Anwar Siswadi
http://www.tempointeraktif.com/
Penerbitan buku-buku sastra berbahasa daerah jumlahnya mengalami pasang-surut, paling tidak dalam 10 tahun terakhir. Tapi, Hadiah Sastra Rancage terus bergulir. Tak terasa, 22 tahun sudah penghargaan khusus itu diberikan bagi para penulis, pembuat lagu, juga budayawan daerah.
Inilah bentuk penghormatan dari sastrawan untuk sesama rekannya tatkala pemerintah tak melirik upaya gerilya mereka dalam mempertahankan pemakaian bahasa ibu.
Rancage, dari bahasa Sunda yang berarti kreatif, dirintis oleh sastrawan Ajip Rosidi, 72 tahun, pada 1989. Semula, penghargaan karya sastra modern berbahasa daerah itu hanya diberikan untuk buku-buku berbahasa Sunda. Sejak 1994, hadiah itu juga diberikan untuk sastrawan Jawa, Bali, mulai 1998, dan Lampung pada 2008. Sampai hari ini, penghargaan karya sastra itu masih diberikan untuk empat daerah tersebut. “Daerah lain tidak ada yang menerbitkan buku baru,” kata Ajip kepada Tempo akhir pekan lalu.
Selama lima tahun awal, uang hadiah senilai Rp 1 juta kepada setiap pemenang dirogoh dari kocek Ajip sendiri. Uang hadiah semakin besar sejak Yayasan Budaya Rancage berdiri dan donatur bertambah. Kini, Hadiah Sastra Rancage 2010 berupa piagam penghargaan dan uang hadiah masing-masing Rp 5 juta akan diberikan kepada tujuh pemenang. Upacara itu akan dilakukan pada Mei mendatang di Universitas Negeri Yogyakarta.
Tiga juri, yang terdiri atas Ajip Rosidi, Sri Widati Pradopo, dan I Made Darma Putra, memilih pemenang berdasarkan buku sastra berbahasa daerah yang terbit sepanjang 2009. Buku cetak ulang tak masuk hitungan. “Tujuannya untuk mendorong pengarang yang masih hidup untuk terus berkarya,” kata Ajip.
Dari 13 buku baru yang terbit di Jawa Barat, juri memilih kumpulan cerita pendek Sanggeus Umur Tunggang Gunung (Setelah Usia Lanjut) karya Usep Romli sebagai karya sastra Sunda terbaik tahun ini. Terbitan Kiblat Buku Utama itu berisi sembilan cerita yang melukiskan beragam masalah pembangunan yang dihadapi orang Sunda di perkampungan.
Tokoh-tokohnya membandingkan keadaan alam, lingkungan, hingga pikiran dan kehidupan sekarang dengan kondisi ketika mereka masih kecil. Tema seperti itu sebenarnya hampir mirip dengan karya-karya Usep sebelumnya. “Tetapi (kini) lebih matang dan inovatif,” kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Budaya Rancage itu.
Misalnya, pada cerita Neangan Pajaratan (Mencari Makam), yang kisahnya disampaikan oleh orang pertama, Usep tak memakai kata “kuring” (saya). Ajip menilai Usep memaksimalkan sifat bahasa Sunda yang dapat membentuk kalimat tanpa subyek. Juri juga menilai seluruh ceritanya mengalir lancar dan wajar. “Sehingga terciptalah dunia imajinasi yang khas sebagai sastra,” ujarnya.
Di ranah sastra Jawa, dominasi sastrawan Jawa Timur masih muncul seperti beberapa tahun terakhir. Menurut juri Sri Widati Pradopo, ada 12 buku sastra baru yang terbit. Isinya berupa guritan (sajak), kumpulan cerita pendek, dan roman. Menariknya, penulis bahasa Jawa itu tak hanya berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tapi juga ada yang tinggal di Jakarta dan Depok. Hadiah Sastra Jawa akhirnya jatuh ke tangan Sumono Sandi Asmoro.
Penyair dalam buku Layang Panantang terbitan Balai Bahasa Surabaya itu, kata Sri, menunjukkan keberanian memilih dan merambah pengalaman berbagai jiwa dengan teknik ekspresi yang tepat. “Semuanya dengan kesadaran bahwa keindahan harus selaras dengan bobot pikirannya,” kata periset di Balai Bahasa Yogyakarta itu.
Sedangkan sastra Bali, walau hanya ada sembilan buku baru, keistimewaannya lebih riuh. Kumpulan puisi Gerip Maurip Ngridip Mekedip karya I Nyoman Manda, misalnya, terdiri atas 3.500 halaman! “Dalam bahasa Bali modern maupun dalam bahasa Indonesia, tidak pernah ada kumpulan sajak seorang penyair yang setebal itu,” ujar juri I Made Darma Putra.
Manda selama ini dikenal sebagai pengarang produktif yang menghasilkan sajak, roman, cerita pendek, dan naskah drama. Redaktur dua majalah berbahasa Bali, yaitu Canangsari dan Satua, itu dalam bab III khusus memuat terjemahan karya para penyair Indonesia, mulai Sanusi Pane, Amir Hamzah, hingga Afrizal Malna dan Oka Rukmini ke dalam bahasa Bali.
Peraih hadiah Rancage pada 1998, 2003, dan 2008 itu juga menerjemahkan beberapa karya penyair Jerman, Australia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Adapun karya Manda, lebih dari 2.000 sajak, dicetak di Bab I-II. Temanya beragam dari kenyataan sehari-hari dan hangat di koran, mulai komersialisasi budaya akibat industri pariwisata, korupsi, kampanye pemilu, sinetron, kasus Tukul Arwana, Prita Mulyasari, sampai peristiwa luar negeri.
Namun, juri menilai kualitas puisinya tidak merata. “Ada yang kuat penuh renungan dan sinisme yang tajam, tapi banyak yang mirip catatan pojok koran,” kata Made Darma. Baginya, cerita pendek Leak Pemoroan karya I Wayan Sandha dalam kumpulan tujuh cerita pendek berbagai pengarang lebih menonjol. Juri pun memilihnya sebagai penerima hadiah Rancage 2010.
Leak Pemoroan berkisah tentang ketabahan pencari belut menghadapi gangguan setan di malam hari. Dia tidak takut menghadapi manusia jadi-jadian dan menyerangnya sampai mati. Lukisan suasana malam dan perang melawan setan, kata Made Darma, ditulis dengan deskripsi yang kuat. Bahasa yang digunakannya nyeleneh, tapi mampu menggali masalah dan menggambarkan watak tokoh cerita. Sandha dinilai menulis 41 ceritanya dengan narasi dan konflik yang kuat.
Kritik pedas dalam 41 cerita di dalamnya pun terlontar dengan bahasa yang jernih. Dalam cerita Wisian Bank Dunia, ujar Made, pengarang mengkritik pola multi-level marketing sambil menyentil, “Ah, gara-gara Bank Dunia iraga nepukin soroh jelema dot sugih kuala tusing bani ngetélang peluh.” (Ah, gara-gara Bank Dunia aku menemukan kelompok manusia yang ingin kaya tapi tidak berani meneteskan peluh). “Pemakaian perumpamaan atau kiasan juga tepat sehingga membuat sketsa kehidupan ini memiliki aroma sastra yang kental,” kata Made Darma.
Kumpulan cerita pendek pula yang mengantar sastrawan Lampung Asarpin Aslami untuk meraih Hadiah Sastra Rancage 2010. Karyanya dalam Cerita-cerita Jak Bandar Negeri Semuong itu menyisihkan pesaing tunggalnya, yaitu buku kumpulan 57 sajak bertajuk Di Lawok Nyak Nelepon Pelabuhan karya Oky Sanjaya. Juri menilai seluruh sajak mahasiswa jurusan fisika di Universitas Lampung itu masih mentah. Peristiwa sehari-hari yang dituangkan lewat kata-kata sederhana dinilai tak mampu merangsang pembaca untuk merasakan hal yang sebenarnya.
Cerita-cerita dari Bandar Negeri Semuong, yang memuat 17 cerita pendek, menuturkan berbagai kebiasaan, tata cara, adat istiadat, perilaku, dan polah masyarakat di Bandar Negeri Semuong, sebuah kecamatan di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Lulusan Institut Agama Islam Negeri Raden Intan ini dianggap mampu menggambarkan budaya tradisional, seperti kebiasaan ibu-ibu mengumpulkan kayu bakar di kampung dan siahan atau kebiasaan pemuda yang berbisik di balik dinding rumah gadis pujaannya. Juri sepakat, buku Asarpin ini merupakan kumpulan cerita pendek modern pertama dalam bahasa Lampung yang banyak mengandung nilai-nilai tradisional dan modern.
Hadiah Sastra Rancage kali ini juga diberikan bagi orang-orang yang berjasa dalam mengembangkan dan melestarikan bahasa daerah. Mereka adalah Karno Kartadibrata (bahasa Sunda), Bonari Nabobenar (Jawa), dan Agung Wiyat S. Ardhi (Bali).
Karno Kartadibrata dinilai berjasa besar memperkaya bahasa Sunda dengan tulisan sosial politik. Tulisan Wakil Pemimpin Redaksi Mangle–majalah mingguan berbahasa Sunda–itu rutin hadir sejak 1977. Sorotan lelaki kelahiran Garut, 10 Februari 1945 tersebut menghubungkan situasi masyarakat di sekelilingnya dengan keadaan masa lampau atau masyarakat selain Sunda. Meskipun kadang-kadang tulisannya berulang atau seperti kehilangan arah, juri menilai pekerjaan menulis selama lebih dari 30 tahun itu adalah prestasi tersendiri. Bahasa Sunda pun tak hanya terpakai untuk sajak, puisi, atau cerita pendek saja.
Selain menulis di koran, bekas wartawan surat kabar Harapan Rakyat dan Harian Kami itu pernah menerbitkan sajak berjudul Lipstick (1981) dan Parfum (1997).
Sedangkan orang yang dinilai berjasa dalam kesusastraan Jawa modern tahun ini disandang Bonari Nabobenar. Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya itu dinilai aktif di Sanggar Triwida dan mengikuti berbagai diskusi sastra Jawa dan Indonesia semasa kuliah. Lulusan jurusan bahasa dan sastra indonesia IKIP Surabaya–sekarang Universitas Negeri Surabaya–itu kemudian mengembangkan sastra Jawa di tempat kelahirannya, Trenggalek, Jawa Timur.
Redaktur tabloid X-File kelahiran 1 Januari 1964 itu dan beberapa orang kawannya pernah melakukan gerakan Revitalisasi Sastra Pedalaman. Selain menulis guritan (sajak), cerita pendek, dan esai, mantan guru SMP tersebut dalam beberapa tahun terakhir menjadi fasilitator penulisan kreatif tenaga kerja wanita Indonesia di Hong Kong.
Jasa Agung Wiyat S. Ardhi dalam melestarikan sastra Bali di antaranya lewat kegiatan menulis puisi, cerita pendek, juga naskah drama sejak 1976. Sastrawan kelahiran Gianyar, Bali, 3 Februari 1946 itu juga aktif dalam pembinaan bahasa, aksara, dan sastra Bali sejak 2000. Sasarannya adalah kelompok guru, pelajar, dan ibu-ibu PKK. Adapun di lingkup sastra Bali tradisional, Agung Wiyat banyak menyalin dan menguraikan arti bagian-bagian epos Mahabharata dan Ramayana.
Hadiah Samsudi untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda, kata Ajip, tahun ini urung diberikan.
Dari empat judul buku karangan Aan Merdeka Permana, semuanya berisi dongeng sasakala atau legenda tentang Cadas Pangeran, Candi Cangkuang, Kerajaan Arcamanik, dan Padjadjaran. Dalam dongeng itu, penulis di antaranya mencantumkan tahun kejadian yang tak jelas sumbernya sehingga dikhawatirkan menimbulkan salah pemahaman di kalangan pembaca anak-anak.
Hadiah Sastra Rancage lahir dari keprihatinan karena pemerintah kurang memperhatikan sastra dan bahasa daerah. Padahal, sesuai dengan amanat konstitusi, kata Ajip, pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian identitas nasional itu. “Sampai sekarang pemerintah belum pernah membeli karya-karya pemenang Rancage,” katanya. Walau begitu, Ketua Dewan Pengurus Rancage Erry Riyana Hardjapamekas mengaku tak ambil pusing. “Asalkan pemerintah enggak ngerecokin aja, itu sudah bagus,” ujarnya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar