Sabtu, 24 Juli 2010

Hadiah bagi Gerilyawan Sastra

Anwar Siswadi
http://www.tempointeraktif.com/

Penerbitan buku-buku sastra berbahasa daerah jumlahnya mengalami pasang-surut, paling tidak dalam 10 tahun terakhir. Tapi, Hadiah Sastra Rancage terus bergulir. Tak terasa, 22 tahun sudah penghargaan khusus itu diberikan bagi para penulis, pembuat lagu, juga budayawan daerah.

Inilah bentuk penghormatan dari sastrawan untuk sesama rekannya tatkala pemerintah tak melirik upaya gerilya mereka dalam mempertahankan pemakaian bahasa ibu.

Rancage, dari bahasa Sunda yang berarti kreatif, dirintis oleh sastrawan Ajip Rosidi, 72 tahun, pada 1989. Semula, penghargaan karya sastra modern berbahasa daerah itu hanya diberikan untuk buku-buku berbahasa Sunda. Sejak 1994, hadiah itu juga diberikan untuk sastrawan Jawa, Bali, mulai 1998, dan Lampung pada 2008. Sampai hari ini, penghargaan karya sastra itu masih diberikan untuk empat daerah tersebut. “Daerah lain tidak ada yang menerbitkan buku baru,” kata Ajip kepada Tempo akhir pekan lalu.

Selama lima tahun awal, uang hadiah senilai Rp 1 juta kepada setiap pemenang dirogoh dari kocek Ajip sendiri. Uang hadiah semakin besar sejak Yayasan Budaya Rancage berdiri dan donatur bertambah. Kini, Hadiah Sastra Rancage 2010 berupa piagam penghargaan dan uang hadiah masing-masing Rp 5 juta akan diberikan kepada tujuh pemenang. Upacara itu akan dilakukan pada Mei mendatang di Universitas Negeri Yogyakarta.

Tiga juri, yang terdiri atas Ajip Rosidi, Sri Widati Pradopo, dan I Made Darma Putra, memilih pemenang berdasarkan buku sastra berbahasa daerah yang terbit sepanjang 2009. Buku cetak ulang tak masuk hitungan. “Tujuannya untuk mendorong pengarang yang masih hidup untuk terus berkarya,” kata Ajip.
Dari 13 buku baru yang terbit di Jawa Barat, juri memilih kumpulan cerita pendek Sanggeus Umur Tunggang Gunung (Setelah Usia Lanjut) karya Usep Romli sebagai karya sastra Sunda terbaik tahun ini. Terbitan Kiblat Buku Utama itu berisi sembilan cerita yang melukiskan beragam masalah pembangunan yang dihadapi orang Sunda di perkampungan.

Tokoh-tokohnya membandingkan keadaan alam, lingkungan, hingga pikiran dan kehidupan sekarang dengan kondisi ketika mereka masih kecil. Tema seperti itu sebenarnya hampir mirip dengan karya-karya Usep sebelumnya. “Tetapi (kini) lebih matang dan inovatif,” kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Budaya Rancage itu.

Misalnya, pada cerita Neangan Pajaratan (Mencari Makam), yang kisahnya disampaikan oleh orang pertama, Usep tak memakai kata “kuring” (saya). Ajip menilai Usep memaksimalkan sifat bahasa Sunda yang dapat membentuk kalimat tanpa subyek. Juri juga menilai seluruh ceritanya mengalir lancar dan wajar. “Sehingga terciptalah dunia imajinasi yang khas sebagai sastra,” ujarnya.

Di ranah sastra Jawa, dominasi sastrawan Jawa Timur masih muncul seperti beberapa tahun terakhir. Menurut juri Sri Widati Pradopo, ada 12 buku sastra baru yang terbit. Isinya berupa guritan (sajak), kumpulan cerita pendek, dan roman. Menariknya, penulis bahasa Jawa itu tak hanya berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tapi juga ada yang tinggal di Jakarta dan Depok. Hadiah Sastra Jawa akhirnya jatuh ke tangan Sumono Sandi Asmoro.

Penyair dalam buku Layang Panantang terbitan Balai Bahasa Surabaya itu, kata Sri, menunjukkan keberanian memilih dan merambah pengalaman berbagai jiwa dengan teknik ekspresi yang tepat. “Semuanya dengan kesadaran bahwa keindahan harus selaras dengan bobot pikirannya,” kata periset di Balai Bahasa Yogyakarta itu.

Sedangkan sastra Bali, walau hanya ada sembilan buku baru, keistimewaannya lebih riuh. Kumpulan puisi Gerip Maurip Ngridip Mekedip karya I Nyoman Manda, misalnya, terdiri atas 3.500 halaman! “Dalam bahasa Bali modern maupun dalam bahasa Indonesia, tidak pernah ada kumpulan sajak seorang penyair yang setebal itu,” ujar juri I Made Darma Putra.

Manda selama ini dikenal sebagai pengarang produktif yang menghasilkan sajak, roman, cerita pendek, dan naskah drama. Redaktur dua majalah berbahasa Bali, yaitu Canangsari dan Satua, itu dalam bab III khusus memuat terjemahan karya para penyair Indonesia, mulai Sanusi Pane, Amir Hamzah, hingga Afrizal Malna dan Oka Rukmini ke dalam bahasa Bali.

Peraih hadiah Rancage pada 1998, 2003, dan 2008 itu juga menerjemahkan beberapa karya penyair Jerman, Australia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Adapun karya Manda, lebih dari 2.000 sajak, dicetak di Bab I-II. Temanya beragam dari kenyataan sehari-hari dan hangat di koran, mulai komersialisasi budaya akibat industri pariwisata, korupsi, kampanye pemilu, sinetron, kasus Tukul Arwana, Prita Mulyasari, sampai peristiwa luar negeri.

Namun, juri menilai kualitas puisinya tidak merata. “Ada yang kuat penuh renungan dan sinisme yang tajam, tapi banyak yang mirip catatan pojok koran,” kata Made Darma. Baginya, cerita pendek Leak Pemoroan karya I Wayan Sandha dalam kumpulan tujuh cerita pendek berbagai pengarang lebih menonjol. Juri pun memilihnya sebagai penerima hadiah Rancage 2010.

Leak Pemoroan berkisah tentang ketabahan pencari belut menghadapi gangguan setan di malam hari. Dia tidak takut menghadapi manusia jadi-jadian dan menyerangnya sampai mati. Lukisan suasana malam dan perang melawan setan, kata Made Darma, ditulis dengan deskripsi yang kuat. Bahasa yang digunakannya nyeleneh, tapi mampu menggali masalah dan menggambarkan watak tokoh cerita. Sandha dinilai menulis 41 ceritanya dengan narasi dan konflik yang kuat.

Kritik pedas dalam 41 cerita di dalamnya pun terlontar dengan bahasa yang jernih. Dalam cerita Wisian Bank Dunia, ujar Made, pengarang mengkritik pola multi-level marketing sambil menyentil, “Ah, gara-gara Bank Dunia iraga nepukin soroh jelema dot sugih kuala tusing bani ngetélang peluh.” (Ah, gara-gara Bank Dunia aku menemukan kelompok manusia yang ingin kaya tapi tidak berani meneteskan peluh). “Pemakaian perumpamaan atau kiasan juga tepat sehingga membuat sketsa kehidupan ini memiliki aroma sastra yang kental,” kata Made Darma.

Kumpulan cerita pendek pula yang mengantar sastrawan Lampung Asarpin Aslami untuk meraih Hadiah Sastra Rancage 2010. Karyanya dalam Cerita-cerita Jak Bandar Negeri Semuong itu menyisihkan pesaing tunggalnya, yaitu buku kumpulan 57 sajak bertajuk Di Lawok Nyak Nelepon Pelabuhan karya Oky Sanjaya. Juri menilai seluruh sajak mahasiswa jurusan fisika di Universitas Lampung itu masih mentah. Peristiwa sehari-hari yang dituangkan lewat kata-kata sederhana dinilai tak mampu merangsang pembaca untuk merasakan hal yang sebenarnya.

Cerita-cerita dari Bandar Negeri Semuong, yang memuat 17 cerita pendek, menuturkan berbagai kebiasaan, tata cara, adat istiadat, perilaku, dan polah masyarakat di Bandar Negeri Semuong, sebuah kecamatan di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Lulusan Institut Agama Islam Negeri Raden Intan ini dianggap mampu menggambarkan budaya tradisional, seperti kebiasaan ibu-ibu mengumpulkan kayu bakar di kampung dan siahan atau kebiasaan pemuda yang berbisik di balik dinding rumah gadis pujaannya. Juri sepakat, buku Asarpin ini merupakan kumpulan cerita pendek modern pertama dalam bahasa Lampung yang banyak mengandung nilai-nilai tradisional dan modern.

Hadiah Sastra Rancage kali ini juga diberikan bagi orang-orang yang berjasa dalam mengembangkan dan melestarikan bahasa daerah. Mereka adalah Karno Kartadibrata (bahasa Sunda), Bonari Nabobenar (Jawa), dan Agung Wiyat S. Ardhi (Bali).

Karno Kartadibrata dinilai berjasa besar memperkaya bahasa Sunda dengan tulisan sosial politik. Tulisan Wakil Pemimpin Redaksi Mangle–majalah mingguan berbahasa Sunda–itu rutin hadir sejak 1977. Sorotan lelaki kelahiran Garut, 10 Februari 1945 tersebut menghubungkan situasi masyarakat di sekelilingnya dengan keadaan masa lampau atau masyarakat selain Sunda. Meskipun kadang-kadang tulisannya berulang atau seperti kehilangan arah, juri menilai pekerjaan menulis selama lebih dari 30 tahun itu adalah prestasi tersendiri. Bahasa Sunda pun tak hanya terpakai untuk sajak, puisi, atau cerita pendek saja.

Selain menulis di koran, bekas wartawan surat kabar Harapan Rakyat dan Harian Kami itu pernah menerbitkan sajak berjudul Lipstick (1981) dan Parfum (1997).
Sedangkan orang yang dinilai berjasa dalam kesusastraan Jawa modern tahun ini disandang Bonari Nabobenar. Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya itu dinilai aktif di Sanggar Triwida dan mengikuti berbagai diskusi sastra Jawa dan Indonesia semasa kuliah. Lulusan jurusan bahasa dan sastra indonesia IKIP Surabaya–sekarang Universitas Negeri Surabaya–itu kemudian mengembangkan sastra Jawa di tempat kelahirannya, Trenggalek, Jawa Timur.

Redaktur tabloid X-File kelahiran 1 Januari 1964 itu dan beberapa orang kawannya pernah melakukan gerakan Revitalisasi Sastra Pedalaman. Selain menulis guritan (sajak), cerita pendek, dan esai, mantan guru SMP tersebut dalam beberapa tahun terakhir menjadi fasilitator penulisan kreatif tenaga kerja wanita Indonesia di Hong Kong.

Jasa Agung Wiyat S. Ardhi dalam melestarikan sastra Bali di antaranya lewat kegiatan menulis puisi, cerita pendek, juga naskah drama sejak 1976. Sastrawan kelahiran Gianyar, Bali, 3 Februari 1946 itu juga aktif dalam pembinaan bahasa, aksara, dan sastra Bali sejak 2000. Sasarannya adalah kelompok guru, pelajar, dan ibu-ibu PKK. Adapun di lingkup sastra Bali tradisional, Agung Wiyat banyak menyalin dan menguraikan arti bagian-bagian epos Mahabharata dan Ramayana.
Hadiah Samsudi untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda, kata Ajip, tahun ini urung diberikan.

Dari empat judul buku karangan Aan Merdeka Permana, semuanya berisi dongeng sasakala atau legenda tentang Cadas Pangeran, Candi Cangkuang, Kerajaan Arcamanik, dan Padjadjaran. Dalam dongeng itu, penulis di antaranya mencantumkan tahun kejadian yang tak jelas sumbernya sehingga dikhawatirkan menimbulkan salah pemahaman di kalangan pembaca anak-anak.

Hadiah Sastra Rancage lahir dari keprihatinan karena pemerintah kurang memperhatikan sastra dan bahasa daerah. Padahal, sesuai dengan amanat konstitusi, kata Ajip, pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian identitas nasional itu. “Sampai sekarang pemerintah belum pernah membeli karya-karya pemenang Rancage,” katanya. Walau begitu, Ketua Dewan Pengurus Rancage Erry Riyana Hardjapamekas mengaku tak ambil pusing. “Asalkan pemerintah enggak ngerecokin aja, itu sudah bagus,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae