Kamis, 09 September 2010

Umar Kayam dan Lebaran

Pamusuk Eneste
http://www.suarapembaruan.com/

Umar Kayam bukanlah cerpenis yang produktif. Kumpulan cerpennya yang pertama, Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Pustaka Jaya, 1972) hanya berisi 6 cerpen. Keenam cerpen ini kemudian dimuat kembali dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah dan Cerita Pendek Lainnya (Pustaka Jaya, 1986) bersama 4 cerpen yang lain (”Sri Sumarah”, “Bawuk”, “Musim Gugur Kembali di Connecticut”, dan “Kimono Biru buat Istri”).

Kumpulan cerpen Umar Kayam terakhir, Lebaran di Karet, di Karet … (Penerbit Kompas, 2002) — yang terbit setelah Umar Kayam meninggal — memuat 13 cerpen. Ternyata 8 dari 13 cerpen itu pernah diterbitkan dalam kumpulan cerpen Umar Kayam, Parta Krama (Yayasan untuk Indonesia, 1997). Dari 5 cerpen yang ditambahkan (”Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, “Sardi”, dan “There Goes Tatum”), ternyata satu cerpen pernah dimuat dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah, yaitu “There Goes Tatum”.

Jadi, selama 30 tahunan usia kepengarangannya, Umar Kayam hanya menulis 22 cerpen (cerpen “There Goes Tatum” dimuat dalam Sri Sumarah dan Lebaran di Karet, di Karet …) ditambah dua novel, Para Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (1999).

Duka Lebaran

Delapan dari 13 cerpen yang terkumpul dalam Lebaran di Karet, di Karet … berkisah seputar Lebaran dengan segala lika-likunya. Kedelapan cerpen itu adalah “Ke Solo, ke Njati”, “Ziarah Lebaran”, “Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Marti”, “Mbok Jah”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, dan “Sardi”.

Meski bisa menyenangkan, dalam fiksi Umar Kayam, Lebaran itu justru lebih banyak menyedihkan, mengecewakan, dan bikin trenyuh. Dari 8 cerpen bertema Lebaran, hanya cerpen “Marti” (hlm. 30-37) yang menyuguhkan kegembiraan di kala Lebaran. Selebihnya, cerpen-cerpen Umar Kayam didominasi kemuraman, kesedihan, atau (sebut saja) duka Lebaran.

Betapa tidak Tokoh ibu dan dua anaknya dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” (hlm.1-7) sudah memiliki karcis bus menuju Wonogiri. Namun, mereka tak bisa mudik karena tak pernah mampu masuk bus saking banyaknya calon pemudik di terminal bus. Celakanya, itu terjadi bukan beberapa hari menjelang Lebaran; justru pada hari pertama dan kedua Lebaran. Ternyata pada dua hari Lebaran itu pun masih banyak orang yang mau mudik.

Si ibu dan kedua anaknya - dengan genteyongan barang- tak mampu berdempet-dempet dengan orang lain dan selalu terpinggirkan alias tak bisa naik bus. Ke manakah sang suami dan ayah kedua anak itu? Ternyata sang suami/sang ayah sudah meninggal. Akhirnya, mereka terpaksa “pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung agak kumuh di bilangan Kali Malang” (hlm. 2).

Begitu pula tokoh Kamil dalam cerpen “Menjelang Lebaran” (hlm. 13-23). Kamil, istrinya (Sri), dan kedua anaknya (Mas dan Ade) sudah berencana mudik. Kedua anaknya malah sudah menyiapkan ransel dan membayangkan akan naik kereta api. Namun apa mau dikata? Kamil justru di-PHK tempatnya bekerja karena “kehabisan modal untuk terus berjalan” (hlm. 20).

Apa boleh buat. Batallah rencana mudik keluarga Kamil. Nah, pembantu rumah tangga, yang sudah bekerja 10 tahunan pada keluarga Kamil terpaksa tak digaji lagi meski tetap boleh tinggal di keluarga itu.

Simak pula tokoh Is dalam cerpen “Lebaran di Karet, di Karet … ” (hlm. 46-52). Lebaran bagi dia justru mengecewakan. Ketiga anaknya bekerja di luar negeri. Pada saat Lebaran, Is (yang ditinggal mati istrinya) sangat mengharapkan kabar dari ketiga anaknya berupa surat panjang. Ternyata yang muncul cuma kartu pos bergambar dengan sedikit kata-kata.

Pada hari Lebaran, Is yang pernah bekerja di Markas Besar PBB, New York, itu tidak pergi ke makam istrinya. Dengan mobil dinas Toyota Deparlu, Is “mengebut keluar jalan raya. Dengan tegas berhenti sebentar kemudian membanting stirnya ke arah jurusan kiri. Ke Karet, ke Karet - tidak ke Jeruk Purut ke tempat Rani, melainkan ke Karet, ke Karet … Rani pasti setuju dan senang” (hlm. 52).

Yang lebih menyedihkan lagi adalah tokoh Sardi dalam cerpen “Sardi” (hlm.53-59); cerpen yang baru pertama kali dipublikasikan dalam kumpulan ini. Karena tak punya biaya untuk mudik Lebaran, terpaksalah Sardi menilep uang majikannya. Cek yang dicairkan Sardi tidak diserahkannya kepada sang majikan, tetapi dia bawa ke kampung dan dibagi-bagikannya ke handai tolan sebagai oleh-oleh. Akibatnya, Sardi tak berani lagi kembali ke Jakarta.

“Bapak, simbok, saya akan tinggal di desa saja. Mau membantu Bapak di tegal dan bikin tikar sama embok” (hlm. 59).

Ironis memang. Tempo hari, justru Sardi yang nekat mau ke Jakarta, sementara kedua orangtuanya melarangnya. Kini kedua orangtuanya yang malah heran: Sardi justru tidak ingin kembali ke Jakarta…

Pembantu vs Majikan

Berbicara seputar Lebaran, mau tak mau kita pun akan berbicara seputar pembantu rumah tangga dan majikan. Lazimnya, rumah tangga yang punya pembantu akan kerepotan menghadapi Lebaran. Pasalnya, pembantu banyak mudik Lebaran. Syukur kalau masih kembali ke rumah majikan, kalau tidak, tentu harus mencari pembantu baru.

Itulah sebabnya, nyonya rumah dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” sangat senang ketika pembantunya tidak jadi mudik karena tak bisa masuk ke bus yang akan mengangkutnya ke Wonogiri. “To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana …” (hlm. 7).

Ada pula dua pembantu rumah yang mudik untuk seterusnya dan tak akan kembali bekerja ke majikannya, yakni Nem (cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”) dan Mbok Jah (cerpen “Mbok Jah”). Keduanya minta berhenti dari majikannya dengan alasan yang mirip.

Nem sudah bekerja pada satu keluarga selama 20 tahun, namun ingin berhenti dan pulang kampung. “Saya ini sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini, pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya” (hlm. 28). Untunglah majikan Nem mengabulkan permintaan itu tanpa syarat.

Mbok Jah juga sudah 20 tahun bekerja pada keluarga Mulyono di kota. Namun, akhirnya Mbok Jah berhenti untuk seterusnya dan kembali ke kampungnya di desa Tepus, Gunungkidul. Mbok Jah berhenti karena “merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu ” (hlm. 39).

Jika Nem berhenti tanpa syarat, Mbok Jah justru dengan syarat “akan ‘turun gunung’ dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri” (hlm. 40). Namun, sudah dua kali Lebaran Mbok Jah sudah tidak “turun gunung”. Itulah sebabnya, keluarga Mulyono mengunjungi Mbok Jah di desa.

Pesanan

Jelaslah bahwa Lebaran itu multidimensi dan multiaspek. Unsur agama berbaur dengan unsur tradisi/kebudayaan, unsur gengsi, unsur ekonomis, dan lain-lain. Di samping menggembirakan, Lebaran pun bisa menimbulkan duka/derita, seperti kita lihat dalam sejumlah cerpen Umar Kayam di atas. Umar Kayam telah menyodori kita duka Lebaran itu meski hanya lewat cerpen/fiksi.

Tentu timbul pertanyaan. Mengapa Umar Kayam getol menulis cerpen seputar Lebaran — sampai 8 cerpen? Dalam satu wawancara, Umar Kayam (1932-2002) buka kartu. Katanya, “Teman-teman di Kompas itu yang memperlakukan saya sebagai pengarang spesialis Lebaran” (Prosa, 1/2002, hlm. 177). Dengan kata lain, cerpen yang ditulis Umar Kayam merupakan pesanan.

Meski begitu, tak bisa dimungkiri, cerpen-cerpen Umar Kayam di atas sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita. Harus kita akui pula, Umar Kayam adalah salah satu maestro cerpen Indonesia.

*) Penulis adalah pengamat sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae