Iswadi Pratama*
Pikiran Rakyat, 20 Mei 2006
MULANYA panitia “Festival Mei 2006″ meminta saya untuk menuliskan peta kepenyairan Lampung. Namun, tidak setiap jengkal ranah sastra yang terbentang di Lampung sejak era Isbedy Stiawan Z.S. hingga generasi yang muncul belakangan saya pahami. Kesulitan itu semakin besar disebabkan fakta bahwa sebagian besar penyair di Lampung tidak selalu dapat dilacak karyanya melalui media massa atau antologi puisi yang pernah diterbitkan. Namun jelas, para penyair yang memilih untuk “menyimpan” karyanya itu akan mendamprat saya jika mereka tidak terpetakan hanya karena alasan-alasan yang bersifat publisitas. Buktinya, dalam beberapa kali Dewan Kesenian Lampung menerbitkan antologi puisi banyak sekali penyair yang terpaksa tidak dapat disertakan lantaran “tak terlacak” –padahal jumlah penyair yang karyanya ikut dibukukan sudah cukup banyak.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Nirwan Dewanto pernah menyebut Lampung sebagai “negeri penyair” –tapi masih dalam harapan menjadi “negeri puisi”.
“Perkembangbiakan penyair yang cukup subur ini barangkali ada kaitannya dengan kondisi geografis Lampung, khususnya Bandar Lampung yang berbukit-bukit dan dekat dengan laut. Daerah seperti ini memang cocok untuk para penyair.” Demikian ujar Binhad Nurrohmat, salah seorang penyair kelahiran Lampung yang kini menetap di Jakarta. Saya kira, Binhad memang sedang bergurau ketika mengutarakan hal itu. Sebab, itu bukanlah sebuah pernyataan “ilmiah” yang berdasarkan pada data-data atau semacam riset tentang “Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Kesuburan Penyair Lampung”. Namun, sebagaimana umumnya para penyair yang senang bermetafor –bahkan dalam obrolan sehari-hari– pernyataan Binhad itu bisa saja ditafsirkan bahwa di sebuah daerah yang masyarakatnya telah berkembang menjadi “semacam” masyarakat modern namun kedekatan dengan alam masih kuat, menjadi penyair adalah sebuah cara memosisikan diri yang paling romantis (memikat). “Itulah sebabnya di Lampung banyak penyair liris dan bersemangat romantis,” ujar Binhad seraya menunjuk saya sebagai salah satu di antaranya. “Untuk sampai ke rumahmu saja, kita harus melewati kota dengan jalanan yang meliuk-liuk, lembah, gunung, dan pepohonan, ini adalah lirisme secara geografis. Beda dengan saya yang tinggal di Jakarta atau teman-teman penyair lain yang hidup di kota-kota metropolitan lainnya di Indonesia. Sukar bagi saya menulis angin, sungai, gerimis, hujan, pohon, sepi, hening. Itu juga yang menyebabkan karya saya dan sebagian penyair lain yang tinggal di kota-kota besar punya ekspresi yang lebih keras!”
Saya tahu Binhad tidak bermaksud melakukan generalisasi. Saya kira ini hanyalah usahanya untuk memahami sebuah keadaan: Lampung banyak penyair dan banyak karya dari sebagian besar mereka bersemangat romantis dan liris. Binhad berhak mempertahankan argumentasinya dengan cara pandang seperti itu. Namun, ada beberapa fakta yang berkaitan dengan jumlah penyair Lampung yang lumayan banyak itu.
Era ’80-an
Periode tahun ’80-an yang saya gunakan di sini hanyalah untuk menandai kemunculan para penyair Lampung yang pada periode itu karya-karyanya telah dikenal secara luas dalam ranah sastra Indonesia. Generasi ini ditandai dengan beberapa penyair seangkatan yakni Isbedy Stiawan Z.S., Iwan Nurdaya Djafar, Sugandhi Putra –ketiganya pernah diundang Dewan Kesenian Jakarta dalam Forum Penyair Lampung 1987.
Selain ketiga penyair, masih ada nama-nama seperti Achmad Rich, Dadang Ruhiyat, Hendra Z., dan Juhardi Basri. Achmad Rich (sekarang telah wafat), Dadang Ruhiyat, Hendra Z., Juhardi Basri, Sugandhi Putra, dan Iwan Nurdaya Djafar nyaris tak memublikasikan karyanya lagi. Namun, keenam penyair ini selalu dapat menunjukkan puisi baru mereka dalam setiap acara sastra di mana mereka terlibat.
Yang perlu dicatat –khususnya pada Iwan Nurdaya Djafar– meski tak rajin lagi menulis dan memublikasikan puisi, ia justru kian produktif menerjemahkan karya Khalil Gibran, Omar Khayam, Rumi, Tagore, Goethe, Octavio Paz, Ogi Muri, dan lain-lain.
Satu-satunya penyair Lampung generasi ’80-an yang hingga kini terus berkarya, baik puisi maupun prosa, adalah Isbedy Stiawan Z.S. Untuk konteks sastrawan Indonesia generasi ’80-an, Isbedy adalah salah seorang yang paling produktif. Para penyair Lampung yang menyusul barisan Isbedy Stiawan Z.S. dkk. di antaranya Syaiful Irba Tanpaka, Sutarman Sutar, dan Christian Heru Dwi Cahyo.
Era ’90-an
Memasuki era ’90-an, dunia sastra di Lampung kian diramaikan dengan kehadiran nama-nama Ahmad Yulden Erwin, Panji Utama, Muhtar Ali, Pondi Al-Kindy, Eva Lismiarni, Budi P. Hutasuhut (P. Hatees), Dahta Gautama, Iswadi Pratama, dan belakangan Oyos Saroso H.N., yang hijrah dari Jakarta dan hingga kini menetap di Lampung. Sebenarnya, pada era ini, masih cukup banyak penyair Lampung yang juga berkiprah. Namun maaf, tidak seluruhnya bisa saya ingat dengan baik.
Salah satu “dentuman besar” yang menandai maraknya jumlah penyair Lampung di era ’90-an adalah diterbitkannya antologi puisi Memetik Puisi dari Udara oleh Radio Suara Bhakti (Rashuba), sebuah radio kawula muda setiap minggu menyelenggarakan acara pembacaan puisi on air dan diskusi sastra. Ini adalah acara yang diasuh oleh Ari S. Mukhtar, salah seorang alumnus Teater Sae angkatan Budi Otong. Melalui acara ini, sastra khususnya puisi bahkan sempat menjadi tren di kalangan remaja di Bandar Lampung.
Dari penyair era ’90-an ini lahir pula beberapa antologi puisi, di antaranya Tap (manuskrip puisi Ahmad Yulden Erwin dan Panji Utama, 1992), Pasar Kabut (antologi puisi Panji Utama, 1994/1995), Kibaran Bendera (antologi puisi Panji Utama, 1997), dan Meditasi Sebatang Rokok (manuskrip puisi Ahmad Yulden Erwin, 1996/1998).
Meski Ahmad Yulden Erwin dan Panji Utama, dua penyair yang paling menonjol di ujung era ’90-an (1988-1989) ini tidak rajin lagi memublikasikan karyanya, keduanya masih menulis.
Era 2000
Menapaki era 2000-an (sejak 1994/1995) ranah sastra Lampung diramaikan dengan kemunculan penyair dan cerpenis yang sebagian besar memiliki basis aktivitas kesenian di perguruan tinggi. Di antaranya Rivian A. Chepy, Ari Pahala Hutabarat, Jimmy Maruli Alfian, Inggit Putria Marga, Budi Lpg, Lex Robert, Kuswinarto (cerpenis), dan Dyah Indra Mertawirana (cerpenis). Di luar kampus, muncul nama-nama Arman A.Z., (cerpenis) Dina Octaviani, Nersalya Renatha, Imas Sobariah, Robby Akbar, dan Hendri Rosevelt.
Dari gerbong era 2000 ini, kita lalu mengenal nama-nama yang hingga kini karyanya sering muncul di banyak media massa, di antaranya Ari Pahala Hutabarat, Jimmy Maruli Alfian, Inggit Putria Marga, Dina Octaviani (menikah dengan Gunawan Maryanto dan kini menetap di Yogya), Dyah Indra Mertawirana (cerpen). Sesekali, muncul karya Nersalya Renatha, Alex Robert, dan Hendri Rosevelt di koran atau media massa lainnya. Di luar ini, sebagian terus berjuang untuk bisa “hadir” lebih luas melalui media massa.
Dari tradisi sastra yang tercipta di kampus, khususnya Universitas Lampung, telah terbit antologi puisi yang memuat karya-karya penyair yang notabene masih menjadi mahasiswa. Di antaranya Daun-Daun Jatuh, Tunas-Tunas Tumbuh (Teknokra, 1995) dan Menikam Senja Membidik Cakrawala (Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung, 1997/1998).
Epilog
Sketsa pertumbuhan penyair di Lampung tersebut tentu tidak serta-merta merepresentasikan regenerasi penyair Lampung secara utuh. Semua sekadar fragmen-fragmen yang berupaya menangkap fase-fase paling penting. Meskipun di sana sini tetap tak bisa lengkap. Namun, saya sedang menyodorkan sebuah data mengenai kepenyairan di Lampung yang mudah-mudahan dapat memperkaya pandangan akan kepenyairan di Lampung.
Salah satu faktor yang telah menjadikan Lampung memiliki begitu banyak penyair dan sebenarnya juga cerpenis adalah karena di hampir dalam setiap generasi selalu ada penyair atau cerpenis yang juga memiliki basis kreativitas di komunitas-komunitas seni.
Melalui mereka inilah, menulis puisi atau cerpen jadi semacam “penyakit menular” di banyak komunitas seni di Lampung. Tak terkecuali sanggar-sanggar seni yang ada di sekolah-sekolah. Juga, tak mengabaikan peran media massa seperti yang pernah dilakukan “Radio Suara Bhakti” di era ’80-an, Lampung Post dengan “Redaksi Siswa”-nya yang hingga kini masih dipertahankan. Kini ada pula radio swasta “Mandala FM” yang gemar melaksanakan bincang seni dan sastra, atau radio komunitas yang dikelola KNPI khusus untuk meladeni hasrat besar para pelajar di Bandar Lampung untuk berekspresi-kreatif soal apa saja termasuk sastra.
Pertanyaannya, setelah “dinobatkan” sebagai “Negeri Penyair”, layakkah Lampung selanjutnya menjadi “Negeri Puisi”? Saya kira akan ada banyak takaran, parameter, pendapat, dan penilaian yang bisa diajukan dan kita diskusikan bersama.***
*) penyair, peserta “Festival Mei 2006″
Sumber: http://ulunlampung.blogspot.com/2007/02/sketsa-penyair-lampung.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar