Jumat, 19 November 2010

Rekonstruksi Sejarah dalam Teks Sastra

Tjahjono Widijanto *
http://www.infoanda.com/Republika

Sastrawan sebagai kreator senantiasa berada pada dua titik ketegangan. Satu titik ia tidak dapat hidup di luar kenyataan, di titik yang lain ia tidak dapat menerima kenyataan. Teks sastra akibatnya harus hadir sebagai sebuah proses yang pada waktu bersamaan bersifat mengagungkan sekaligus mengingkari.

Karya sastra menjumpai pembaca untuk menyajikan sebuah realitas ideologis dengan merujuk pada realitas kongkret yang dialami oleh pengarang dan masyarakat pembacanya. Bisa jadi realitas ideologis merupakan counter atau tandingan dari realitas kongkret yang sedang terjadi.

Dalam menyajikan realitas ideologis paling tidak ada dua pilihan yang dapat ditempuh sastrawan. Ada sastrawan yang mencoba secara langsung memberikan penggambaran atau menawarkan penyosokan realitas yang belum pernah dialami masyarakat pembaca di zamannya. Sebagai contoh, roman Layar Terkembang. Roman ini jelas-jelas menjumpai pembacanya untuk menghadapi kenyataan baru yang sedang diidealkan dan diperjuangkan oleh pengarangnya, yakni perjuangan untuk merombak sistem nilai yang ditopang oleng adat, perilaku, dan sistem kekeluargaan ke arah manifestasi sistem sosial-budaya yang lebih egaliter dan ideal.

Tokoh Tuti dalam roman tersebut adalah wanita ‘ajaib’ yang belum pernah dijumpai pembacanya dalam realitas kongkret masa itu. Layar Terkembang tidak saja suatu manifestasi bentuk tetapi lebih merupakan manifestasi idealisme tentang manusia Indonesia baru yang digagas oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Penawaran realitas ideologis dengan cara ini dapat pula dijumpai dalam novel Burung-burung Rantau (JB Mangunwijaya), Para Priyayi (Umar Khayam), atau Saman (Ayu Utami). Pilihan atau cara kedua, realitas ideologis disampaikan dengan memanfatkan peristiwa kesejarahan. Pengarang tidak mengambil posisi yang linier dengan sejarah “resmi” yang dianggap syah dan benar oleh penguasa atau masyarakat umum, tetapi justru mengambil posisi berseberangan dengan sejarah “resmi”.

Pada pilihan ini pengarang mengolah bahan-bahan sejarah lebih eksploratif. Sejarah “resmi” yang sudah ada tidak dianggap sebagai realitas tunggal yang mesti benar dan sahih, pengarang cenderung mengolah sejarah itu sebagai salah satu realitas yang harus dipertanyakan kembali. Bahkan dalam mengolah bahan sejarah itu seringkali pengarang menampilkan tokoh yang dalam sejarah “resmi” tidak diperhitungkan sama sekali. Tetapi justru dengan mengankat tokoh dari peristiwa yang tidak dipandang sebelah mata itu pengarang menggugat ketunggalan sejarah dengan merekontruksi sejarah sekaligus menyampaikan sebuah realitas ideologis.

Dalam merekontruksi sejarah melaui teks sastra pengarang tidak mendekati sejarah melalui pendekatan monumental tetapi lebih cenderung pada pendekatan antikurian dan pendekatan kritis. Melalui pendekatan antikurian, pengarang tidak memandang sejarah semata-mata sebagai penyimpan peristiwa-peristiwa besar kemanusiaan dari masa lalu supaya tidak ditelan waktu, namun lebih terfokus memandang sejarah sebagai sebuah kesadaran identitas lampau yang berkesinambungan dan memberikan arah masa depan.

Sedangkan dengan pendekatan kritis, pengarang membuka kemungkinan untuk menguji, mengkaji ulang, dan menafsirkan kembali peristiwa masa lampau untuk kepentingan masa datang. Sejarah diperlakukan sebagai suatu organesme yang berkembang dan lahir kembali sebagai sebuah siklus alamiah peradaban manusia yang dapat menjadi persoalan abadi bagi manusia sebagai pembentuk peradaban.

Rekontruksi sejarah yang dilakukan pengarang pada dasarnya ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa dalam menilai masa lampau selalu ada dua hal yang saling mempengaruhi. Pertama, hubungan kita dengan masa kini. Dan kedua, tanggapan kita terhadap masa lampau. Ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap masa kini dapat menyebabkan kita mengidealkan masa lampau, atau dengan kata lain, kita kembali ke masa lampau untuk menyadarkan akan ketaksempurnaan dan kebobrokan masa kini.

Masa lalu dapat menjadi cermin untuk mematut diri di masa kini sekaligus menjadi kitab referensi menghadapi masa yang akan datang, meskipun tentu saja referensi ini tidak bersifat formal, kaku dan absolut tetapi lebih menghadirkan subtansial-subtansial masalah yang mungkin terulang dalam wujud material yang berbeda.

Dengan demikian oleh sastrawan sejarah tidak dibeberkan sebagai fakta telanjang seperti halnya kelompok annals dari Perancis yang memandang sejarah terbatas pada hubungan waktu dan kronologis semata-mata. Tidak hanya memandang sejarah sebagai past significane (hanya penting untuk peristiwa masa lampau), tetapi secara kreatif mencoba memandang sejarah dengan hubungannya dengan masa kini (present meaning) bahkan pada masa yang kelak akan datang.Hal ini tampak pada novel-novel karya-karya Pramoedya Ananta Toer dan generasi yang lebih muda, Gus TF Sakai dengan novel Tambo.

Pada novel Arus Balik, Pramoedya mengambil setting masa transisisi pemerintahan Demak ke Pajang. Penguasa Demak saat itu Sultan Trenggana, memindahkan ibukota dari daerah pesisi ke pedalaman. Hal inilah yang menurut pemikiran Pram merupakan turning point kemunduran kebudayaan Jawa dan kebesaran Majapahit.

Kebudayaan Jawa yang di masa Majapahit dan dilanjutkan Demak sampai pemerintahan Patiunus sebenarnya merupakan produk kebudayaan laut atau maritim yang dinamis dan terbuka berubah menjadi kebudayaan agraris yang cenderung statis dan tertutup Dalam Arus Balik tokoh Sultan Trenggana yang dalm sejarah “resmi” dianggap sebagai hero justru oleh Pram dianggap sebagai biang keladi kemunduran generasi berikutnya yang mengakibatkan kebudayaan Jawa mengalami stagnasi.

Sedangkan dalam novel Tambo, Gus Tf Sakai mencoba menunjukkan bahwa sejarah yang meskipun merupakan masa lampau terpisah dari masa kini bukanlah sesuatu yang tidak berhubungan. Sesuatu yang terjadi pada masa lampau secara subtansial dapat saja terjadi dan dialami masa kini atau masa datang.

Dengan begitu, masa lampau sebenarnya tidak terpisah secara mutlak dari masa kini, ada benang halus yang menjembataninya yang mungkin saja benang halus itu berubah menjadi tali besar sehingga masa lampau itu berubah kembali kongkrit pada masa kini.

Kesinambungan masa lalu dan masa kini diperlihatkan pada diri tokoh Sutan yang memiliki dua masa, masa lalu dan masa kini. Sutan masa lalu bernama Sutan Balun adik Sutan Marajo Basa atau Adityawarman raja Minangkabau bertemu dalam alam mimpi dengan Sutan masa kini — Sutan Rido mahasiswa ‘abadi’ yang gelisah mencari akar sejarah dan identitas budayanya. Sutan Rido yang hidup pada masa kini mencoba menelusuri dan membangun sejarah masa lampaunya kembali melalui tokoh Sutan Balun. Terjadilah refleksi atau kilas balik sejarah kebudayaan dan peradabanyang digambarkan melalui perjuangan Sutan Balun membentuk peradaban baru Minangkaubau masa lampau.

Dalam novel Tambo diperlihatkan bagaimana sebuah sistem budaya lahir melalui proses pertukaran dan pengaruh-mempengaruhi antara budaya-budaya yang berlainan. Melalui dialog tokoh Sutan Balun dengan kakaknya Sutan Marajo Basa dipertemukan dua paham kebudayaan yang bertolak belakang. Sutan Marajo yang sejak kecil dibesarkan di Jawa (Majapahit) menganut paham sentralistik, sentripetal, dan otoriter dengan tumpuan pada pemujaan kekuatan perang berhadapan dengan konsep Sutan Balun yang lebih berpola desentralistik, sentrifugal dan egaliter.

Melalui diaolog tokoh-tokohnya, novel Tambo mengingatkan pada kita bahwa bipolarisme budaya dan warna lokal merupakan sebuah kewajaran, karena itu mestinya tidak perlu ditanggapi secara subyektif, emosional, politis dan dianggap “sara”, tetapi justru harus ditanggapi secara rasional, kritis dan intelektual.

Dengan begitu, secara kritis dan rasional dapat dikaji sisi-sisi kelemahan dan keunggulan kutub-kutub budaya serta signifikansinya bagi sebuah pertemuan dan dialektika antar-budaya yang fair dan balance.

*) Penyair dan pengamat sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae