Edy Sartimin
Pewawancara: Fransiskus Nesten Marbun ST
http://www.hariansumutpos.com/
Koptu Eddy Sartimin, Saksi Gerakan 1 Oktober 1965
Sejarah mencatat gerakan 1 Oktober 1965 diwarnai dengan aksi pembunuhan, penculikan dan tindakan kekerasan lainnya. Tercatat ada tujuh jenderal yang gugur dalam peristiwa itu, demikian juga dengan 3 juta warga Indonesia yang ikut tewas.
Satu dari sekian saksi sejarah yang masih hidup adalah Kopral Satu (Koptu) Eddy Sartimin. Waktu itu, Eddy sebagai anggota TNI Angkatan Darat (AD) yang aktif dan bergabung di kesatuan Yon Reges Sumatera Kompi Bantuan, tahun 1965.
Pria berusia 74 tahun ini semasa aktif bertugas sebagai pengawal Panglima Komando Daerah Sumatera Letjen Ngokoginta di rumahnya Jalan Sudirman Medan. Saat terjadi gerakan 1 Oktober 1965, ada tujuh jenderal tewas karena dibunuh oleh pasukan yang dipimpin Letkol Untung. Untung sendiri merupakan orang dekat dengan Presiden RI Soekarno. Sementara di parlemen waktu itu partai yang berkuasa adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sementara itu, di Medan pasca tewasnya tujuh jenderal itu, maka Jenderal Soeharto memerintahkan seluruh anggota TNI AD untuk menumpas gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di seluruh tanah air, termasuk di Medan. Bahkan saat itu, Letjen Ngokoginta sempat dibawa oleh Linud 100 ke Markas Komando Antardaerah di Jalan Sudiriman. Namun sebelum pergi, Letjen Ngokoginta berpesan kepada seluruh anggota untuk siaga, karena kondisi sedang memanas.
Berikut, petikan wawancara wartawan koran ini Fransiskus Nesten Marbun ST dengan Eddy Sartimin di kantor Koalisi Transparansi Untuk Korban Bencana (KOTIB) Jalan Kenanga, Padang Bulan Medan Jumat (30/9).
Selamat pagi pak, Apa kabar?
Pagi, kabar saya baik-baik saja dan bahkan saat ini saya masih beraktivitas sebagai aktivis di bidang kemanusian. Saya bergabung di Ikatan Untuk Orang Hilang (IKOHI) yang setiap harinya mengurusi orang hilang di Sumatera Utara.
Ada beredar kabar bahwa Anda disebut-sebut sebagai anggota PKI, benar kah itu?
Tidak, mana mungkin saya anggota PKI, sementara saya seorang Anggota TNI AD dan saya sangat patuh kepada komandan saya pada saat bertugas. Bahkan dari keluarga, kami tidak ada yang merupakan anggota PKI. Pertama saya menimpa ilmu di Lagers Herstel School RK Kelas 7 di Medan. Karena 1 tahun 2 kali naik kelas di zaman penjajahan Belanda, kemudian saya belajar bahasa Belanda dan Bahasa Melayu. Setelah umur 20 tahun saya masuk militer Angkatan Darat dan mengikuti Pendidikan Militer, 16 Maret 1957.
Saya juga pernah bertugas di PLP TP Rag 100 hari di Medan tahun 1960, kemudian PLP Raider Kualifiet di Aek Tawar Padang-Sumatera barat, lalu PLP Yon Para Batu jajar Bandung Jawa Barat dalam misi Terjun Payung Ganyang Malaysia.
Kemudian tahun 1962 saya menikah dengan Misnem alias Nung Binti Saliah, dan dikaruniai satu orang anak bernama Susiana. Jadi kapan saya menjadi anggota PKI, itu fitnah namanya.
Lalu kenapa Anda ditangkap dan disiksa sebagai anggota PKI?
Aku tidak tau, asal usulnya sehingga saya dikatakan terlibat dengan PKI. Tetapi pada saat itu sebagai Anggota TNI aktif, saya memang berani dan tegas, jika ada yang salah saya katakan salah dan jika benar maka saya katakan benar, mungkin apa gara-gara itu saya ditangkap dan dikatakan PKI, hingga sekarang pun saya tidak pernah tahu. Tapi bagi saya pribadi, saya bukan PKI melainkan anggota TNI AD yang aktif dan loyal dengan komando.
Lalu apa korelasi antara berani dengan PKI?
Yah, saya juga tidak tahu persis apa itu PKI, namun sepanjang yang saya ketahui PKI itu adalah sebuah partai yang dibangun oleh buruh maupun kaum tani yang merasa dirinya tertindas.
Jadi PKI itu yah partai yang berbasiskan orang-orang miskin, yang berani menentang penindasan. Saat itu memang banyak tani yang menggarap tanah yang luas tetapi milik segelintir orang. Sementara saya sendiri anggota TNI, jadi ndak nyambung kalau saya dikatakan PKI.
Seperti apa penyiksaan yang Anda alami pada saat itu?
Wah, wah, wah….sangat menyedihkan. Kami diberi makan nasi jagung yang dicampur dengan pasir dan pecahan kaca. Sementara itu tidur beralaskan semen, ruangan yang gelap gulita, dikurung tanpa busana dan dipukuli, wah pokoknya sangat menyedihkan, bahkan ada satu orang waktu itu perutnya ditimpa dengan kursi, kemudian diinjak-injak dari atas sehingga kotorannya keluar.
Berapa lama Anda disiksa?
Saya disiksa selama 11 tahun di penjara. Namun penyiksaan paling berat itu selama dua tahun sejak saya ditangkap.
Mengapa itu dilakukan?
Saya kurang tau, mungkin biar puas Jenderal Soeharto, saat itu biar bebas Amerika Serikat masuk ke Indonesia, karena kalau tidak seperti itu SBY-Boediono ini mungkin akan jadi miskin juga seperti saya.
Menurut Anda apa sebenarnya penyebab terjadinya gerakan 1 Oktober 1965 itu sehingga ada instruksi untuk menghabisi PKI?
Setahu saya penyebabnya tidak lain dan tidak bukan, karena banyaknya kepentingan asing di negeri ini seperti Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya yang ingin menguasai kekayaan alam bangsa Indonesia. Namun sejauh itu dihalau oleh Presiden Soekarno. Pada waktu itu, Soekarno terang-terangan menentang Amerika Serikat, dan pernah bilang “Go To Hell With Your Aid”. Artinya pergi kau ke neraka bersama bantuan mu.
Kemudian Soekarno menentang Amerika Serikat lalu menggalang kekuatan di Asia dan Afrika. Malaysia saat itu yang menjadi kaki tangannya Amerika, ditentang juga oleh Soekarno, dengan mengatakan jika Presiden Malaysia Abdul Rahman tidak mau bertemu dengan Soekarno maka dia akan memerintahkan berselisih dengan Malaysia.
Menurut Anda kenapa pada waktu itu Presiden Soekarno berani menentang kaum Asing terutama Malaysia?
Karena, Soekarno mendengar suara rakyat. Dia tahu persoalan rakyat makanya ada istilah Soekarno lebih baik makan daun singkong sendiri daripada keju milik asing, mencanangkan perekonomian yang berdikari ”berdiri di atas kaki sendiri”, tidak seperti sekarang ini berdiri atas bantuan Amerika, kita ini kan bonekanya Amerika. Kita di sini kesusahan, lihat saja mereka kaya-kaya, tetapi seperti itu pun kita senang juga kalau mendengar Amerika, padahal kita tidak tau sebenarnya Amerika itu sangat picik.
Mengapa PKI juga dihancurkan sementara yang menentang Amerika secara langsung kan Soekarno?
Soekarno itu kan pendukung utamanya PKI yang saat itu mendominasi di parlemen dan menteri. Jadi yang pertama dihancurkan itu yah PKI dan simpatisannya, baru kemudian simpatisan Soekarno setelah itu baru Soekarno nya.
Berapa banyak yang menjadi korban saat peristiwa itu?
Kurang lebih 3.000.000 orang, seperti pernah dikatakan Soarwo Edy, Panglima yang menghantam para PKI dan simpatisanya serta simpatisan Soekarno, dan mungkin lebih, tetapi entah dimana mereka sekarang saya kurang tahu.
Bagaimana, nasib para korban tragedi itu sekarang?
Wah, ada yang trauma, ada yang sakit ada yang susah dan banyak juga yang sudah meninggal dunia. Saya masih beruntung tidak meninggal saat itu, dan masih dapat melihat akibat dari peristiwa itu sekarang ini.(*)
Hidup Sebatang Kara
Meskipun sebagai saksi sejarah, kini hidup Eddy Sartimin sebatang kara. Dia tinggal di Jalan Kejaksaan Medan, tepatnya di Kantor Marhaenisme.
Istrinya Misnem sudah meninggal empat tahun yang lalu, sementara anaknya tinggal di Tanjung Morawa Deli Serdang. “Saya hidup sebatang kara di Medan ini,” katanya saat ditemui di Kantor KOTIB di Jalan Bunga Kenanga Medan.
Setiap pagi, Eddy Sartimin mendayung sepedanya menuju kantor kantor KOTIB. Terkadang saat tidak ada kerjaan di kantor KOTIB, Eddy Sartimin kerab bercocok tanam di komplek kantor KOTIB, kebetulan kantor itu luas dan pas untuk bercocok tanam.
“Saya di sini ada nanam ubi kayu. Dan hasilnya saya makan sendiri dan dibagikan kepada kawan-kawan di kantor KOTIB,” ungkapnya.
Dia mengaku senang dan nyaman dengan kehidupannya saat ini. Seolah-olah kenangan masa lalu yang pernah di penjara 11 tahun gara-gara disebut sebagai anggota PKI sirna dengan sendirinya. “Penderitaan ku 11 tahun di penjara itu tidak sebanding dengan kondisi sekarang ini, artinya kehidupaan ini lebih buruk dibanding apa yang saya alami pada waktu itu,” ungkapnya.
Selain bercocok tanam, jika ada gerakan demonstrasi Eddy Sartimin tidak mau ketinggalan. Jiwa aktivisnya sering muncul, dan ikut demo dengan teman-temannya. Dia merasa dengan ikut demo maka hatinya akan puas dan jiwanya menjadi nyaman. Eddy Sartimin berharap, dengan kondisi saat ini pemerintah bisa memulihkan nama baik para korban gerakan 1 Oktober 1965 di mata masyarakat, sehingga hak-hak para korban dapat dipenuhi. (mag-8)
—
Biodata
Nama : Edy Sartimin
Kelahiran : Medan 22 Agustus 1936
Istri : Misnem
Anak : 1 Orang, Susiana
Pekerjaan: Aktivis Ikatan Orang Hilang (IKOHI)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar