Senin, 30 Mei 2011

Legenda Kota dan Retaknya Kaum Urban

Sunlie Thomas Alexander
Kompas, 3 April 2010

SETELAH memadamkan lampu kamar mandi, ia meletakkan lilin di depan cermin dan mulai memanggil: ”Bloody Mary, Bloody Mary, Bloody Mary!” Tepat sehabis panggilan ketiga, sesuatu yang sangat aneh dan menakutkan pun terjadi. Sebuah tragedi berdarah menimpa sebuah keluarga di sebuah kota.

Cuplikan di atas adalah salah satu kisah urban legend (legenda kota) yang cukup kesohor di Amerika Serikat, Bloody Mary, yang kemudian mendunia lewat sinema horor. Di kota-kota besar-kecil di Amerika, cerita-cerita semacam ini cukup populer. Cerita Bloody Mary sendiri hidup dalam beberapa versi sejak tahun 60-an, bahkan mungkin lebih awal. Legenda ini kemudian berkembang menjadi suatu permainan memanggil hantu di depan cermin pada kalangan anak-anak dan remaja. Seperti juga halnya folklor dan cerita tradisional lain, tentu saja ceritanya yang orisinal sukar dilacak atau mungkin memang tidak ada.

Istilah urban legend ini dikenalkan oleh Jan Harold Brunvald lewat bukunya, The Vanishing Hitchhiker: American Urban Legends & Their Meanings (New York: WW Norton, 1981). Sebagai legenda perkotaan, ia adalah cerita masyarakat modern yang menyebar dari mulut ke mulut (atau dari ponsel ke ponsel, komputer ke komputer) yang sering pula dianggap kisah nyata. Kerap kali cerita-ceritanya terdiri dari kombinasi unsur horor dan humor, atau terkadang pesan moral yang membangkitkan rasa empati dan peringatan.

Adalah industri perfilman yang kemudian dengan cerdik memanfaatkan kepopulerannya untuk meraup keuntungan. Selain Bloody Mary, nyaris hampir semua legenda kota terkenal di Amerika, misalnya, telah difilmkan. Sebut saja Aren’t You Glad You Didn’t Turn on the Light?, Humans Can Lick, Too, Candyman, The Killer in the Backseat, The Clown Statue, The Kidney Thieves, dan banyak lagi. Di tangan para sineaslah, kisah-kisah ini diadaptasi ulang dan dibuat lebih mencengangkan, baik lewat layar lebar maupun serial televisi.

Hal yang serupa juga terjadi pada cerita-cerita legenda kota terkenal di Tanah Air, seperti Si Manis Jembatan Ancol, Suster Ngesot, Kolor Ijo, Hantu Jamu Gendong, Hantu Ambulans, dan Terowongan Casablanca.

Keintiman yang retak

Sebagai mitos modern yang berkembang di masyarakat perkotaan, legenda kota memang tak bisa dipisahkan dari fenomena kaum urban yang mengadu nasib di kota-kota besar. Cerita Hantu Jamu Gendong, misalnya, berkisah tentang arwah seorang penjual jamu gendong bernama Sri yang semasa hidupnya meyakini kota sebagai solusi tepat untuk memperbaiki taraf kesejahteraan dibandingkan desa.

Plot dan penokohan ceritanya tampak kuat, tetapi sebenarnya lebih dari usaha menampilkan esensi atau edukasi, legenda kota lebih banyak memainkan sensasi dengan mempermainkan etika serta estetika secara kasar, mencari efek teror dan horor murahan. Karena itu, kisah-kisah semacam itu mungkin lebih cocok digolongkan sebagai isu, rumor, atau gosip ketimbang –katakanlah—sejenis sastra lisan.

Tentu saja hal itu berkait erat dengan psikologi sosial masyarakat perkotaan, budaya urban yang melingkupinya. Sebagai cerita yang berkembang dari isu, legenda kota tak lain adalah metamorfosis dari tradisi bergunjing yang akrab pada masyarakat pedesaan. Hal ini bisa jadi lantaran adanya kerinduan masyarakat urban perkotaan yang kesepian oleh tingginya mobilitas dan merasa terasing di tengah lanskap kota yang pikuk, pada suasana intim di kampung halaman yang ditinggalkan. Di sinilah legenda kota mengambil perannya melekatkan kembali keintiman yang retak.

Terlepas dari soal percaya tidaknya kita pada isi cerita itu, kisah-kisah dalam legenda perkotaan memang menjadi penting serta mengasyikkan sebagai bahan obrolan atau diskusi iseng saat istirahat siang di kantor atau chatting. Kekuatan oral dari mulut ke mulut dan kemajuan teknologi komunikasi pun menjadi media pengantar yang sangat andal. Pada mulanya, legenda kota didistribusikan secara tradisional melalui komunikasi antara mereka yang memiliki hubungan emosional dan personal.

Dengan moda komunikasi semacam itu, legenda kota pun menyebar dengan cara yang cepat, mudah dan luas, karena ada kesan seakan-akan hal itu benar terjadi. Realitas psikologis dan spiritual masyarakat juga tingkat kepercayaan pada ”relasi dekat” di atas menempatkan legenda kota menjadi seperti semacam perekat baru. Perekat di antara urban sesama asal, atau urban senasib sependeritaan. Apalagi, jika kejadian cerita tersebut berada dalam ruang lingkup mental map kita, misalnya di dekat tempat tinggal kita.

Menurut Jan Harold Brunvald, ada dua pokok penting dalam legenda perkotaan. Yang pertama, kisah-kisah legenda, mitos dan cerita rakyat ternyata juga adalah milik kaum urban, bukan hanya milik masyarakat tradisional. Kedua, di balik itu, lewat cerita-cerita seperti ini, kita dapat mengetahui banyak tentang masyarakat dan budaya modern dan perkotaan.

Maka, bila kita bisa sepakat dengan Brunvald, dapatlah kita membaca bagaimana tabiat, perilaku, bahkan kondisi mental (termasuk penyakit-penyakit) orang-orang kota, berdasarkan cerita-cerita atau legenda yang diproduksi dan disebarluaskannya. Adakah, misalnya, takhayul masih begitu kuat menelikung kesadaran modern orang urban, atau mungkin kemodernan telah menciptakan takhayulnya sendiri, yang khas di tiap komunitasnya?

Adakah, misal lainnya, masyarakat rasional, terbuka, kosmopolit, dan egaliter—sebagaimana kaum urban—masih juga memendam imaji-imaji kasarnya tentang seks, sebagaimana mereka memendamnya karena represi oleh adat, agama, dan tradisi? Adakah, lanjutannya, kita tidak pernah jauh berjalan melampaui tradisionalisme dan keprimitifan kita, setidaknya dalam dua hal itu?

Kini, giliran Anda yang harus menjawabnya.

_________________
*) Sunlie Thomas Alexander, Aktivis Bale Sastra Kecapi Yogyakarta, dan Periset Parikesit Institute Yogyakarta
http://cabiklunik.blogspot.com/2010/04/teroka-legenda-kota-dan-retaknya-kaum.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae