Kamis, 09 Desember 2010

Edy Sartimin, Dituduh PKI, Dipenjara 11 Tahun

Edy Sartimin
Pewawancara: Fransiskus Nesten Marbun ST
http://www.hariansumutpos.com/

Koptu Eddy Sartimin, Saksi Gerakan 1 Oktober 1965

Sejarah mencatat gerakan 1 Oktober 1965 diwarnai dengan aksi pembunuhan, penculikan dan tindakan kekerasan lainnya. Tercatat ada tujuh jenderal yang gugur dalam peristiwa itu, demikian juga dengan 3 juta warga Indonesia yang ikut tewas.

Satu dari sekian saksi sejarah yang masih hidup adalah Kopral Satu (Koptu) Eddy Sartimin. Waktu itu, Eddy sebagai anggota TNI Angkatan Darat (AD) yang aktif dan bergabung di kesatuan Yon Reges Sumatera Kompi Bantuan, tahun 1965.

Pria berusia 74 tahun ini semasa aktif bertugas sebagai pengawal Panglima Komando Daerah Sumatera Letjen Ngokoginta di rumahnya Jalan Sudirman Medan. Saat terjadi gerakan 1 Oktober 1965, ada tujuh jenderal tewas karena dibunuh oleh pasukan yang dipimpin Letkol Untung. Untung sendiri merupakan orang dekat dengan Presiden RI Soekarno. Sementara di parlemen waktu itu partai yang berkuasa adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sementara itu, di Medan pasca tewasnya tujuh jenderal itu, maka Jenderal Soeharto memerintahkan seluruh anggota TNI AD untuk menumpas gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di seluruh tanah air, termasuk di Medan. Bahkan saat itu, Letjen Ngokoginta sempat dibawa oleh Linud 100 ke Markas Komando Antardaerah di Jalan Sudiriman. Namun sebelum pergi, Letjen Ngokoginta berpesan kepada seluruh anggota untuk siaga, karena kondisi sedang memanas.

Berikut, petikan wawancara wartawan koran ini Fransiskus Nesten Marbun ST dengan Eddy Sartimin di kantor Koalisi Transparansi Untuk Korban Bencana (KOTIB) Jalan Kenanga, Padang Bulan Medan Jumat (30/9).

Selamat pagi pak, Apa kabar?

Pagi, kabar saya baik-baik saja dan bahkan saat ini saya masih beraktivitas sebagai aktivis di bidang kemanusian. Saya bergabung di Ikatan Untuk Orang Hilang (IKOHI) yang setiap harinya mengurusi orang hilang di Sumatera Utara.

Ada beredar kabar bahwa Anda disebut-sebut sebagai anggota PKI, benar kah itu?

Tidak, mana mungkin saya anggota PKI, sementara saya seorang Anggota TNI AD dan saya sangat patuh kepada komandan saya pada saat bertugas. Bahkan dari keluarga, kami tidak ada yang merupakan anggota PKI. Pertama saya menimpa ilmu di Lagers Herstel School RK Kelas 7 di Medan. Karena 1 tahun 2 kali naik kelas di zaman penjajahan Belanda, kemudian saya belajar bahasa Belanda dan Bahasa Melayu. Setelah umur 20 tahun saya masuk militer Angkatan Darat dan mengikuti Pendidikan Militer, 16 Maret 1957.

Saya juga pernah bertugas di PLP TP Rag 100 hari di Medan tahun 1960, kemudian PLP Raider Kualifiet di Aek Tawar Padang-Sumatera barat, lalu PLP Yon Para Batu jajar Bandung Jawa Barat dalam misi Terjun Payung Ganyang Malaysia.

Kemudian tahun 1962 saya menikah dengan Misnem alias Nung Binti Saliah, dan dikaruniai satu orang anak bernama Susiana. Jadi kapan saya menjadi anggota PKI, itu fitnah namanya.

Lalu kenapa Anda ditangkap dan disiksa sebagai anggota PKI?

Aku tidak tau, asal usulnya sehingga saya dikatakan terlibat dengan PKI. Tetapi pada saat itu sebagai Anggota TNI aktif, saya memang berani dan tegas, jika ada yang salah saya katakan salah dan jika benar maka saya katakan benar, mungkin apa gara-gara itu saya ditangkap dan dikatakan PKI, hingga sekarang pun saya tidak pernah tahu. Tapi bagi saya pribadi, saya bukan PKI melainkan anggota TNI AD yang aktif dan loyal dengan komando.

Lalu apa korelasi antara berani dengan PKI?

Yah, saya juga tidak tahu persis apa itu PKI, namun sepanjang yang saya ketahui PKI itu adalah sebuah partai yang dibangun oleh buruh maupun kaum tani yang merasa dirinya tertindas.

Jadi PKI itu yah partai yang berbasiskan orang-orang miskin, yang berani menentang penindasan. Saat itu memang banyak tani yang menggarap tanah yang luas tetapi milik segelintir orang. Sementara saya sendiri anggota TNI, jadi ndak nyambung kalau saya dikatakan PKI.

Seperti apa penyiksaan yang Anda alami pada saat itu?

Wah, wah, wah….sangat menyedihkan. Kami diberi makan nasi jagung yang dicampur dengan pasir dan pecahan kaca. Sementara itu tidur beralaskan semen, ruangan yang gelap gulita, dikurung tanpa busana dan dipukuli, wah pokoknya sangat menyedihkan, bahkan ada satu orang waktu itu perutnya ditimpa dengan kursi, kemudian diinjak-injak dari atas sehingga kotorannya keluar.

Berapa lama Anda disiksa?

Saya disiksa selama 11 tahun di penjara. Namun penyiksaan paling berat itu selama dua tahun sejak saya ditangkap.

Mengapa itu dilakukan?

Saya kurang tau, mungkin biar puas Jenderal Soeharto, saat itu biar bebas Amerika Serikat masuk ke Indonesia, karena kalau tidak seperti itu SBY-Boediono ini mungkin akan jadi miskin juga seperti saya.

Menurut Anda apa sebenarnya penyebab terjadinya gerakan 1 Oktober 1965 itu sehingga ada instruksi untuk menghabisi PKI?

Setahu saya penyebabnya tidak lain dan tidak bukan, karena banyaknya kepentingan asing di negeri ini seperti Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya yang ingin menguasai kekayaan alam bangsa Indonesia. Namun sejauh itu dihalau oleh Presiden Soekarno. Pada waktu itu, Soekarno terang-terangan menentang Amerika Serikat, dan pernah bilang “Go To Hell With Your Aid”. Artinya pergi kau ke neraka bersama bantuan mu.

Kemudian Soekarno menentang Amerika Serikat lalu menggalang kekuatan di Asia dan Afrika. Malaysia saat itu yang menjadi kaki tangannya Amerika, ditentang juga oleh Soekarno, dengan mengatakan jika Presiden Malaysia Abdul Rahman tidak mau bertemu dengan Soekarno maka dia akan memerintahkan berselisih dengan Malaysia.

Menurut Anda kenapa pada waktu itu Presiden Soekarno berani menentang kaum Asing terutama Malaysia?

Karena, Soekarno mendengar suara rakyat. Dia tahu persoalan rakyat makanya ada istilah Soekarno lebih baik makan daun singkong sendiri daripada keju milik asing, mencanangkan perekonomian yang berdikari ”berdiri di atas kaki sendiri”, tidak seperti sekarang ini berdiri atas bantuan Amerika, kita ini kan bonekanya Amerika. Kita di sini kesusahan, lihat saja mereka kaya-kaya, tetapi seperti itu pun kita senang juga kalau mendengar Amerika, padahal kita tidak tau sebenarnya Amerika itu sangat picik.

Mengapa PKI juga dihancurkan sementara yang menentang Amerika secara langsung kan Soekarno?
Soekarno itu kan pendukung utamanya PKI yang saat itu mendominasi di parlemen dan menteri. Jadi yang pertama dihancurkan itu yah PKI dan simpatisannya, baru kemudian simpatisan Soekarno setelah itu baru Soekarno nya.

Berapa banyak yang menjadi korban saat peristiwa itu?

Kurang lebih 3.000.000 orang, seperti pernah dikatakan Soarwo Edy, Panglima yang menghantam para PKI dan simpatisanya serta simpatisan Soekarno, dan mungkin lebih, tetapi entah dimana mereka sekarang saya kurang tahu.

Bagaimana, nasib para korban tragedi itu sekarang?

Wah, ada yang trauma, ada yang sakit ada yang susah dan banyak juga yang sudah meninggal dunia. Saya masih beruntung tidak meninggal saat itu, dan masih dapat melihat akibat dari peristiwa itu sekarang ini.(*)

Hidup Sebatang Kara

Meskipun sebagai saksi sejarah, kini hidup Eddy Sartimin sebatang kara. Dia tinggal di Jalan Kejaksaan Medan, tepatnya di Kantor Marhaenisme.

Istrinya Misnem sudah meninggal empat tahun yang lalu, sementara anaknya tinggal di Tanjung Morawa Deli Serdang. “Saya hidup sebatang kara di Medan ini,” katanya saat ditemui di Kantor KOTIB di Jalan Bunga Kenanga Medan.

Setiap pagi, Eddy Sartimin mendayung sepedanya menuju kantor kantor KOTIB. Terkadang saat tidak ada kerjaan di kantor KOTIB, Eddy Sartimin kerab bercocok tanam di komplek kantor KOTIB, kebetulan kantor itu luas dan pas untuk bercocok tanam.

“Saya di sini ada nanam ubi kayu. Dan hasilnya saya makan sendiri dan dibagikan kepada kawan-kawan di kantor KOTIB,” ungkapnya.

Dia mengaku senang dan nyaman dengan kehidupannya saat ini. Seolah-olah kenangan masa lalu yang pernah di penjara 11 tahun gara-gara disebut sebagai anggota PKI sirna dengan sendirinya. “Penderitaan ku 11 tahun di penjara itu tidak sebanding dengan kondisi sekarang ini, artinya kehidupaan ini lebih buruk dibanding apa yang saya alami pada waktu itu,” ungkapnya.

Selain bercocok tanam, jika ada gerakan demonstrasi Eddy Sartimin tidak mau ketinggalan. Jiwa aktivisnya sering muncul, dan ikut demo dengan teman-temannya. Dia merasa dengan ikut demo maka hatinya akan puas dan jiwanya menjadi nyaman. Eddy Sartimin berharap, dengan kondisi saat ini pemerintah bisa memulihkan nama baik para korban gerakan 1 Oktober 1965 di mata masyarakat, sehingga hak-hak para korban dapat dipenuhi. (mag-8)


Biodata

Nama : Edy Sartimin
Kelahiran : Medan 22 Agustus 1936
Istri : Misnem
Anak : 1 Orang, Susiana
Pekerjaan: Aktivis Ikatan Orang Hilang (IKOHI)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae