Judul : Orde Mimpi
Penulis : R Giryadi
Penerbit : Dewan Kesenian Jawa Timur-Bayumedia
Tebal : 236 halaman
Cetakan : Cetakan I, November 2009
Peresensi : Risang Anom Pujayanto
http://www.surabayapost.co.id/
Apakah yang tersisa dalam akhir pementasan drama?
Aristoteles pernah meniscayakan efek yang ditinggalkan pementasan teater laiknya adanya reaksi kimiawi diri—katharsis, penyucian diri—bagi seluruh ekologi di sekeliling pementasan sandiwara. Piranti lain mengatakan adanya stimuli tinggi neurosis yang sanggup merusak jaringan otak apabila gagasan, apresiasi dan kritik, pasca memaknai lakon yang dipentaskan, tidak tersalurkan atau dikomunikasikan dengan baik dalam arena diskusi lisan maupun dalam bentuk tulisan. Sementara dalam jagad intertekstualitas, akhir pementasan teater dimaknai sebagai bukan akhir sebuah proses, melainkan justru merupakan babak awal pementasan teater baru.
Secara garis besar ketiga fitur yang tertera di atas telah merepresentasikan turunan gambar ideal dalam akhir suatu pementasan teater. Namun itu bukan berarti output pementasan lakon hanya terangkum dalam ruang tiga paparan sederhana itu saja, karena masih banyak spesifikasi pencapaian-pencapaian parsial dan personal yang bisa pembaca tafsirkan sendiri ketika menyaksikan langsung pementasan drama. Seperti diketahui bahwa banyak sekali akrobatik pemahaman atau keajaiban-keajaiban yang tak terduga dihasilkan dari sebuah intensitas.
Khusus persoalan intertekstualitas, dramawan Rakhmat Giryadi dalam kumpulan naskah dramanya; Orde Mimpi mengamini adanya interteks dengan membeberkan naskah ’Retorika Lelaki Senja’. Di mana dalam kata pengantar ’Retorika Lelaki Senja’ yang bertitle ’Korupsi yang Berurat dan Berakar’, R Giryadi mengakui secara terang-terangan telah mengadopsi partikel-partikel yang ada dalam naskah karya (alm) Arifin C Noer. Dalam kerangka ini, upaya pengadaptasian bisa dimanfaatkan sebagai strategi mereproduksi pertunjukkan teater dalam format baru.
Opini yang ada di naskah ini disitir dari beberapa naskah karya Arifin C Noer (alm) mantan pimpinan Teater Kecil Jakarta. Naskah itu seperti Tengul, Sumur Tanpa Dasar, dan Kapai-Kapai. (hal 33)
Dalam logika kalkulasi matematis, kemudahan daya serap dari teks-teks lain; seperti novel, cerpen, dan puisi, selazimnya berimplikasi pada jumlah naskah dan kuantitas pementasan. Bahkan jika jumlah tersebut diakumulasikan dengan pementasan drama yang benar-benar berasal dari teks drama murni seperti karya Putu Wijaya, WS Rendra, Danarto, Arifin C Noer, Remy Silado, Akhudiat, N Riantiarno dan sebagainya, maka tidak dipungkiri aktor yang tersebar di seluruh komunitas teater se-Indonesia sekali pun bakal kesulitan memerankan total seluruh karya yang (diandai-andaikan) ada itu.
Kita bisa mengadaptasi puisi, cerpen, dan novelet yang dimuat di media massa, koran, tabloid, dan majalah. Kalau hal itu bisa kita lakukan, berarti setiap minggu kita bisa mendapatkan naskah teater, karena setiap minggu terbit cerpen dan puisi di koran-koran, bukan? (hal 191)
Uniknya dewasa ini yang terjadi justru sebaliknya. Artinya, naskah drama yang digadang-gadang memiliki progres potensi percepatan perkembangan yang pesat justru jatuh kembang-kempis, menjelma sawah tak tergarap yang diabaikan oleh tuannya, hingga mendekati sinyal-sinyal kelangkaan. Sehingga ketika kondisi mendesak membutuhkan pementasan lakon sandiwara, yang sering terjadi biasanya justru pengulangan-pengulangan lakon lawas yang didaur ulang. Dan dalam situasional seperti itu biasanya pembelaan diri yang paling rasional yang sekaligus aman dijadikan senjata pamungkas yakni mengeksploitasi dalih-dalih dan argumentasi, serta berpura-pura mengobservasi tentang relevansi keberadaan teks lama dengan zaman sekarang. Kesannya memang mengada-ada, tapi ajaibnya semua bisa dibuat percaya. Logis sekali. Tapi bisa disebut sindikalisasi kebohongan yang benar-benar telah terkonsep sangat rapi.
Problem keringnya naskah drama memang tidak bisa dibebankan pada satu elemen, misalnya pada bahu kreator seni peran saja. Pasalnya, banyak faktor yang membuat penulisan naskah drama kurang populer. Kendati masalahnya begitu kompleks, peran sentral tetap berada di pundak dramawan. Karena itu diperlukan kesadaran mandiri dari kalangan dramawan itu sendiri. Dan R Giryadi yang melihat minimnya perhatian kalangan dramawan akan naskah drama mencoba memberi secercah pencerahan dengan menghadirkan satu buku yang berisi tujuh naskah drama yang terangkum dalam satu judul besar: Orde Mimpi.
Tujuh naskah tersebut disusun ke dalam tiga subbab: Monolog (3 naskah), Dialog (3 naskah) dan Epilog (1 naskah). Ketujuh naskah tersebut yakni, ’Biografi Kursi Tua’ (2001), ’Monolog Peperangan’ (2000), ’Retorika Lelaki Senja’ (2005), ’Orde Mimpi’ (1994), ’Orang-Orang Bawah Tanah’ (1994), ’Terompet Senjakala’(2003), dan ’Hikayat Perlawanan Sakiyem: Nyai Ontosoroh’(2007).
Masing-masing naskah drama dalam Orde Mimpi disertai kata pengantar dari penulis (R Giryadi). Kata pengantar yang menyeritakan tentang tema, sinopsis dan ilustrasi setting tersebut dimaksudkan sebagai sarana mempermudah pemahaman pembacaan. Tidak hanya itu, terdapat pula kesederhanaan retorika dan adanya seruan-seruan kecil di sana. Dari kesederhanaan retorika dan adanya seruan-seruan kecil dalam kata pengantar itulah disinyalir bahwa Orde Mimpi ini memiliki pretensi tersendiri.
Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa tendensi seorang seniman jangan serta-merta disetarakan pada image buruk kepentingan kaum politisi. Sebab, tidak ada sedikit pun upaya kepentingan diri sendiri di sini. Dan apa yang dikerjakan R Giryadi dalam Orde Mimpi adalah wujud keprihatinan terhadap sepinya apresiasi teater saja. Oleh karena itu, melalui kumpulan naskah drama Orde Mimpi, R Giryadi hendak membuat jembatan penghubung dengan generasi penerus. Terlebih saat ini, dalam kancah teater nusantara, sangat booming ungkapan umum bahwa sedang terjadi keterputusan generasi. Keinginan dan daya kritis untuk mengangkat wacana generasi seperti ini dipaparkan secara apik dalam monolog ’Biografi kursi Tua’ atau dialog ’Orde Mimpi’. Atau, secara vulgar pesan penuh pretensi itu dapat diamati pada lima panel di cover belakang, dari ”Kata siapa… bermain teater itu sulit” hingga ”Sekarang… Mulailah…!!!”
Bagi generasi muda yang mulai tekun bergiat di dunia teater, Orde Mimpi adalah kawah candradimuka. Di mana generasi muda yang berminat akan diceburkan di kawah candradimuka dan R Giryadi melemparkan segala jenis teknik teater beserta segala kemungkinan yang bisa dieksplor. Sehingga ketika selesai menyeburkan diri atau membaca Orde Mimpi, kemampuan yang mumpuni diharapkan selalu menyertai, bisa melebur dan menyatu dalam melahirkan regenerasi yang sesuai harapan. Tidak instan. Bukan pula hasil rekayasa genetika.
Kembali ke pernyataan awal: apakah yang tersisa dalam akhir pementasan drama? Ketiga komponen yang disebut sebelumnya; katarsis, diskusi dan pementasan selanjutnya, sejatinya berada dalam tataran yang rentan terlupakan. Bukan bermaksud meremehkan brankas penyimpanan otak, namun ditinjau dari segi mental manusia, manusia memang membutuhkan pemantik untuk mengingatkan kembali atau mengembalikan memori suatu peristiwa yang pernah terjadi. Pemantik itu bisa berupa peristiwa maupun benda yang pernah merangkumnya.
Harus diakui manusia tetap makhluk lemah yang membutuhkan sarana dalam menjalani hidup. Termasuk dalam perkembangannya tidak hanya persoalan primer hidup saja, tetapi manusia juga menciptakan sesuatu untuk keperluan-keperluan instrumental lain seperti membantu pengoptimalan kinerja penyimpanan otak. Karena itu dalam konteks pementasan drama, pementasan yang rawan terlupa, maka pendokumentasian naskah-naskah yang telah dipentaskan seharusnya wajib disimpan sebagai upaya pengabadian seluruh atmosfer yang sebelumnya bersifat sementara.
Singkatnya, bagi generasi yang kebetulan tidak dipilih oleh takdir untuk menikmati pementasan sandiwara secara langsung, dengan adanya pembekuan pementasan drama dengan format formal, salah satunya dalam bentuk tulisan, maka setidaknya pembaca bisa memaknai secara imajinatif apa yang terjadi kala itu. Atau bisa dijadikan rujukan pementasan ulang karya-karya yang masih dianggap relevan dengan zaman. Demi mengembalikan efek-efek katarsis, perdebatan intelektual, dan dampak positif lainnya. Karena itu, pantaslah apabila Orde Mimpi disemati predikat sebagai kawah candradimuka yang senantiasa merindukan kehadiran serta menghasilkan para penggiat drama secara berkelanjutan.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar