Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
Terus terang matahari terang, aku menimba kenekatan darinya. Salah satu tulisanku yang terinspirasi olehnya bertitel “Realitas Masa Depan” di dalam buku “Trilogi Kesadaran”, pun ke bentukan lain mewarnai jiwaku.
Sedari angin ribut fenomenologi atau problematik filosofis Husserl dan metafisika tukang kisah Hegel, sampai hasrat selingkuh Heidegger. Sartre menciptakan kitab berlabel “The Psychology of Imagination” yang dituntaskan dalam tahanan Nazi, lantas mengarahkan pandanganya kepada Karl Marx, demi menjejakkan Eksistensialisme di muka bumi.
Yang diterbitkan Bentang di tahun 2000, diindonesiakan Silvester G. Sukur dengan judul Psikologi Imajinasi. Ialah gugusan gagasan yang menggerakkan diriku, menggemuli realitas dibalik kebendaan. Mendorongku menghatamkan soal-soal kerahasiaan pribadi, yang kian penuh percaya.
Jean-Paul Sartre lahir di Paris 12 Juni 1905, ayahnya perwira angkatan Laut Prancis, meninggal ketika Sartre berusia 12 tahun, sejak itu sudah mengakui ketiadaan Tuhan, sambil melahap perpustakaan kakeknya. Pada 1924, memasuki École Normale Supérieure, perguruan tinggi terselektif di Prancis, lulus meraih gelar Agregation The Philosophie 1929.
Bertemu Simone de Beauvoir, mahasiswi filsafat pada Universitas Sorbonne, lalu hidup serumah tanpa ikatan perkawinan. Bebijian filosofisnya disebar-luaskan ke ladang-ladang roman, sandiwara, karangan jurnalistik, sampai studi psikologi. Berkat bukunya “Les Mots,” mendapatkan hadiah Nobel Sastra, namun ditolaknya di tahun 1964.
Nietzsche, Sartre, pun orang-orang sejenis, alias warga kampus yang nekat dalam tuturan karyanya, paling aku sukai. Dengan begitu, mereka tak terpegangkap dalil-dalil akademis. Ketakpuasan itu malah menjebol krannya hingga menyemburkan mataair orisinalitas yang digelisahi, di dalam mengarungi naik-turunnya gelombang hayati.
Ku akui sedikit kesulitan berhadapan dengan Sartre sebagai obyek pembicaraan, sebab nyata selalu kurasai tak sekadar menatapi cermin atau bayangan tubuh di air sungai, tetapi lebih. Seakan membaca diri sendiri, menyimak hasrat serta letupan-letupannya menerbitkan kekuasaan berbahasa mandiri.
Setelah kemarin aku mewedarkan Absurditas Camus, kini kucoba mengurai Eksistensialisme Sartre. Soal nalar dan yang mengintrikinya, hampir setiap waktu aku bolak-balik antara Camus-Sartre. Bobot kedua orang ini kukira sama, pembelot, penganalisa hidup, merombak tatanan menata kepribadian intim berulang-kali. Serupa menulis di pantai berpasir kerap tersapu ombak, atau menyusun koin ibarat bocah yang dibuyarkannya sendiri demi keasyikan bermain.
Sisi tertentu, aku umpamakan saudara kembar yang ditakdirkan saling menghidupi laju pengetahuan. Kadang diriku mengalami kebingungan, Sartre kah yang kuhadapi atau Camus? Sampai suatu ketika ingin sangat menuliskan dialog imajiner mereka dikala pertemuan pada 2 Juni 1943, tepatnya berpisahnya faham di atas kedua tokoh tersebut.
Di sana aku lenyap, mereka pun lebur disaat melantunkan capaian-capaiannya, tersebab kata-kata merupakan wajah tersembunyi, mata seselidik hantu dan tuannya keinginan-keinginan membangun juga dapat menjadi hasrat perusak. Bagi Camus, jalan menuju kematian itu kesadaran, sedangkan Sartre punya anggapan, imajinasi ialah kesadaran.
Dalam usia dua belas tahun, kesepian ditinggal mati bapaknya, yang kerap mengolok-olok sikap religius ibundanya. Sartre menatapkan wajah ke buku-buku, membetulkan keyakinan, menyikapi soal sehari-hari demi menajamkan warna disukai. Kesunyian ini laksana tembok dingin membisu pengab ditumbuhi jamur-jamur pemikiran akan cakrawala kebebasan, dari ruang yang mengungkung kesendirian beserta mimpi berseliweran di lelangitan kamar.
Keheningan terisi sosok-sosok penyongkel peradaban, disertai suara-suara ganjil yang kelak menyempurnakan karyanya. Seakan keluar-masuk lubang kunci mengendarai cahaya, dan setiap ruang didiami, menawarkan kenikmatan berbeda. Pula bayangan tentang Peter atau Si Fulan itu, mengajarkan banyak hal yang nantinya diajak berdialog lebih serius, merambai kejiwaan manusia, pada tulisan-tulisan awalnya.
Sartre menggerayangi alam imajinasi, hingga terkuak lelapisan kesadaran, nafas-nafas insan berinteraksi atas dirinya dalam lingkaran sosial yang digumuli. Memasuki lorong-lorong dihidupi wewarna bayangan, menampilkan informasi terpenting jenjang penalaran, kala berhadapan obyek-obyek tengah terbangun, sedari bentukan benda- mulanya.
Yang digagaskan sebahan-bahan mentah bagi pondasi psikologi menentukan batas-batas pengalaman dengan lamunan, untuk hati kritis ini membahayakan. Tengoklah betapa keyakinan, iman terpancar segugusan masa depan, digoyang lewat berbagai hantu-hantu imaji, ataukah benar di atas tanjung kesaksian?
Aku anggap persoalan merisaukan sedari kegelisahannya menentukan, apakah umat manusia sudah sampai tetahap keilmuan mandiri, proses refleksinya sehabis menyetubuhi yang dihadapi. Ia tebarkan jala-jala kemungkinan, tercapai pengetahuan yang dapat disadap berbagai perkiraan, studi masa datang, antara wilayah kesadaran, di antaranya dan yang melampaui.
Persoalan mental tersebut, mengerubungi kerahasian anak-anak manusia menerbitkan penyesuaian-penyesuaian dalam kasus mengintriki jiwanya, disaat melayarkan sampan pelita hati-fikirannya. Kalau kumasukkan ke daerah puitik; bahasa yang dihadirkan kata-kata memiliki tingkatan kelas berbeda untuk menggiring para pembacanya. Dengan menampilkan corak duduk misalnya, penerimaan harus disesuaikan. Jika ingin menangkap seluruh magnetik dari tekanan nada-nada di dalamnya.
Olehnya sangat kentara dilihat dari bentukan sebuah karya, apakah warnanya selaras, atau njomplang tidak beraturan menimbulkan kesan dipaksakan. Di sini guna merambahi kejiwaan disamping sejarah yang diwedarkannya. Ruang-waktu mengandung perbagai rerupa, juga aturan tertentu bisa dijadikan patokan dari perasaan bernalar pada derajat imajinasi yang diterbangkan. Lantas tersembullah capaian kesepakatan ataupun penolakan, di atas jiwa-jiwa berbeda dalam dunia yang sama.
Para seniman yang bergerak di seni rupa, wujud olahan ciptanya dapat mudah ditangkap apa saja imajinasi yang merambahi kepalanya. Meski dalam karya bercorak realis, adanya penumpukan, dan manipulasi-manipulasi diperhalus oleh tingkatan kesabaran menunggui masa-masa kering cat minyak, pada wajah kanvas misalkan di dalam dunia lukisan.
Atau nalar-nalar koreografer tari menyuguhkan pernik-pernik balutan cahaya, di panggung menampilkan alam kesadaran. Yang menentukan nafasan penonton dalam ruang bacaan, jika disebutkan sebagai dimensi kalimah suatu karya sastra, serta sejenisnya.
Ini mengundang bersela tidaknya penikmat, dan dapat diambil garis lurus. Bahwa pecahan hidup, remuk-redam ditumbuki namanya gagasan, setelah melampaui teka-teki kenyang-laparnya kepribadian di hadapan meja kehidupan.
Secara sederhana, Sartre sudah hatamkan perihal kehalusan pribadi. Apa pun melatarbelakangi tetingkatan kesadarannya bernalar-berimajinasi, sebelum menentukan jawaban dalam ide besarnya, atas bintang “The Psychology of Imagination.”
Akibat tekanan pada usia belia, diejek kawan-kawan sebaya sebab lemah fisiknya, jiwanya terpaksa memasuki selubung rerahasia di atas. Itu terulang kembali mencipta perpecahan dirinya dengan Albert Camus yang absurd dimasa depannya. Seakan adanya bara api keabadian ditebarkan para surealis sebelumnya di ubun-ubunnya. Menjalar menerus di setiap cecabang penalaran bersatu jiwa, puncaknya menegakkan eksistensialisme.
Hasrat Sartre tak berjenis kelamin, alias diperluas tidak sekadar menyokong salah satunya; apakah maskulin atau feminin, atas faham didengungkannya. Tapi menyorongkan keduanya dapat eksis, oleh fitroh masing-masing. Atau pun kebetulan-kebetulan naluri disoroti cahaya gemilang dengan ujaran terkenalnya; “L’homme est condamné à être libre.” atau “human is condemned to be free.”
Ada semacam dendam bawaan berenergi positif mengupas ragawi insan, ini menjadikan peneletian sepenuh hayatnya. Mempersembahkan keseluruhan bangsa, ataupun bahasa imajinasinya, merasuki dialektika filosofis berargumentasi laksana racun merambati daging-darah kesadaran jaman.
Ia tak memakai kursi pengkhotbah di mimpir kemanusiaan, tapi dengan keasyikan gila senantiasa merasai keseluruhan indra, sampai terlupakan batas sesungguhnya dari sebuah papan datar penalaran. Namun tidakkah di sini keimanan, keyakinan diolek-olek dan kita dipaksa menelan kata-kata; “Apakah sebenarnya yang menggejala dalam diri manusia?”
Pola ini terbentuk tidak kurang hasil cetakan sang bapak yang selalu menghantui lelangkahnya, disamping ruang padat perpustakaan kakeknya, seorang guru besar pada Universitas Sorbonne tersebut.
Akhirnya, sikap penolakan terhadap anugerah Nobel sastra, menyempurnakan nilai-nilai ditancapkan pada keseluruhan hayatnya tetap eksis, dalam kehidupan yang berjubel imaji.
13 November 2010, Lamongan, Jawa.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar