Jumat, 02 Juli 2010

Michael Ondaatje Mampir di Bali

Michael Ondaatje
Pewawancara: Rilla Nugraheni
http://www.ruangbaca.com/

“Ketika kita menulis sesuatu, menemukan sebuah karakter menarik, kita akan dengan otomatis menemukan bangunan struktur cerita dan kita bebas memainkannya dalam alur yang kita kehendaki.”

MESKI bom baru saja meledak di Jimbaran dan Kuta pada 1 Oktober, sekitar seratus pengaran, sineas, seniman, dan tokoh budaya tetap datang dan mendukung Ubud Writers and Readers Festival II yang berlangsung di kampung seni Ubud, 6-11 Oktober.

Di antara mereka ada sejumlah pengarang asing, seperti Michael Ondaatje (Kanada) dan Amitav Ghosh (India), juga tamu istimewa festival ini: Presiden Timor Leste Xanana Gusmao dan istrinya, Kirsty Gusmao, beserta tiga anaknya.

Selain itu hadir pula sederet pengarang pengarang kenamaan Indonesia saat ini, seperti Ayu Utami, Azhari, Budi Darma, Cok Sawitri, Dewi Lestari, Joko Pinurbo, Nukila Akmal, Sitok Srengenge, dan Eka Kurniawan.

Selama empat hari para peserta intens mengikuti festival bertema “Between Worlds” yang diselenggarakan Yayasan Saraswati itu. Festival dipusatkan di Hotel Indus, Ubud, sama seperti festival pertama tahun lalu.

Namun, kegiatan disebar di beberapa tempat lain di Ubud, antara lain di Left Bank, Toko Toko, Murni’s Warung, Casaluna Cafe, Alila Hotel, ARMA Museum, dan Pondok Pekak’s.

Setiap harinya, ada sekitar 4-5 acara di setiap tempat, sehingga peserta mesti bolak-balik antara satu tempat ke tempat lainnya untuk bisa menikmati acara yang dikehendakinya. Tak jarang, ketika satu acara baru usai, peserta segera beranjak menuju ke acara lain.

Acara yang digelar, antara lain, diskusi seputar penulisan buku oleh beberapa penulis seperti Surat Cinta-nya Kirsty Gusmao dan Xanana yang berisi kisah romantisme mereka, pembacaan puisi, pasar malam, penayangan film, diskusi tentang dongeng anak-anak, diskusi penggarapan teen lit atau seri tulisan remaja, peluncuran buku, dan lain-lain.

Pada malam penutupan, tampillah pengarang pemenang hadiah Booker, Michael Ondaatje, membacakan sejumlah puisi dari kumpulan puisinya, The Cinnamon Peeler (l991) dan satu prosa dari memoarnya, Running in the Family (l982).

Selama festival, Ondaatje hadir dalam sejumlah panel diskusi dan acara makan siang santai untuk berbagi pengalamannya di dunia sastra. Di sela-sela acara festival, Ondaatje menerima Rilla Nugraheni dari Tempo untuk sebuah wawancara di Media Room Ubud Writter and Readers Festival, meski semula ia menolak, sebab wawancara ini tak ada dalam jadwalnya.

Wawancara ini berlangsung menyenangkan dan penuh tawa. Penulis kelahiran 12 September 1943 di Colombo, Ceylon (sekarang Sri Lanka) ini mengenakan kemeja biru tua dan celana panjang krem. Sesekali ia mengusap rambutnya yang putih dan mengelap keringat di dahinya. Berikut petikan wawancaranya.

Anda jadi terkenal sekarang?

Iya. Ha ha ha. Saya menikmati itu. Sekarang jadi lebih banyak wawancara, bergaul dengan orang-orang dari media massa yang tertarik dengan karya saya. Itu menyenangkan sekali. Ternyata ada dunia baru yang sebelumnya saya tidak begitu mengenalnya. Jurnalisme sangat menyenangkan. Mereka bertanya banyak hal, dan saya menjawabnya. Memang saya jadi kehilangan sedikit waktu privasi saya. Tapi, tidak masalah bagi saya. Karena gantinya saya mendapat pengalaman baru.

Apa komentar Anda tentang Bom Bali?

Apa yang harus saya katakan? Itu kan sudah terjadi. Saya kira itu bukan urusan saya. Bukan saya tak bersimpati dan berempati, tetapi saya tidak dalam kapasitas berkomentar.

Anda tidak takut menjadi salah satu korban misalnya?

Ha ha ha. Tidak. Lagi pula, kebetulan, saya tidak di Bali ketika itu terjadi. Itu menenangkan saya. Saya sempat ingin membatalkan (kedatangan ke sini), tapi lalu saya pikir, buat apa. Ya, bolehlah sedikit saya khawatir. Tetapi, saya kira saya belum waktunya. Ha ha ha. Tapi, saya sedih ya dengan kejadian semacam itu. Banyak pendapat yang menyudutkan kelompok Islam yang melakukannya.

Itu mempengaruhi pandangan terhadap Islam?

Ya. Sedikit banyak pasti berpengaruh. Saya yakin itu. Tapi, dalam Islam, saya yakin tak ada itu teroris dalam agama. Tapi, saya setuju, Al-Qaidah is big enemy.

Terlintas ingin menulis buku tentang tragedi bom?

Belum. Tapi, suatu saat mungkin. Saya tidak tahu. Saya tak pernah merencanakan menulis buku. Semua ada begitu saja dalam kepala dan saya melakukan observasi.

Termasuk ketika menulis The English Patient?

Ya, saya melakukan sedikit observasi di lapangan. Saya juga memang memiliki pengalaman ketika sakit di rumah sakit.

Kapan itu?

Saya lupa. Saya tak ingat sakit apa juga. Anda mampu menghadirkan karakter pasien begitu kuat di novel itu.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Oh, ya? Saya membayangkan menjadi tokoh-tokoh yang saya ciptakan dalam novel saya. Seperti dalam The English Patient, yang bercerita tentang orang yang sakit di tempat tidur. Ya, saya membayangkan saja seperti apa perasaannya karena terbaring terus di tempat tidur, apa yang dirasakannya, bagian tubuh mana yang sakit, pegalnya seperti apa, lalu saya mengkhayalkan siapa sih dia, latar belakangnya apa hingga ia bertindak, merintih kesakitan, mengumpat dalam putus asa, dan lain sebagainya.

Dalam novel itu Anda hampir seperti dokter?

Ha ha ha. Thank you very much. Saya mencoba menuangkan perasaan pasien, putus ada, perasaan mengetahui dirinya akan mati, sakit.

Bagaimana Anda menggali atau menciptakan sebuah karakter dalam buku yang akan ditulis?

Sebagai penulis, saya mengamati banyak hal. Saya menyelami dengan berobservasi di lingkungan. Tapi, pada intinya saya mengandaikan diri saya seperti si tokoh. Keadaan, lingkungan dia hidup, sifat dan watak apa yang sekiranya akan muncul dari lingkungan itu dan lain sebagainya.

Ketika kita menulis sesuatu, menemukan sebuah karakter menarik, kita akan dengan otomatis menemukan bangunan struktur cerita dan kita bebas memainkannya dalam alur yang kita kehendaki. Saya kira itu sebuah proses yang pasti dilalui juga oleh setiap penulis, meskipun mungkin ada perbedaan. Saya tidak suka menciptakan karakter yang sama terus menerus. Saya suka menciptakan karakter yang baru, menarik.

Itu sebuah tantangan. Saya berusaha untuk tidak menutup karakter saya sebagai sesuatu yang mengikat. Melainkan selalu terbuka, seperti berpintu dan berjendela. Itu akan memberikan kesempatan kepada saya dan juga pembaca untuk bermain- main dengan karakter tokoh.

Buku anda telah difilmkan?

Oh ya. Saya senang sekali. Itu pengalaman baru.

Anda puas?

Lumayan. Ha ha ha. Akan ada selalu perubahan dan perbedaan ketika menerjemahkan bahasa tulisan ke dalam seluloid. Sebuah novel tidak bisa diadaptasi begitu saja ke film tanpa perubahan di sana-sini. Sebab, dunia tulisan berbeda dengan film, visualisasinya berbeda. Saya kira saya puas.

Ketika mendapati perbedaan dan perubahan itu, apa yang pertama dilakukan?

Merenung. Saya lalu sadar, oh, memang berbeda. Tapi, itu tidak mengubah substansi, jadi saya baik-baik saja. Jadi, saya pun tidak melakukan apa-apa.

Buku-buku Anda kebanyakan mengambil latar belakang Sri Lanka. Mengapa?

Karena saya dilahirkan di sana. Saya tahu seperti apa negara kelahiran saya itu. Saya melaluinya dan tumbuh bersama Sri Lanka. Ia kenangan masa kecil saya. Saya tumbuh bersamanya. Jadi saya merasa bernostalgia. Saya suka menulis tentang Sri Lanka.

Menurut Anda apa yang menarik dari Sri Lanka?

Ketika orang menyebut Sri Lanka, bayangan saya adalah my big family saya di sana. Nenek saya, kakek dan juga saudara yang lainnya. Sri Lanka buat saya, ya, tanah kelahiran. Sedangkan Kanada adalah tempat saya berkarya. Bagaimanapun orang tak akan bisa melupakan tanah tumpah darah, bagaimanapun keadaannya.

Bagaimana Anda tumbuh sampai menjadi seorang penulis?

I don’t remember, ha ha ha. Orang tua saya bercerai di Sri Lanka, ada keluarga besar, paman, bibi, kakek, nenek. Jadi, saya tak hidup seperti di Bronx. Hingga kerusakan mental saya kira tak terjadi. Tapi, bagaimana saya tumbuh, saya tak tahu. Begitu banyak identitas di Srilangka, Budha, Islam, dan lain-lainnya mungkin China.

Anda termasuk yang mana?

Saya Sri Lanka. Tak pernah saya mengelompokkan diri saya ke kelompok tertentu. Itu sebuah keindahan. Memang banyak sekali buku- buku saya yang berlatar belakang negeri itu. Keluarga saya sesungguhnya berasal dari India yang bermigrasi ke India, mungkin pada abad ke-16. Mereka beranakpinak dengan berbagai bangsa, Belanda, India, penduduk setempat.

Bagaimana dengan Bali?

Saya suka sekali. Saya tak pernah mengunjungi tempat di mana saya ingin tinggal lebih lama dari tiga hari. Saya kerasan di sini. Saya tak percaya Bali bisa digambarkan hanya dalam waktu singkat. Bali begitu indah. Saya sangat exciting dengan Bali.

Dalam In The Skin of a Lion, banyak orang menganggapnya sebagai teks pasca-kolonialisme. Menurut Anda?

Saya tak pernah bermaksud menulis novel dengan tujuan genre tertentu. Silakan saja orang berpendapat demikian. Yang ingin saya tulis adalah sebuah komunitas tertentu yang kebetulan memang kehidupan kaum marginal di Kanada. Itu saja. Buat saya itu cuma cerita tentang 5 orang yang menarik saya untuk saya tuangkan sebagai novel.

Anda sedang menulis buku sekarang?

Ya, saya sekarang sedang menulis sebuah buku. Saya juga senang menulis puisi. Tapi lebih bisa bereksplorasi dalam novel.

Jenisnya?

Novel. Tapi kalau kamu bertanya tema, ceritanya, tokoh-tokohnya, saya tak mau jawab. Ha ha ha . It’s still secret.

Buku apa saja yang biasa Anda baca?

Semua buku. Novel. Saya juga senang membaca karya orang lain, menambah pengayaan. Saya suka baca John Steinbeck, penulis Mesir seperti Najib Mahfudz.

Bagaimana dengan penulis Indonesia?

Saya tak begitu kenal, mungkin karena masih sedikit yang menerjemahkan karya penulis Indonesia. Saya juga tak bisa bahasa Indonesia.

Buku favorit Anda?

Saya tak punya yang favorit. Semua saya baca. Tapi fiksi yang sureal lebih menarik minat saya. Mengapa? di sana saya bisa membayangkan bagaimana penulisnya berimajinasi, melambung dan bisa juga menukik.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae