Rabu, 18 Agustus 2010

Nuditas-Seksualitas, Sastra dan Islam

Lukman Asya
http://www.infoanda.com/Republika

laksana ego yang terkikis kematangan ombak
Kau telanjangi kebetinaanku selapis demi selapis
dan seutuh purnama itulah akhirnya
Kau jinakkan birahiku yang asma
mari, singkap lagi tarian purba nirwana itu
seperti ketika Kau lilit aku dalam cumbu paling nyata
ini aku merak betinaMu, datang lagi
dihantar gending jawa juga wewangian sukma
menyebutMu di perbatasan tirai malam.

Bait-bait puisi yang ditulis oleh Rukmi Wisnu Wardhani (Republika, 16 Juli 2006) telah ‘menginfiltrasi’ saya untuk menulis ihwal nuditas-seksualitas dalam sastra dan bagaimana pandangan Islam tentangnya.

Bertebarannya novel, cerpen dan puisi yang memaksimalkan daya jelajah terhadap nuditas-seksualitas menarik untuk dicermati dari perspektif moralitas Islam. Karya-karya semacam itu, khususnya puisi, secara cermat dapat kita telusuri secara historis sejak masa pra-Islam sampai kemudian Islam datang menawarkan estetika baru lewat ‘puitika Qurani’-nya.

Kalangan intelektual Muslim, seperti Israrul Haque, telah menyoroti secara lebih luas ihwal seni dalam Islam dan bagaimana Alquran secara rasional menawarkan suatu pandangan terhadap nuditas-seksualitas itu dengan merevolusi makna seks pada tataran paradigmatis dan dogmatis.

Islam berupaya memenej jagat makna yang telah dikacaukan oleh semangat jahiliyah dimana kebebasan dielu-elukan tanpa mengindahkan nilai-nilai ruhaniah. Islam menawarkan estetika baru mengenai nuditas-seksualitas. Artinya, Islam tidak mengingkari ihwal nuditas-seksualitas itu tapi menempatkannya dalam porsi yang sepenting-pentingnya bagi moralitas manusia.

Nuditas-seksualitas, yang pada masa pra-Islam hanya seputar tubuh manusia, oleh Islam dibawa ke tingkat yang spiritual. Islam menempatkan seksualitas sebagai sumber kehidupan dan kreativitas sebagaimana diungkapkan Israrul Haque dalam bukunya, Towards Islamic Renaissance Ferzosenoedisi Indonesianya berjudul Menuju Renaissance Islam (Pustaka Pelajar, 2003).

Inti ajaran Islam adalah akhlak, sebuah ajaran tentang tata nilai dan sosial yang memungkinkan kita mengetahui dengan gamblang bagaimana awal dan ujung sebuah benang kusut demoralisasi peradaban. Islam adalah kabar gembira yang disampaikan melalui ’syair-syair’ yang paling ’sastrawi’ yakni ayat-ayat Alquran, yang menjadi penerang bagi qalbu yang gulita.

Islam, dengan Aqurannya, secara metaforik memberikan bimbingan ruhani terhadap soal-soal nuditas-seksualitas manusia:
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu dengan cara yang kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya (QS 11:233).

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS 30:23).

Islam datang dengan konsep dan prinsifnya menyoroti estetika seksualitas yang ditempatkan pada level spiritual, tidak pada kemasan fisik. Seksualitas ditempatkan sebagai stimulus terbinanya ketentraman, kedamaian dan kasih sayang. Maka ada sebuah aturan main yang tegas bagi manusia yang diberi akal, hati dan birahi agar tidak keluar dari zona moralitas keislaman. Tujuan dari seksualitas itu, sebagaimana tersirat pada dua ayat di atas, memungkinkan semua orang berada dalam lingkup kedamaian dan ketaatan.

Seksualitas pra-Islam begitu carut-marut, bahkan tubuh dan nuditasnya telah dipuja sebagai bentuk yang paling terpuji untuk ‘wisata birahi’ yang menjerumuskan kemanusiaan ke dalam perilaku binatangisme –a pola pikir dan akal sehat manusia dikemudikan oleh kehendak ’seks bebas’ semata sebagai bentuk kesenangan tanpa hukum dan aturan main yang mencerahkan.

Ada penyair pra-Islam, seperti Imru’ul Qays, yang karya-karyanya diakui keorisinalitasan dan kejeniusannya tetapi ternyata dikutuk oleh Nabi sebagai pemimpin penyair di dalam api neraka, karena kecabulan dan nuditas dalam karya-karyanya yang sangat pornografis.

Kita pun dapat membaca setelah Islam dilahirkan, bagaimana nuditas-seksualitas itu diproduksi, di jagat sastra dan seni rupa, tak lebih sebagai bentuk pengabdian untuk memperturutkan hawa nafsu dan kesenangan. Dalam seni rupa, misalnya, Picasso dengan Three Dancer-nya, Henry Matisse dengan Carmila-nya. Dalam sastra ada novelis DH Lawrence dengan Rainbow-nya, dan Sadat Hasan Minto dengan Thanda Ghost-nya yang konon sangat cabul dan melukai moralitas kontemporer.

Jauh sebelum masa Islam, Plato dengan filsafatnya pernah mengatakan bahwa segala sesuatu yang menimbulkan nafsu atau sensualitas yang penuh birahi sekalipun didasarkan atas nilai-nilai estetis tidak dikualifikasikan sebagai sebuah karya seni. Dia menegaskan bahwa sebuah karya seni harus mempertimbangkan kebaikan tertinggi dan menjadikan manusia sebagai seorang warga negara cita dalam negara citanya.

Tolstoy, sastrawan termashur yang datang pasca-Islam, juga mengatakan bahwa seni seharusnya memperkembangkan manusia dengan emosi moral dan agama yang mendalam, bebas dari kesembronoan duniawi dan pemborosan jasmaniah. Karya seni yang sejati bergerak bersama-sama dengan emosi yang diwujudkan oleh seniman dalam karyanya dalam bentuk suatu kepercayaan pada agama universal untuk terciptanya persaudaraan manusia.

Ada juga penyair terkenal dari Asia Timur, Suchchal Sarmas, yang puisi-puisinya diilhami oleh roman antara pemuda dan pemudi yang begitu indah tanpa menggambarkan bentuk fisik dimana keindahan dan kemanisan cinta bukanlah keindahan dagingnya atau kemanisan penampilannya. Ia adalah keindahan dan kemanisan yang berasal dari kesetiaan yang tulus, dari penderitaan-penderitaan yang ikhlas dan dari pengorban yang luar biasa. Cantiknya Des Demona dalam Othello karya Shakspeare juga bukan kecantikan dan kejelitaan daging manusia. Tapi adalah hadiah yang luar biasa berkat penderitaan dan kepolosannya.

Di kalangan sahabat Nabi ada penyair yang layak dipuji, seperti Zuhair, Hasan ibn Tsabit, Kaab ibn Malik dan Labid, berkat karya-karyanya yang menyentuh sisi-sisi kemanusiaan tanpa harus berkubang dalam pesona nuditas-seksualitas. Labid bahkan pensiun jadi penyair manakala keindahan Alquran sungguh menyapa hati dan hidupnya. Siti Aisyah juga gemar membuat syair-syair, yang mengandungi nilai seni yang sangat tinggi dan benar-benar adi luhung.

Sedangkan puisi karya Rukmi di atas tampaknya mengandungi ruh ’seksualitas’ dan motif ‘nuditas’ sebagai bentuk kesalehan spiritual, hubungan makhluk yang hamba dengan khalik yang mahamencipta yang juga serba mahatahu — meski semula mungkin puisi Rukmi itu diproduksi dari pengalaman (penghayatan) seks antar manusia lawan jenis.

Majas identitas yang dioperasionalisasikan Rukmi di atas memang terasa vulgar. Tapi itulah yang barangkali menjadi salah satu kekuatan pengucapan estetik dan kelihaian penyair dalam mengolah tema meski puisi jadinya terasa semacam permainan kata-kata: belum sampai sebatas Rabiah.

Tapi, saya kira dengan begitu Rukmi tengah berusaha melakukan pemaknaan terhadap sesuatu yang semula bersifat fisikal kemudian dibawanya ke alam cinta ilahiah: kesalehan spiritual! Nuditas-seksualitas pada akhirnya memang akan membawa kita pada dua hal, yakni hidup menjadi hina atau hidup tambah mulia!

*) Penyair dan guru sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae