Nu’man ’Zeus’ Anggara
http://sastra-indonesia.com/
M.S. Nugroho, sebagai cerpenis yang telah menulis beberapa karya yang beridekan sastra Panji, romantika remaja, pergaulan suami istri telah memberikan penawaran yang di beberapa sisi menyegarkan dan di sisi yang lain memmpunyai kecenderungan identik dengan gaya penulisan beberapa pengarang Jombang. Sebagai pembaca yang kurang atau bahkan sedikit sekali mengetahui seluk-beluk cerita panji, melalui tulisan ini akan mencoba membayangkan logika cerpen pengarang kita ini dengan resiko segala kekurangan dan ketidak-akuratan.
Membayangkan sebuah gaya dominan dalam konteks geo-kesusastraan memancing kesimpulan-kesimpulan tergesa-gesa atau klaim dengan harapan penegasan tersebut menjadi potret standar yang diikuti komentator-komentator lainnya. Gaya penulis Jombang tidak bisa ditarik dengan melihat strategi diksi atau pilihan kalimat, tetapi membayangkan sesuatu yang lebih luas seperti tendensi psikologi budaya dan sejarah kepenulisan di wilayah ini. Dengan tidak memperhatikan penulis lama seperti Emha Ainun Najib hingga cerpenis seperti rekan Nugroho ini akan ada benang merah yang dapat menandai stilistika dan gaya bahasa yang kuat menjadi merk sastra Jombang. Sebuah hal yang klise jika membayangkan kota ini sebagai kota santri dimana tradisi keislaman yang berakar sejak lama membuat sebuah kondisi kesusastraan harus langsung menggunakan simbol-simbol keagamaan dengan vulgar dan definitif. Pendekatan yang alamiah dan manusiawi, yang artinya juga sama dengan spiritualitas dalam konotasi perennial, dicoba dituliskan dalam antologi ini.
Beberapa cerpen dalam antologi ini dapat dibaca dengan tidak mengharapkan sesuatu yang luar biasa, cerita berjalan dan diukir dengan bahasa dan pendekatan narasi yang tidak istimewa. Namun dalam jumlah yang lebih besar, cerita-cerita menjanjikan endapan-endapan kreatif yang punya arah menggembirakan dan mencerahkan secara kritik. Singkatnya, hanya sedikit cerpen dalam antologi ini yang akan membuat pembaca malas-malasan menikmatinya. Dengan tetap mengingat bahwa dalam karya-karya Nugroho yang istimewa juga memiliki celah kelemahan.
Tokoh Jaka Bayawak yang diambil dari dongeng Panji dicurahkan melalui karakter Dewi di masa kini yang sedang diterangi temaram lampu di bar kecil. Lalu dimulailah cerita waktu ganda. Adegan-adegan berjalan filmis seirama dengan tragedi masing-masing perempuan di waktu terpisah. Penedekatan ini sebenarnya tidak terlalu orisinil, tetapi percobaan yang tidak hati-hati dan kaya fantasi akan gagal menciptakan sensasi yang mampu mengungkapkan isi tematik dari cerita referensi. Dengan kelihaian menempatkan adegan, Entropi Jaka Bayawak sukses meramu segelas jamu beras kencur dengan tujuh gelas bir dengan rasa yang sama mendayu-dayunya di latar waktu yang berbeda. Bahasa perempuan yang nyaris tanpa revisi.
Seperti halnya juga cerpen diatas, Yuyu Kangkang Kata-Kata mengeksplorasi dongeng dengan menderu-deru. Hanya saja aspek yang dirayakan di komposisi ini adalah kata-kata. Kenapa Yuyu Kangkang? Nugroho lebih tahu alasannya. Yang dapat dilihat disini lebih pada bagaimana kata-kata yang berkhianat, penuh dendam, dan berhamburan tidak bisa diandalkan sebagai sandaran terakhir realitas. ’Semuanya berubah, menjadi abjad pertama, menjadi pertama. Menjadi satu dan Sang Satu.’ Seperti dongeng, moral ceritanya jelas dan untuk kepentingan sastra mutakhir dirancang manuver tekstual dalam formasi liris dan puitis. Tidak ketinggalan juga: tipografi.
Jago untuk Presiden. Katakanlah ini versi parodi Panji gaya Seno Gumira Ajidharma yang aroma sastra Jombang (kalau memang ada) untuk menggambarkan nasib mengharap Ratu Adil. Kekuasaan merupakan perkara memiliki ayam andalan yang akhirnya berakhir dengan tragis. Bagaimana Nade Garang yang mencari pembenaran atas petunjuk gaib pada kisah ini harus merelakan ujung nasibnya berada di dalam penjara. Yang layak dicatat, bagaimana pencerita memberikan kesan yang hidup pada perjalanan sang tokoh di tengah pencariannya dengan mencoba menghadirkan properti keseharian secara wajar dan relevan dengan bawah sadar sang tokoh.
Sayap-Sayap dari Langit, sungguh cerita remaja.
90’3GP, kurang menggigit karena arus kesadaran yang seharusnya dipertajam malah terlupakan.
Senandung Hujan Sore Hari, idem.
Aku Melihat Kaki itu Dipotong, realisme sosial seperti ini memang mengharukan tetapi dalam fiksi butuh sesuatu yang lebih. Untuk pembaca remaja mungkin masih sesuai.
Monolog Malam mengesahkan Nugroho memiliki perhatian lintas gender dengan pengamatan keseharian dia yang cair tentang lingkungannya. Gadis-gadis yang hidup di pesantren sebagai subyek utama mengalami semacam konflik peran yang biasa menguras emosi perempuan pada umumnya, kegalauan menjelang pernikahan. Pergolakan batin tokoh-tokoh didalamnya layak mendapat perhatian feminis karena, selain cerpen ini ditulis oleh lak-laki, beberapa pembenaran masokis tentang hubungan pernikahan menjadi hal utama yang harus dimiliki perempuan dan biasanya diambil dari rasionalisasi keagamaan. Untungnya Nugroho masih mengatakannya sebagai hal yang ’Sangat indah dan sungguh aneh. Sungguh aneh.’
Yang sangat instropektif sebagai laki-laki mungkin diwakili oleh Nyanyian untuk Para Babi. Bukan karena tokohnya sendiri bernama Nugroho, tetapi memperlihatkan benar kesehariannya yang tragik komedi. Sebagai sarjana seni musik, tokoh ini harus merelakan dirinya bergaul dengan para babi yang jelas-jelas menggerogoti kewarasannya. Sebagai mahluk sosial yang harus berhubungan dengan orang (/babi) banyak mengakibatkan sejenis alienasi yang merupakan konsekwensi logis dari pengingkaran diri dari waktu ke waktu. Babi-babi memang hanya bisa mendengarkan lagu babi, seperti halnya musik manusia yang sesungguhnya harus bisa didengarkan manusia. Memang cerpen ini tidak sehebat Kafka atau fiksi-fiksi tentang krisis identitas manusia akhir sejarah lainnya tetapi gayanya yang menghibur membuat cerpen ini memiliki kenikmatan tersendiri.
Merpati Amerika, Kucing Jawa, Kucing Australia sebenarnya bagus juga memproyeksikan individu silang budaya, perkembangan konfliknya yang kurang tajam dan personifikasi perembuan bule yang hanya sekedar tempelan sehingga tidak mampu memberikan sensasi kuat menyebabkan cerita ini cukup dibaca dengan alasan intermezzo. Tanpa melupakan bahwa kelucuan dan sekaligus adegan penutupnya begitu hidup.
Ada juga cerita dewasa dalam antologi ini dan sangat mirip film cult. Segmen Kadung, tentu saja. Tetapi pembaca tidak perlu merasa cabul jika membacanya, karena suspense yang bagus sudah dibangun sejak tengah cerita dan apabila dikembangkan seharusnya bisa menciptakan sex thriller yang bikin menggigil. Karakter-karakternya juga hidup. Yang disayangkan, justru pada saat seperti ini kebutuhan untuk berbahasa yang kondusif atau mungkin memasang latar panggung yang kuat tidak hadir seperti yang diharapkan.
Kamar Rahasia lagi-lagi sangat perempuan. Nilai tambahnya ada pada kekelaman gaya Prosper Merimee. Tetapi itulah masalahnya: sangat perempuan. Atau bisa jadi subyek ini memang yang diandalkan Nugroho dalam menggali inspirasi, bukan dalam pendekatan feminis tetapi feminin dalam kebahasaan dan perlakuan perwatakannya.
Secara keseluran, antologi ini bolehlah dikatakan cukup menggemaskan. Mengenai kekuatannya, seperti biasa cerpen-cerpen selalu menempatkan akhir cerita sebagai andalan dan Nugroho berhasil melakukannya dengan baik. Bahasa yang trend saat ini dalam dunia cerpen Indonesia juga tidak terlupakan, seperti halnya bahasa yang dipakai banyak penyair yang ikut-ikut menulis cerpen di koran-koran. Cerpenis yang juga guru SMP ini sepertinya telah menempatkan bahasa sebagai andalan yang tidak tanggung-tanggung, hingga melahirkan cerpen-cerpen metaforis bukan dalam sisi penceritaannya melainkan dalam gagasan-gagasan di luar fiksi seperti permainan tanda dan kosmologi teks, sesuatu yang langsung terlihat secara spasial dalam tulisan. Ini juga menjadi salah satu kegemaran beberapa pencerita masa kini sesuai dengan nafas zaman yang dipenuhi eksperimentasi. Kuncinya ada bagaimana mengukur porsi yang tepat dan tidak berlebihan dalam mengolahnya.
Ide besar tidak merupakan ambisi cerpen-cerpennya tetapi kesederhanaan dan jurnalisme sosial yang akrab dengan lingkungan dimana dia hidup, ide yang dikelola dengan ketrampilan menyusun harmoni yang utuh antara satu bagian adegan dengan adegan lainnya. Tulisan yang dibuatnya seperti memiliki durasi dan tidak dibaca dalam figur lembar-lembar halaman.
Apabila dicari ukuran mudah untuk menegaskan kualitas sebuah karya antara rentang terendah hingga tertinggi dengan kategori: lupakan saja, jelek, lumayan, bagus, luar biasa, dan menyejarah, tulisan ini akan memberikan kesimpulan antologi ini dengan penilaian: bagus. Dengan catatan, Nugroho mempunyai peluang yang besar sekali untuk membuat yang luar biasa jika mengacu pada antologi ini. Kekuatan dalam keragaman cerpennya juga cuma perlu sedikit koreksi, mungkin naturalisme bisa dipertimbangkan untuk menciptakan ruang yang konstruktif bagi tokoh-tokohnya. Judul antologi ini juga agak remeh. Dan apakah sastra Jombang selalu bertutur selembut itu?
Wassalam.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar