Sabtu, 24 Juli 2010

Jawa Timur: Geografi Puisi yang Terlupakan

Indra Tjahyadi*
http://www.suarakarya-online.com/

Entah mengapa di dalam lapangan perpuisian Indonesia keberadaan penyair Jawa Timur acapkali dilupakan. Sebagai contoh, sebut saja nama Aming Aminoedhin. Padahal penyair Jawa Timur yang bernama asli Mohammad Amir Toha, yang dilahirkan di kota Ngawi, 22 Desember 1957, ini pada era-era tahun 80-an sampai dengan awal tahun 90-an merupakan seorang penyair yang keberadaannya dalam lapangan perpuisian Indonesia cukup menarik perhatian.

Tak kurang media-media massa berskala nasional yang memuat puisi-puisinya. Juga majalah-majalah sastra dan budaya yang berwibawa di Indonesia kala itu memuat puisi-puisi yang diciptakannya. Pendeknya mulai Horison, Basis, Zaman sampai dengan Gadis adalah media-media di Indonesia yang berskala nasional yang pernah memuat karya-karya puisinya tersebut. Tapi, sekali lagi, entah mengapa, dalam perkembangannya kemudian, Aming Aminoedhin begitu saja seperti hilang dan terlupakan keberadaannya di dalam lapangan perpuisian Indonesia.

Seperti yang telah diketahui bersama, pada era-era 80-an, pada umumnya, lapangan perpuisian Indonesia disesaki oleh 2 (dua) macam gaya. Pertama, gaya-gaya puisi gelap, dan yang kedua, adalah gaya-gaya puisi yang cenderung memilih gaya pengungkapan yang sufistik. Nama-nama semacam Afrizal Malna, Kriapur, Nirwan Dewanto adalah nama-nama penyair yang kala itu yang oleh beberapa kritikus dan esais sastra Indoensia kala itu ditempatkan dalam ranah puisi dengan gaya ucap yang gelap, sedangkan nama semacam Acep Zamzam Noor adalah nama penyair yang lebih bisa ditempatkan pada wilayah puisi dengan gaya sufistik. Lantas dimanakah posisi seorang Aming Aminoedhin di tengah gaduhnya gaya puisi gelap dan sufistik dalam lapangan perpuisian Indonesia pada era 80-an sampai dengan awal 90-an kala itu?

Gaya puisinya yang cenderung mengingatkan orang pada gaya-gaya ucap Sitor Situmorang menempatkan seorang Aming Aminoedhin tidak di mana pun di dalam gaya puisi yang sedang booming dalam lapangan perpuisian Indonesia kala itu. Tengok saja puisinya yang berjudul “Mimpiku Kesejuta”:

kabar itu telah sampai
dibawa udara lintas di cakrawala
segar rindu mengurai
mengatasnama kekasih yang bakal tiba
debunga di halaman di jalanan
kusuruh menunda mekarnya
bersembulan
sebelum kekasih akan tiba
untuk menjemput bersama
(2004: 7).Atau juga pada puisinya yang
berjudul Perahu:

perahu itu telah patah layar patah dayung
tanpa tahu arah mana tanah dituju bersandar
segala tampak jauh untuk istirahat berlabuh
perahu itu di tengah laut mengapung
terombang-ambing badai angin
menggapai labuhan batin, tak sampai pantai
(2004:9)

Pada kedua puisi yang diciptakannya pada tahun 1983 dan 1985 itu dapatlah dilihat bahwa Aming Aminoedhin berusaha untuk tetap bersikukuh pada gaya puisi era Sitor Situmorang yang lebih cenderung untuk tetap berketat-ketat dengan keteraturan bunyi persajakan dan bahasa perlambangan yang begitu kental. Hal semacam ini membuat puisi-puisi Aming Amonoedhin seolah-olah jauh dari peradaban lapangan perpuisian yang sedang berlangsung saat itu. Coba saja, semisal, perbandingkan dengan puisi-puisi karya Acep Zamzam Noor yang dia ciptakan pada kisaran tahun 1983. Seperti pada puisi yang berjudul Lagu Fajar:

Adakah yang lebih dingin dari langkah-langkah ini
Lebih beku dari tulang-tulangku kini:
Aku yang berjalan
Menyuruk hutan demi hutan, memahami sunyi,
aku yang asyik berjalan menggali kubur sendiri
(2004: 16).

Atau juga pada puisi Acep Zamzam Noor yang berjudul Monologue Interieur: Wahai, kemarilah kamu Kemarilah hujan peluru. Daun-daun luruh Bertumpuk dan membusuk. Tinggal firman Musim dingin yang panjang (menetes dari lidahmu) Taubatku, sayang, airmata salju Kuhikmati waktu. Kupejamkan mataku (2004: 19). Dari puisi-puisi karya Acep Zamzam Noor di atas dapatlah dilihat, betapa dia tidak lagi berkutat pada bunyi persajakan yang ketat dan bahasa perlambangan yang kental. Akan tetapi, puisi-puisi karya Acep Zamzam Noor hadir dengan gaya bahasa yang lebih ekspresif dan tidak lagi bersibuk diri dengan bahasa perlambang. Hal yang sama juga terjadi pada puisi-puisi karya Kriapur, tengok saja puisinya yang dia beri judul Prahara Burung-burung.

Dalam puisinya yang pernah dimuat di majalah sastra Horison tersebut, sebagaimana juga dengan apa yang terjadi pada puisi karya Acep Zamzam Noor di atas, Kriapur juga seakan-akan telah melepaskan diri dari kecenderungan puisi yang lebih mementingkan ketetatan bunyi dan kemesraan bahasa perlambangan. Meskipun sama-sama diciptakan pada tahun 1983, gaya ucap puisi Kriapur hadir dengan semangat dan gayanya yang lebih ekspresif daripada gaya ucap puisi yang diciptakan oleh Aming Amonoedhin pada tahun yang sama. Lihat saja larik-larik puisi karya Kriapur yang berjudul Prahara Burung-burung tersebut:

dan lihatlah, kekasih
ruhku menggigil memanggilmu
dalam jerit dalam dekapan luka dan kegilaan
atau dengarlah!
dari jauh suara burung-burung pindahan
menyerbu kota-kota
(Horison/XXII: 18).

Atau juga dapat dilihat pada larik puisi karya Kriapur lainnya seperti Luka di Mana-mana, yang juga diciptakan oleh Kriapur pada tahun 1983:

kuturut padamu
suara hujan di luar malam
bayang-bayangmu yang tajam
menancap di ulu tidurku
lalu mengggeram
(Horison/XXII: 19).

Edy A. Effendi dalam sebuah esainya yang berjudul Fanatisme dan Keseragaman dalam Puisi (Kompas, 9 Maret 1997) pernah mensinyalemen bahwa pada era tahun 80-an telah terjadi semacam fanatisme pada sebuah ideologi pengucapan puisi, yang pada akhirnya, membawa lapangan perpuisian Indonesia, pada era tersebut sampai pada keseragam gaya. Menurutnya, “Para penyair yang memasuki proses kreatif pada babakan 80-an, dan salah satunya diprakarsai oleh Afrizal Malna, telah ikut serta menanamkan benih fanatisme dan keseragaman dalam penciptaan puisi”

Fanatisme dan keseragaman dalam penciptaan puisi tersebut, apabila merujuk pada pemikiran Edy A. Effendi di atas, pada akhirnya, secara sadar atau tidak, akan membentuk suatu kanon estetika yang seragam dan begitu teguh dipeluk oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Sehingga yang muncul hanya kesamaan-kesamaan dan bukannya keberbedaan kepribadian sebuah karya. Ini merupakan sebuah krisis. Suatu krisis puitik yang membawa lapangan perpuisian Indonesia pada era tersebut hanya pada sampai batas booming gaya dan bukannya kemandirian ekspresi.

Bisa jadi, apabila merujuk pada pikiran Edy A. Effendi di atas, hal itulah yang membuat keberadaan kepenyairan Aming Aminoedhin pada era tahun 80-an sampai dengan era tahun 90-an tak lebih dari suara sayup dari negri asing. Keengganannya untuk mengikuti booming gaya puisi yang ada waktu itu membuatnya terasing, dan tak lebih dari kaum separatis yang muncul di dalam lapangan perpuisian Indonesia. ***

*) Penyair, esais, staf pengajar di Fakultas Sastra & Filsafat Universitas Panca Marga, Probolinggo. Kini berdomisili di Jl. Potro Agung II/5, Surabaya 60135.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae