Selasa, 01 Februari 2011

Puisi, Arti, Diseminasi

Asarpin
http://www.lampungpost.com/

Bukan Nirwan Dewanto kalau tidak sungguh-sungguh menyelam kata dan bahasa Indonesia sampai di dasar yang tak terhingga. Setelah meluncurkan buku puisi cantik bertajuk Jantung Lebah Ratu dua tahun lalu, yang nyaris tak tersentuh oleh pembaca saking “melangit” bahasa yang digunakan dalam puisi-puisinya, kini ia hadir lagi dengan buku puisi yang lebih “gawat”.

Tak hanya dari segi judul, Buli-Buli Lima Kaki, tetapi dari warna sampul, gambar gajah dengan lima kaki (termasuk belalainya berfungsi sebagai kaki), untaian kata-kata yang tak mudah dimengerti pada bagian belakang sampul yang merupakan fragmen dari beberapa sajak di dalamnya, menunjukkan kesungguhan yang luar biasa. Semacam ada beban untuk tidak cuma menghadirkan puisi, tapi puisi kitab suci.

Mungkin bukan hanya saya yang akan menyebut puisi Nirwan sebagai prosa-liris yang mengandung aneka citra, rupa, dan suara: binatang, manusia, juga tumbuh-tumbuhan. Di dalam mengandung motif cerita, kidung, mitos, dan riwayat. Ada sejumlah alkisah singgah: tentang para raja, putra, dan permaisurinya yang bertakhta di pusat kerajaan Jawa, ada legenda purba zaman Babilonia.

Bahkan, dan ini yang unik: terdapat idiom-idiom, kalimat-kalimat, dan kata-kata yang dipakai, atau terpakai, yang sengaja digali dari zaman ketika kobra masih mesra berbicara dengan Nabi Sulaiman sampai dengan zaman ketika kuda menggigit besi.

Tak heran jika sejumlah puisi seperti ditulis pada zaman entah, atau ada yang sudah terbiasa terbaca atau terdengar. Memang tak ada maksud untuk latah, tapi sudah cukup untuk membuat pembaca payah, lelah, bahkan mengalami semacam skizofrenia dadakan. Ketika mencoba menyusuri motif-motif, momen-momen estetik di dalamnya, saya merasa bagaikan hidup di zaman Syekh Siti Jenar, di mana rahasia pengalaman pribadi hanya bisa dinyatakan lewat bahasa bisu kesyuhadaan. Pengalaman-pengalaman batinnya ditulis dengan pena paling pribadi, yang dianggap belum sudi dibagi.

Sebagai seorang yang juga kritikus sastra, Nirwan seperti ditantang untuk menghasilkan sajak dengan “nilai lebih” dan agaknya sengaja menutup diri dari kemungkinan-kemungkinan untuk mudah diberi arti demi merayakan kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga, yang menyegarkan, yang menghidupkan aku liriknya.

Memang, sebagai pembaca, saya merindukan bahasa puisi yang elok menawan hati, sedikit elite dan pelit, tidak terlampau mengumbar kata yang sudah kedaluwarsa, apalagi menghamburkan kenyataan sosial yang sudah sering dijamah media massa. Tapi tiap kali saya bersua dengan puisi Nirwan, saya betul-betul merasa seperti sedang berhadapan dengan ayat-ayat Tuhan yang menantang saya untuk berenang dalam kebebasan penuh.

Buli-Buli Lima Kaki (pernahkah Anda melihat buli-buli kaki yang sebenarnya?), adalah judul yang bunyi dan cocok untuk sejenis puisi misteri. Untuk tahu arti terpaksa saya harus minta bantuan Tesaurus Bahasa Indonesia Eko Endarmoko dan KBBI, agar saya sedikit terhindar dari sok tahu. Buli-buli, botol atau guci kecil dengan lima kaki, sepintas berbau surealis. Tapi kalau kita menyimak kenyataan sosial saat ini, di mana sapi sendiri ada yang lahir dengan lima kaki, kesan itu tak begitu menggoda.

Buku ini memuat lima puluh lima puisi yang disusun menjadi lima kaki, yang tentu saja punya motif dan maksud tersendiri. Ada motif mitos yang masih tersembunyi di balik tenunan kata dan bahasa yang memang senantiasa menantang pembaca untuk tak sekadar paham. Sebab paham saja bisa membuat kita karam seperti keluarga Loth yang dikutuk menjadi tiang batu garam.

Sikap yang arif barangkali mencoba mengenal arti dengan penuh kewaspadaan, sadar diri, juga empati. Sebab, seperti kita tahu sejak dini, arti yang terkandung dalam setiap sepatah kata atau kalimat memegang unsur yang penting bagi prasarana nalar, tapi konsep “arti” sendiri sampai kini masih misteri. Kata “berarti”, kata Claude Levi-Strauss yang pernah dirujuk Octavio Paz dalam buku tentang sang antropolog tersebut, hanya menunjukkan suatu jenis data; mereka dapat dialihkan ke dalam kata-kata pada tingkat-tingkat lain. Dengan begini, kita bisa menghasilkan hal yang kita harapkan dari sebuah kamus, yaitu arti dari kata tertentu dengan kata-kata lain yang bersifat isomorfis (yang bentuknya sama) dengan kata atau ungkapan yang ingin dimengerti, tapi pada tingkat yang agak beda.

Para filsuf mungkin akan bertanya: apakah arti. Sementara kaum linguis ingin tahu bagaimana arti ditentukan, apa hukum diksi yang mengatur perubahan arti, bagaimana arti suatu kata diberi, diungkapkan, dan seterusnya. Di sini kesulitan yang menghadang saat saya harus memaksakan diri memberi arti pada puisi-puisi Nirwan. Selain disebabkan gayanya, juga pilihan kata yang ketat, kosakata yang berat, bunyi yang tak bermusik, cetusan perasaan bawah sadar yang sulit ditembus, pengalaman estetik yang kaya, bacaan yang lintas disiplin, dan sebagainya.

Saya teringat pada peringatan seorang ahli neourosis, Donald B. Calne, dalam bukunya yang diterjemahkan dengan sangat bagus menjadi Batas Nalar: mencari “arti” sebagai “artinya arti” (the meaning of meaning) berada di luar kemampuan kita mengetahui. Sementara Levi-Strauss dalam Mitos, Dukun dan Sihir, bertanya: apa artinya berarti? Jawaban satu-satunya, katanya, berhentilah mencari artinya arti.

Kalau sudah begitu, persoalan arti harus secepatnya saya tinggalkan dan beralih ke persoalan lain, misalnya soal kutipan dalam puisi Nirwan yang sangat dominan. Dari 55 puisi, lebih dari 10% puisi di dalamnya hasil memiuh, mengambil-alih, memindahkan frase atau kata-kata milik sejumlah orang atau khazanah atau kalimat milik orang lain.

Selama ini terdapat dua model kutipan dalam buku-buku sastra. Model pertama mengutip tanpa menyebut sumber kutipan, seperti misalnya ketika Sutardji Calzoum Bachri mengatakan “pada mulanya adalah kata” atau ketika Umberto Eco memulai novel The Name of the Rose dengan mengatakan hal yang sama tanpa menyebutkan kutipan. Model kedua seperti novel Olenka Budi Darma yang mencantumkan sumber kutipan dan buku puisi Buli-Buli Lima Kaki yang melampirkan sumber bacaan atau rujukan.

Untuk gejala yang pertama, walaupun tidak menyebut kutipan, akan ada yang membelanya sebagai gejala intertektualitas. Sebab, kebiasaan semacam itu dianggap sudah lama dan lazim digunakan dalam seni dan sastra postmodern; mula-mula dipakai dalam seni tinggi, tapi kini sudah lumrah dipakai dalam budaya pop.

Dengan menerapkan strategi pastiche, dan sesekali mengelabui pembaca melalui permainan intertektualitas, Nirwan tampak telah melampaui bahasa sebagai sarana bagi pikiran yang ingin mengartikulasikan arti kepada pembaca.

Tapi apakah si penyair memang sedang memperkarakan pikiran yang sering diperlakukan lebih tinggi dari kata-kata oleh para filsuf dan ilmuwan? Bisa jadi! Sebab, penyair ini bukan sesekali menunjukkan penolakan terhadap supremasi pikiran sebagai fakultas tersendiri yang bebas dari bahasa. Dengan puisi ia sengaja menyuntikkan rangsangan yang unik bagi permainan teks-teks (atau boleh disebut sementara sebagai intertektualitas tadi). Permainan yang ditampilkannya mirip dengan konsep diseminasi, yakni sebagai strategi unik untuk mempertontonkan betapa terbatasnya upaya pembaca untuk menangkap sekeping makna kecuali jika ia benar-benar memanfaatkan teks sebagai arena permainan yang terus-menerus ditransformasi dengan mensubstitusi penanda-penanda lama dengan penanda-penanda baru.

Asarpin, Pembaca sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae