Jumat, 17 Desember 2010

Menakar Puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”

— Sebuah Puisi Edi Romadhon—
Abdul Aziz Rasjid
http://sastra-indonesia.com/

Juli tahun 2009 ini, usianya terhitung limapuluh tahun lebih tiga bulan. Sedang sebagai penyair —jika ditilik dari antologi puisinya yang pertama: Antologi Lingkaran Kosong (IKIP Yogyakarta, 1981)— usia kepenyairannya terhitung duapuluh delapan tahun. Sebuah perjalanan kepenyairan yang tak dapat dikatakan pendek, sebab telah ia tempuh lebih dari separuh usia kehidupannya.

Afrizal Malna mencatat namanya dalam Leksikon Penyair (Sesuatu Indonesia, Bentang Budaya: 2000). Dalam buku setebal 580 halaman itu, walau kita tak menemui sebaris puisinya dibahas atau dijadikan sandaran bagi gagasan-gagasan Afrizal Malna, publikasi yang besar terhadap puisi-puisinya pada dekade 80-90 an setidaknya membuat ia pantas untuk dicatat dalam leksikon itu.

Berkaitan dengan publikasi puisinya tersebut; Abdul Wachid B.S. dalam kata pengantar untuk buku Tujuh Kumpulan Sajak Untuk Sebuah Kasih Sayang (bukulaela, 2004) menuliskan, “bahwa diantara beberapa penyair di Banyumas, ia adalah salah satu penyair yang puisi-puisinya diperhitungkan oleh koran-koran di Yogyakarta, Semarang ataupun Jakarta”.

Penyair itu, bernama lengkap Edi Romadhon, lahir di Ajibarang Banyumas 21 April 1959. Puisi-puisinya terkumpul dalam: Jejak Putih (IKIP Yogyakarta, 1982), Laskabu dan Kembar (1985), Suara Dari Desa (Teater Gethek Ajibarang, 1989), Melacak Jejak (Antologi Bersama, Kancah Budaya Merdeka Banyumas, 1993), Antologi Puisi Jawa Tengah (Antologi Bersama, 1994) Mimbar Penyair Abad 21 (Antologi Bersama, 1996), Jentera Terkasa (TBJT, 1998) dan Serayu (Harta Prima, 2005).

/I/

“Pernah kau katakan berapapun terasa kita punya letih/ tak bakalan terminal memberi henti seterusnya. Itu hanya istirah, dimana/ ancang-ancang karena seribu jalan lagi telah menghadang. Dan kita/ diharuskan buati sejarah jejak-jejak”.

Sepotong puisi Edi Romadhon di atas berjudul “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, terkumpul dalam antologi puisi Serayu. Meski puisi itu bukan satu-satunya puisi yang dimuat dalam antologi itu —terdapat empat puisi lainnya, berjudul: “Sumpah Pemuda Lagi”, “Abu”, “Ronggeng”, dan “Bintang”— “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman” dari unsur tema memiliki keunikan tersendiri dibanding empat puisi lainnya.

Bila empat puisi lainnya berbicara tentang orang-orang tertindas yang disebabkan ketidakadilan struktur sosial, “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman” bercerita tentang kesadaran akan kefanaan manusia di mata Tuhan. Di mana kisahnya, bertitik tolak dari duka seorang lelaki atas kematian sang istri. Duka itu, begitu tebal menyelimuti kesendirian dan suasana alam yang muram menyempurnakan narasi kesedihan yang dominan.

Bukit-bukit akhir sebuah pandang bisu. Kabut yang di/ tiupkan angin bertebaran hancur membuat angkasa satu warna. Di langit/ seribu muka bergadha dalam iringan keok gagak hitam berkibaran.

Kabut yang ditiupkan angin, iringan keok gagak hitam adalah suasana yang timbul sebagai kedukaan. Suasana itu tak hanya menebalkan kesakitan namun juga membangkitkan keyakinan, bahwa kematian sang istri tidak hanya membuat aku lirik merasa bahwa ia kini hidup dalam kesendirian namun sekaligus mengantarkannya pada keterbatasan. Sebagian dari dirinya dan hidupnya dirasa telah hilang. Sehingga ia lantas merasa lemah untuk menjalani langkah hidup ke depan. Kenangan pada masa silam, semakin meruncingkan keterbatasan itu.

Tanda jarum manakah bila aku tinggal cuma punguti/ mimpi-mimpi bersamamu. Tanda tunjuk manakah hilang sepanjang kenang/ lalu bersamamu kini buntu kaki.

Kenangan yang bercampur kegelisahan itu, lalu saling menjalin dan makin menjadi-jadi. Dan aku lirik pun mulai menyangsikan kehidupan. Harapan-harapan yang hadir di dirinya dari istrinya itu, yang berjalan tak sesuai dengan kenyataan menjadi dalang dari penyangsian itu. Dan aku lirik pun lantas berkata:

Kita mesti bermarathon, itu katamu ketika justru dokter/ membisu sambil hanya gelengkan kepala tak yakin pada dirinya. Kita mesti/ berlari kencang. Itu katamu ketika justru nafasmu pendek menepi di paru-paru.

/II/

Bait-bait yang penuh duka itu, yang berbicara tentang kematian orang tercinta, lalu membuat aku lirik melihat kehidupannya dalam warna yang lain, yaitu kesendirian. Kesedihan yang memuncak, pada akhirnya menyeretnya dalam pertanyaan ataupun pemaknaan filosofis tentang tujuan kehidupan. Pemaknaan itu pun kemudian membentuk situasi peralihan, dari keterpurukan-kesedihan-kedukaan menjadi bangkit untuk mengaitkan kehidupan dengan sesuatu yang lebih besar dari hidup itu sendiri: Keilahian. Dan unikmya, peralihan semacam itu, ditemukan oleh aku lirik ketika kamboja bergoyang sesusai pemakaman.

Kamboja bergoyang usai pemakaman. Aku kembali/ dalam getar sadar kemiskinan…

Berarti, dalam puisi itu, kamboja yang bergoyang seusai pemakaman menjadi zona liminal. Sebuah situasi yang berada dalam posisi yang tidak pasti, sebab tidak berada “di sini” dan tidak pula “di sana”. Situasi peralihan itulah yang kemudian menyebabkan pula terjadinya tahap pemisahan dan kemudian penyatuan.

Tahap pemisahan itu tampak jelas dalam bait ini:

…aku kembali sambil kupunguti topeng-/ topengku yang bergantungan di jalur langit. Aku hitung itu semua./ kubakar selekasnya. Aku menangis.

Pembakaran dan tangisan itu, lalu mengantarkan aku lirik menuju pada penyerahan kedirian, yaitu penyatuan dengan Tuhan. Ritual penyatuan itu juga melibatkan penggunaan benda dari peninggalan istrinya yang telah mati.

Ritual penyatuan itu, tampak dalam bait ini:

Ijinkanlah aku mandi di pancuran fitrahku. Lewat air mataku. Lewat/ sajadah tinggalanmu. Amin

/III/

Menakar puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, hemat saya adalah menakar pencapaian penghayatan seorang penyair dalam menandakan dan memaknakan kejadian yang mengemuka di luar dirinya. Dimana, jalinan kontak komunikasi antara duka kematian, kefanaan manusia dan keesaan Tuhan dalam puisi itu —yang disuguhkan pada pembaca— diwakili lewat tanda dan makna artistiknya oleh kamboja yang bergoyang. Produksi simbol berupa kamboja itu, mungkin saja terlahir sebagai bagian integral dari buah sistem kemasyarakatan di sekitar lingkungan penyair, di mana secara realita dan idea dalam masyarakat Jawa, kamboja memang identik dengan suasana kematian, sebab banyak berkembang di areal pemakaman.

Sedang secara isi, puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, setidaknya dapat pula menggugah pertanyaan pada diri kita berkaitan dengan cara berkomunikasi dengan Tuhan, yaitu: Apakah penyatuan pada Tuhan mesti lahir dari kedukaan, sebelum kemudian hadir sebagai pembangkit getar sadar akan kefananaan? Jika yang terjadi memang tak jarang demikian; mengapa Tuhan —yang dipercaya sebagai Yang Esa— mesti mengalami hal tragis serupa itu?

Bali, pertengahan juli 2009
facebook, 20 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae