Jumat, 22 Oktober 2010

CHAIRIL ANWAR, Dia Mau Hidup Seribu Tahun lagi

Veven Sp. Wardhana
http://majalah.tempointeraktif.com/

KETIKA Chairil Anwar menulis larik sajaknya dalam puisi Yang Terempas dan yang Putus, “di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.), sampai juga deru angin”, banyak orang yang membacanya yakin bahwa penyair ini mempunyai kekuatan paranormal: dia bisa meramalkan bahwa dirinya akan meninggal dunia.

Karet memang nama sebuah kompleks pemakaman di Jakarta, dan Chairil memang segera mengembuskan napas terakhirnya pada 28 April 1949; sementara puisi tersebut ditulis pada tahun yang sama. Chairil adalah legenda. Cerita lain tampak dalam peristiwa yang kemudian dikisahkan kembali oleh Evawani Alissa, satu-satunya anak Chairil—yang ditinggal mati saat usianya baru 10 bulan.

Dalam sebuah percakapan dengan Hapsah Wiriaredja, ibu Evawani, Chairil berucap bahwa jika umurnya bakal panjang, dirinya akan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, jika usianya pendek, sebagaimana kata Chairil, “Anak-anak sekolah akan berziarah ke kuburku menabur bunga.”

Chairil tidak salah. Usianya memang pendek. Dihitung dari tanggal lahirnya, 26 Juli 1922, umurnya tak sempat genap 27 tahun. Soal anak-anak sekolah, esensinya, dia juga benar: namanya menjadi hafalan wajib dan sajak-sajaknya menjadi bacaan wajib, terutama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Soal ziarah dan menabur bunga, tampaknya tak harus dimaknakan secara harfiah.

Yang jelas, hingga kini tanggal kematiannya diam-diam telah dijadikan sebagai patokan Hari Sastra Nasional. Dari sejumlah sajaknya telah lahir sejumlah juara baca puisi dan deklamasi, mengingat salah satu puisi wajibnya kerap diambil dari karya Chairil.

Juga dari sajak-sajaknya—tercatat ada 70 puisi asli, di samping 10 puisi terjemahan, empat puisi saduran, empat prosa terjemahan, dan enam prosa asli, termasuk naskah pidato—telah pula terlahirkan sejumlah sarjana, baik sarjana sastra maupun sarjana psikologi sebagaimana sosiolog Arief Budiman, yang kemudian membukukan skripsinya: Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (1976).

Masih berkait dengan pelegendaan atas dirinya, berbagai tingkah laku Chairil menjadi semacam acuan bagi para seniman yang selama ini menganggap kehidupan Chairil tidak pernah tertata: pakaian lusuh, wajah kotor, dekat dengan berbagai kalangan, dan berkarib dengan berbagai penyakit. Juga tentang gaya hidupnya yang tak teratur yang kemudian membuatnya akrab dengan beragam penyakit.

Anak angkat Sutan Takdir pernah menemukan tubuh Chairil sedang tergolek tanpa alas sama sekali di sebuah ujung gang. Asrul Sani, karibnya, juga pernah mengisahkan bagaimana sahabatnya itu berniat mencuri sebuah buku filsafat di sebuah toko buku, sementara yang tercuri ternyata malah kitab Injil—karena keduanya sama-sama tebal dan sampulnya sama-sama berwarna hitam.

Namun, untuk gaya berpakaian yang dikesankan kacau, Asrul Sani menyangkal dengan menginformasikan bahwa dalam berpakaian, Chairil bahkan terkesan dandy: Leher kemeja senantiasa kaku dikanji saat dicuci dan pakaiannya selalu rapi terseterika. Begitulah legenda. Dia menjadi keniscayaan bagi sosok yang dianggap tertempatkan dalam posisi lebih tinggi.

Tentu, tak sebatas tingkah fisikal yang pantas dicatat. Sajak-sajaknya dianggap sebagai representasi pemberontakan terhadap tatanan yang berlaku masa itu. Dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern sendiri, Chairil memberontak terhadap pola estetika sastra yang dihasilkan babakan sebelumnya, yakni Angkatan Pujangga Baru, yang dimotori Sutan Takdir Alisjahbana.

Bahwa pada era sebelumnya penyair Roestam Effendi juga ingin melakukan yang sama, yakni dengan mendendangkan “Untaian seloka lama beta buang, beta singkiri…”, toh Chairil tidak ingin terjebak pada pemberontakan, tapi tetap dengan menggunakan idiom yang diberontaki.

Chairil tidak mendayu-dayu lewat kata-kata “beta” dan sejenisnya, tapi dia bahkan dengan tegas dan tajam menunjuk diri: “aku!”—yang kemudian juga menjadi larik-larik legendaris seperti dalam sajak Aku, yang awalnya bertajuk Semangat itu:

“Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Aku mau hidup seribu tahun lagi” Ada yang menyebut sebagian besar sajaknya cenderung sebagai sajak podium—yang terasa lebih klop saat dibacakan di hadapan khalayak—ketimbang sajak kamar, yang lebih pas jika dibaca sendiri-sendiri dan membuhulkan interpretasi sendiri-sendiri di antara pembacanya.

Justru karena itulah sajak-sajak podiumnya memberi sumbangan besar bagi sajak-sajak yang ditulis Angkatan 66, atau sajak-sajak pamflet Rendra, serta umumnya sajak-sajak protes masa mutakhir, sehingga semuanya tidak terasa sebagai loncatan yang ahistoris.

Terlepas dari pemilahan dua terminologi ini, selain Chairil sendiri juga menghasilkan sajak-sajak kamar—juga tanpa harus membedakan keduanya dalam urusan dan urutan kualitas—pilihan kata yang dimanfaatkan Chairil menjadi pembeda dengan sastrawan seangkatan.

Di tangannya, bahasa Indonesia menjadi lebih hidup, lebih punya vitalitas, lebih cerdas, dan tiada ruang kosong di antara pilihan-pilihan kata itu. Satu hal yang kemudian teracuni oleh bahasa para pejabat pemerintah yang membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penuh hipokrisi.

Pemberontakan Chairil tak sebatas pada ungkapan estetik sastra. Dalam keseharian, sekalipun dia berbapak-ibu asal Minangkabau, dia menolak dipanggil dengan sebutan “uda”. Dia memilih agar dirinya dipanggil “nini”. Itu pula yang pernah dipesankan kepada istrinya agar anak mereka pun memanggil dengan sebutan versinya itu, kendati anak mereka tak sempat memenuhi permintaan itu karena ayahnya keburu dipanggil menghadap Tuhan gara-gara TBC, tifus, dan penyakit lainnya keburu menggerogotinya.

Sejumlah naskahnya yang diniatkan untuk membayar obat dan biaya perawatan dokter—termasuk karya saduran yang kemudian diakui sebagai gubahannya sendiri, agar honornya lebih tinggi—ternyata juga tak mampu membendung gerogotan maut.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae