah kita tengok perjalanan kepengarangan Bung yang sudah melampaui kurun waktu lebih dari setengah abad, dengan jumlah judul buku atas nama Ajip Rosidi, yang kalau dideretkan dari atas ke bawah, agaknya lebih dari satu meter tingginya. Sebutkan segala sisi kesusastraan dan gerakan kebudayaan Indonesia, maka Ajip Rosidi ada di tiap kata yang diterakan. Tidak hanya di dalam dunia kata-kata, Bung juga sudah menancapkan tonggak dalam gerakan kesenian dan kebudayaan. Taman Ismail Marzuki yang menghampar di tengah deru-deram pertumbuhan kota yang bengis sekarang ini, antara lain karena kesadaran yang muncul di dalam diri Bung pada penggal kedua 1960-an. Karena Bung dan teman-teman maka Taman ini dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin. Kalau tidak para seniman kita mungkin cuma bisa luntang-lantung di taman-taman kota, di warung-warung yang dekil, atau di terminal-terminal bus yang riuh-rendah dengan udara yang tercemar, dan dililit utang di mana mereka singgah. Belum lagi kalau diingat dari Jatiwangi, yang justru di tepi Tatar Sunda itulah Bung jatuh-bangun mempertahankan sastra dan budaya Sunda jangan sampai tergusur zaman. Belasan tahun Bung mengajarkan Bahasa Indonesia di daratan jauh, Jepang. Sesungguhnya tak mengherankan buat saya kalau Bung memperoleh penghormatan yang begitu tinggi dari Universitas Padjadjaran, yang Bung terima dengan sikap seorang seniman tulen. Naik ke panggung mengenakan toga, sementara kaki cuma berhiaskan sepasang sandal. Unik, tiada duanya di dunia.

[Ketika saya bisikkan apa yang saya lihat di panggung itu kepada istri saya di sebelah, tiba-tiba dari bangku depan A.D. Pirous menoleh kepada kami, menempelkan satu jari di depan bibirnya, dan pelukis tenar itu dengan sangat sopan bilang, “Sssst…”] Dan Bung menyampaikan pidato penerimaan dalam bahasa Sunda di depan Rektor dan seluruh jajaran petinggi Universitas serta sekitar 200 undangan, sesuai dengan syarat yang Bung patok. Tidakkah Bung catat, sebuah pusat pendidikan tinggi yang terpandang telah menyerahkan diri pada keinginan Bung! Sungguh pencapaian yang tak pernah saya bayangkan…

Namun, dalam kesempatan yang baik ini, ada yang hendak saya utarakan. Bukan petuah, tidak pula peringatan. Hanya satu keinginan yang hendak saya katakan dalam bahasa yang lebih halus, sebagaimana yang Bung dapat katakan dalam bahasa Sunda yang paling sopan. Tapi, sayang, saya tak punya bendahara setinggi itu. Karena itulah saya harus meminta maaf terlebih dulu sebelum Bung memutuskan untuk terus membaca surat ini. Perkenankanlah saya membasuh tangan dan kaki, menyeka remah yang tertinggal di bibir, menghela napas dan berkata, “Mulai tahu dirilah…” kata-kata, yang maaf, saya kutip dari surat yang Bung layangkan dari Pabelan, dari rumah Bung yang kesekian itu. Mungkin sakit untuk menyadari, serupa menyiksa diri, barangkali, walau tak perlu sampai harakiri, bahwa pencapaian dalam pendakian Bung yang sudah sampai di tataran yang begitu terhormat, telah tercemar. Sudah ternoda! Hanya lantaran hasutan seseorang, Bung telah mengotori puncak yang telah Bung taklukkan.

Semoga Bung tidak lupa, sebagaimana saya juga akan selalu ingat, di pagi sebelum matahari benar-benar telah bangun, Bung [yang bernama Ajip Rosidi] meminta saya dengan tekanan suara menyergah [dan didengar istri saya yang belum lepas telekungnya seraya menyiapkan teh buat seorang tamu sebesar Ajip] untuk membatalkan diskusi mengenai buku Asep Sambodja (sekaligus memperingati 100 hari wafatnya), yang akan diselenggarakan hari itu oleh kelompok mejabudaya di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.

Bung tentulah menyelami mata saya, yang dengan mulut terkatup menahan amarah bercampur sedih. Dan di situ Bung mungkin bisa membaca bahwa saya tidak percaya tokoh sekaliber Bung bisa datang bagai mengamangkan pedang panjang untuk membantai niat baik anak-anak muda yang berhasrat membahas sebuah buku. Sebuah kitab! Sebuah tanda peradaban! Ketakutan apa yang yang berada di belakang pedang yang Bung genggam itu? Bung yang telah menulis segunung buku, tiba-tiba [hanya karena hasutan Doktor Honoris Causa Taufiq Ismail – ehem pakai “q” ya..!] berputus kata untuk membatalkan telaah untuk secuil tanda peradaban: buku yang ditulis oleh seorang sarjana yang belum lama meninggal setelah menderita kanker. Membatalkan diskusi buku! Kejahatan tingkat berapa ini? Bukankah itu hanya selangkah saja ke pembakaran buah pikiran dan penzaliman terhadap sikap seorang manusia?!

Yang muncul di bendul pintu rumah saya itu memang cuma sebilah pedang yang abstrak, yang mengambil bentuk ancaman yang Bung humbalangkan di depan saya, muridmu yang daif ini… Kalau yang datang itu adalah kekuasaan dengan sebuah front raksasa bernama “front penyair Indonesia,” maka yang terjadi tentu bukan cuma pembatalan diskusi, tetapi pemberangusan, penangkapan, dan pemenjaraan terhadap “mulut-mulut yang lancang,” yang hendak memahami Asep dengan baik-baik, dengan hati yang lapang, hati anak-anak muda yang ingin dibesarkan di sebuah meja peradaban di bawah tatapan H.B. Jassin.

Diskusi buku itu hanyalah sebuah titik dalam rentang panjang peradaban kita. Kalau sebuah ukuran bisa ditarik, dia hanya secercah cahaya, barangkali. Jika ada yang beranggapan upaya pembatalan diskusi itu merupakan noda, apakah dia layak menerima pengampunan? Untuk penyair sekeras dan beringas semacam Saut Situmorang TIDAK! Dari Yogyakarta dia mengirimkan SMS: “Buat apalagi dibantu PDS, Bang? Biar yayasannya yang sampah itu mintak tolong ke Taufiq Ismail. Jogja udah memutuskan gak mau ikut bantu PDS sebelum pihak yayasan mintak maaf kerna menuruti Taufiq Ismail melarang acara diskusi buku Asep itu! Sorry, Bang.”

Pesan singkat itu muncul di layar handphone saya sebagai tanggapan terhadap permintaan teman-teman muda yang menghendaki saya agar memohon kepada penyair berambut gimbal dan berewokan bak seorang pemberontak yang baru keluar dari hutan perlawanan itu, karena ada niat untuk, antara lain, melaksanakan lelang lukisan dan uangnya akan disumbangkan kepada PDS H.B. Jassin. Saut saya minta membujuk (temannya minum, kabarnya) pelukis Agus Suwage merelakan karyanya untuk disertakan dalam lelang.

Barangkali salah dugaan saya bahwa Bung menyerah pada permintaan busuk untuk membatalkan diskusi buku Asep Sambodja itu karena Bung sedang berada di Jakarta. Kota yang sumpek, di mana pengendara sepeda motor boleh naik ke trotoar menggusur pejalan kaki, dan melawan arus lalulintas pula. Jika Bung berada di Pabelan, apalagi di sawung Ibu Empat yang laris manis sambil menatap stupa-stupa Borobudur yang tertulis di pucuk-pucuk daun, agaknya Bung tidak bakal hanyut dibawa lahar kedengkian untuk membabat diskusi buku Asep Sambodja.

Bung Ajip yang baik, saya tak punya tanda mata untuk dibawa ke Pabelan. Tapi, kalau ada kesempatan untuk mampir lagi ke rumah Bung di sana, izinkanlah saya memegangi tangan Bung, sama-sama kita menatap Borobudur dan bersumpah tidak mengulangi kebengisan terhadap peradaban, sebagaimana terbaca pada arca candi yang lehernya telah ditebas oleh mereka yang kehilangan akal sehat. Memberangus sebuah kitab!

Salam hormatku untuk Bung dan Ibu Empat,

Sumber: http://boemipoetra.wordpress.com/2011/04/26/surat-dunia-maya-untuk-ajip-rosidi/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae